TIGABELAS - PANGERAN

48 4 0
                                    

Liburan berlalu, seminggu di Raja Ampat membuat jiwa raga Fea dan teman-temannya kembali bugar. Kini mereka mulai bersekolah seperti biasa.

TM yang asik berbincang di koridor dibuat penasaran karena ribut-ribut yang terjadi di dekat kantor guru.

"Wah, ganteng!"

"Astaga, cogan kita nambah satu!" ujar beberapa siswa siswi yang berkerumun.

Nayla yang penasaran melepaskan tangan Edgar dari lehernya, "wait, gue mau kepo dulu," si famous itu mulai menembus kerumunan.

Netranya menangkap sosok yang familiar di matanya, Nayla membelalakkan matanya.

"PRINCE!?" Yang diteriaki oleh Nayla itu tersenyum ganteng dan membuka tangannya lebar-lebar.

"Oh, nice to meet you, princess."

-o0o-

"Kenalin guys, ini Darius!" ucap Nayla ketika ia dan Darius duduk di bangku kantin tempat cs-nya duduk bersama. Nayla yang sedari pagi dicecar pertanyaan oleh kelima temannya mengenai pria yang ditemuinya itu segera mempertemukan Darius dengan teman-temannya.

"Gue Fea," ucap Fea menjabat tangan Darius.

"Faisal," Darius ganti menjabat tangan Faisal.

"Viol,"

"Gue Bayu, betah ya sama gue!" Darius hanya menjabat seraya mengangguk manis.

"Edgar,"

"Gantian dong lo yang kenalan sama kita-kita," canda Faisal.

"Gue Riu, lengkapnya Darius Reynal Benedict! Salken ya lo semua!" Ucap Riu riang. Pria jangkung dengan rambut pirang itu terlihat friendly dan easy going.

"Yoi. Btw lo pindahan dari mana? Masuk kelas mana? Kesini sama siapa? Gimana ceritanya kok kenal Nayla?" cerocos Edgar tanpa henti.

"Lengkap bener ya?" Faisal tergelak.

"Of course," tambah Viol.

"Oke-oke, gue jawab satu-satu. Gue di sini mau daftar dulu, hari ini gue daftar dan besok gue mulai masuk. Gue pindahan dari Amsterdam, ke sini sama dad karena dad lagi pindah tugas." jelas Darius.

"Hmm, kalo pertanyaan yang terakhir?"

"Oh, dia—" Darius yang belum selesai berbicara disela oleh Nayla. "Dia temen kecil gue! Iya temen kecil gue!"

"Lo ga pernah cerita dong masa?" Viol heran.

"Emang iya? Seingat gue gue udah pernah cerita sih,"

"Hmm, oke. Oh iya lagi. Jelasin sekilas diri lo!"

"Gue lahir di Belanda, 21 Oktober. Keluarga gue bahagia, gue bukan anak broken home. Gue pemusik, anak band. Gue juga sering ikut olimpiade apalagi manggung. Dan, satu lagi. Gue belum tahu dimana kelas gue yang sekarang." jelas Darius dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

"Ok, thanks for introduce your self, sorry kalo first impression lu ke kita buruk," tutur Edgar.

Faisal menyenggol Edgar di sebelahnya. "First impression ke lo doang kali, apaan coba ke kita?" Disambut tatapan Edgar yang tajam, Faisal bergidik, menunjukkan dua jarinya.

"Selo ae,"

"Eh iya gantian gue yang tanya dong! Gini nih, lo kan lahir di Amsterdam, lo juga pindahan dari Amsterdam. Gimana lo bisa fasih banget ngomong bahasa Jakarta-Surabaya gitu?"

"Ooh, gini. Dulu gue lahir di Amsterdam. Pas naik ke SD, gue dibesarin di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta pesisir dan jawa timur, sampe SMP. "

"SMP gue dipindahin lagi ke Amsterdam. Sampe sekarang ini, gue tinggal lagi di Indo. Dan soal bahasa, gue di sana sering kok skype-an sama—" Darius menjeda ucapannya, "oh sama temen-temen iya sama temen kecil gue dan sodara-sodara gue." mereka berlima mengangguk paham.

FAISALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang