SEMBILAN - LAMPU HIJAU

61 5 0
                                    

Fea turun dari kamarnya dengan membawa satu koper besar dan tas selempang abu-abunya. Terlihat Faisal tengah berbincang dengan papanya seraya meminum teh.

"Fea, kamu ini ditungguin pacarmu kok lama banget. Cowo itu juga bisa capek nunggu, loh." Ujar Fero melirik ke arah putrinya lalu ke istrinya.

"Apaan deh, Pa! Faisal bukan pacar Fea, kali!"

Fero terkekeh. "Kalaupun beneran pacar, mama sama papa izinin, kok. Kalian cocok," Fea menatap sebal sementara Faisal tertawa santai.

"Om bisa aja."

"Yaudah, Fea sama Faisal berangkat dulu, ya," Fea mencium tangan kedua orang tuanya.

"Om, tan, saya sama Fea berangkat," Faisal tersenyum seraya menatap orang tua Fea yang mengantarnya sampai ke motor.

"Iya. Hati-hati. Jagain anak tante! Kalau lecet sedikit aja, tante tarik bulu kaki kamu," Faisal yang mendengar ucapan Mama Fea bergidik ngeri membayangkan bulu kakinya dicabut.

"Hahaha, iya, tante, om, saya jagain Fea baik-baik. Saya janji. Kami berangkat ya, om, tante. Assalamualaikum!" Faisal berlalu dengan Fea dan koper besarnya.

Fero dan Ana menatap kepergian putrinya  dengan pacarnya. "Faisal kok kaya aku banget, bucinnya?"

"Iya, mirip banget sama kamu. Kalo bucin suka ga tau waktu." Ana dan Fero tertawa bersama, mengingat masa-masa SMA mereka yang mirip dengan kisah Fea dan Faisal.

"Bawa syal?" Tanya Faisal yang tengah berhenti di lampu merah dan dijawab gelengan oleh Fea dari balik helmnya. Faisal mendesis pelan.

"Di tas gua ada syal warna abu-abu gelap. Pake, biar ga dingin." Fea membuka tas ransel Faisal dan menemukan syalnya.

"Thanks!" Fea memakainya dengan senang hati.

"Sunsetnya cantik," ucap Fea di dekat telinga Faisal yang menggunakan helm.

"Lo lebih cantik buat gue." Fea tersipu dengan senyum yang mengembang sepanjang perjalanan ke rumah Edgar.

-o0o-

"Lama banget, kencan dulu lo berdua?" Sindir Nayla yang sedari tadi menunggu di rumah Edgar.

"Mana ada! Bonyok gue tuh rempong suruh ini-itu." Fea melepas helmnya lalu menurunkan kopernya.

"Lo udah pamitin Fea?" Tanya Bayu. "Lampu hijau sih, kata gue," jawab Faisal cekikikan.

Fea menginjak kaki pria itu. "Apaan lampu hijau lampu hijau?!"

"Et dah galaknya. Takut," 

"Yaudah, ayo. Keburu telat." Mereka mulai memindahkan barang Fea dan Faisal ke bagasi mobil Edgar lalu memasuki mobil Edgar.

-o0o-

Kini keenam remaja SMA itu sudah berada di bandara. Sepuluh menit lagi pesawat mereka akan berangkat menuju destinasi.

Mereka mendapatkan 6 seat bersebelahan, tiga di kiri dan tiga di kanan. Tiga dari yang paling kiri yaitu Fea, Faisal dan Edgar, sementara dari yang paling kanan yaitu Bayu, Viol dan Nayla.

FAISALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang