Fea terbangun dengan mata yang masih sembab serta terdengar suara pukulan dan hantaman yang keras. Ia mulai membuka matanya lebar lebar. Dilihatnya sang kekasih datang menghampirinya bersimbah darah, melepas ikatan di tangannya.
"Faisal?"
"Diem,"
Setelah melepas tangan Fea, Faisal kembali menghantam preman preman itu dengan benda benda di sekitarnya. Hingga semua tumbang dan polisi datang, Faisal kembali dan memeluk Fea erat.
"Lo gapapa?" Faisal mendekap Fea di pelukannya erat, tanpa ingin melepasnya.
Fea langsung menangis hebat di dada Faisal.
"Kita ke rumah sakit dulu, kalian berdua tidak dalam kondisi baik, dek." Bang Fikri memberikan sarannya. Fea pun berjalan menuju mobil Faisal dengan bantuan sang kekasih. Fea benar benar lemah, hingga Faisal menggendongnya menuju mobilnya.
-o0o-
Mereka lagi-lagi berakhir di rumah sakit untuk yang kesekian kalinya.
Fea demam tinggi, harus dirawat minimal satu malam di rumah sakit. Mulut Faisal sungguh gatal, sangat gatal bertanya apa yang terjadi.Pukul dua malam, Faisal masih terjaga, menunggu pagi tiba. Bukan, hanya takut sang kekasih membutuhkan sesuatu. Luka-luka di tubuhnya yang sudah tertutup membuat Fea tak enak hati.
"Sal? Ngantuk, ya?" Fea bertanya lemah.
"Kaga, mana ada," Faisal menjawab yakin, Fea terkekeh. Gadis itu lalu menyampingkan tubuhnya ke sebelah kanan ranjang ke arah Faisal.
"Ngapain?"
"Sini, naik. Badan gue ga segede itu,"
"Jangan, lo ga bisa nyenyak nanti," Faisal menolak halus permintaan Fea
"Ayo, ih." Fea memaksa. Dengan perlahan Faisal mulai naik ke ranjang bersama Fea lalu tidur memeluk Fea dari belakang.
"Biar cukup," begitu katanya.
"Iya biar cukup, tidur ya?" Faisal mengangguk, "iya tidur,"
-o0o-
Dua hari setelah Fea ditemukan, Fea masih di rumah sakit. Sebenarnya ia boleh pulang, hanya saja Faisal kekeuh ingin Fea sembuh total setelah dari rumah sakit itu. Kini teman-teman Fea—yang kemarin ingin menjenguk Fea tapi dilarang keras oleh Faisal— sedang berkumpul di kamar rumah sakit.
"Fe, gimana ceritanya lo hilang sejak malam gala itu?" Nayla bertanya lembut.
"Gue ga tau pasti. Yang jelas gua tiba-tiba ditarik, seseorang, cowok, gue dibekap, dibius. Gue ditarik ke sebuah mobil yang gua yakin disitu jatuhnya hp gue. Bangun bangun, ada preman preman di sekitar gue, yang gue ga tau mereka siapa." Fea bercerita sepotong.
"Kita cariin lo, Fe. Khawatir sama lo." Viol menggerutu, mengingat khawatirnya ia terhadap sahabatnya.
"Gue minta maaf. Gue sendiri kaga tau gimana caranya lari dari tempat serupa hotel del luna itu. Gue dibekap, mata gue ditutup kain, tangan kaki gue diiket, gue ga ada tenaga buat gerak. Teriak aja rasanya susah buat gue malam itu,"
Edgar melirik sebentar. "Kok bisa lo diculik? Siapa yang culik lo? Apa untungnya culik lo?"
"Kalaupun mereka matre, kaga bakal mereka sekap lo, pasti akhirnya minta tebusan."
"Entahlah, gue ga tau. Kepala gue masih terlalu sakit buat mikirin siapa bajingan sialan yang jadi dalang semua ini." Faisal sedari tadi diam, menyimak dan sesekali mengecek ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAISAL
Romansa"Sinting! Mana ada gue suka sama lo" "Gue tarik kata-kata gue. Ga ada lo hidup gue sepi." Namanya Faisal. Si ganteng dengan sejuta pesonanya. Bukan, dia bukan cowo dingin. Tapi setiap perkataannya membuat semua orang yang ditujunya benar-benar luluh...