Sekolah pulang awal hari ini. Kelas duabelas tengah sibuk mempersiapkan ujian mereka.
Waktu semakin berlalu, ujian semakin dekat, perasaan Fea kepada Faisal sedikit demi sedikit menguap dan digantikan dengan perasaannya untuk Cello.
Ia berpikir, Cello selalu menemaninya ketika ia sedang dalam kondisi tak karuan, Cello yang mengembalikan moodnya, intinya Cello is the best.
Tau Fea pulang cepat, Cello membolos dengan alasan neneknya sakit, padahal ia tak punya nenek. Cello menjemput Fea di sekolahnya.
Fea yang bingung karena tiba-tiba bulan di ponselnya menyala biru menoleh ke arah suara deru motor yang ia kenal.
"Ayo,"
"Lo ngapain disini?"
"Jemput lo, anterin pulang."
"Lo pulang cepet?"
"Ga," Fea memutar matanya. "Bolos pasti, balik sana!"
"Ga mau." Fea menghela napas dan menaiki motor Cello.
-o0o-
Fea berhenti ketika Cello mengikutinya masuk ke rumahnya. "Kenapa lo masuk?"
"Gue mau bersihin rumah lo,"
"Tapi udah gue sapu bersih kemarin sore, pagi tinggal gue sapu biasa aja,"
"Bukan. Dari kenangan lo sama Faisal." Cello melepas ransel, jaket dan seragamnya.
"Eh, sek, gue ganti dulu," Fea berganti pakaian menjadi pakaian favoritnya dan kembali.
"Kamar." Fea mengantar Cello menuju kamarnya di atas. Cello tak banyak cakap, ia menggeledah meja belajar Fea.
"Ada buku diary ga disini?" Fea menggeleng.
"Gue terlalu malas buat curahin masalah gua ke buku tulis." Cello mengangguk lalu mulai kembali menggeledah sementara Fea memperhatikan.
Cello tak menemukan hal menarik, hanya ada alat-alat umum, seperti alat tulis dan lain-lain, hingga ia menemukan satu laci yang berisikan tentang dirinya dan Faisal.
Cello menarik laci itu hingga keluar lalu membawanya ke arah Fea.
"Ini apa?"
"Ini kenangan gue sama Faisal," terdapat gelang, cincin, handsaplast, gaun dari Faisal, dan banyak lainnya.
Cello mengeluarkan kaos distro couple yang masih baru, masih dalam tas belanja kertas.
"Ini?" Cello mengeluarkan yang berwarna hitam.
"Gue mau kasih itu ke Faisal pas mensive satu bulan. Eh, putus." Fea tertawa hambar.
"Kapan mensive?"
"Hari ini," Cello langsung melepas kaosnya dan menggunakan kaos distro hitam yang seharusnya hari ini telah menjadi milik Faisal tepat di depan mata Fea.
"Lo ngapain?" Cello memegang bahu Fea dan menatap matanya lurus.
"Kalo lihat kaos ini, jangan pikirin orang lain selain gue." Fea terpaku ketika Cello mengatakan hal itu seraya memberikannya kaos distro putih.
Cello memasukkan sebagian barang ke dalam kotak besar, lebih tepatnya barang-barang kenangan Fea dan Faisal.
"Kertas, spidol," Fea memberikannya kepada Cello. Cello membuka tutup spidol dengan menggigitnya lalu menuliskan sesuatu.
"Apa yang lo tulis?" Fea mengintip namun dihalangi oleh Cello.
"Gausah kepo." Cello mengambil kertas berwarna merah lalu menuliskannya 'keramat' dengan font upper case.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAISAL
Dragoste"Sinting! Mana ada gue suka sama lo" "Gue tarik kata-kata gue. Ga ada lo hidup gue sepi." Namanya Faisal. Si ganteng dengan sejuta pesonanya. Bukan, dia bukan cowo dingin. Tapi setiap perkataannya membuat semua orang yang ditujunya benar-benar luluh...