1. Gossip

5.3K 389 430
                                    

"Kedengeran?"
"... Gak. Kamu?"
"Gak."

Tanganku yang semula telah siap untuk membuka daun pintu seketika terhenti, genggaman erat kubiarkan tetap membeku pada handle-nya yang bersuhu dingin.

"Liat mukanya?"
"Gak. Kamu?"
"Aku juga gak sempet. Larinya cepet banget!"

Daun telingaku kian mendekat dan belum juga sedetik seluruhnya sudah melekat erat dengan sempurna pada permukaannya. Diriku dengan kedua spesies pencinta gosip di luar sana hanya terhalangi oleh sebidang kayu jati yang harganya terbilang lumayan karena custom-made.

"Aneh gak, sih? Gak lewat HRD dulu, loh."
"Langsung di-interview sama mereka berdua lagi. Mencurigakan."
"Tapi ... norak banget bajunya, deh."

See? Bahkan mereka pun tidak setuju dengan gaya berbusana si nerdy yang terlalu ew!

"Jangan-jangan ... selera Killer kayak gitu?"

Stop! Don't judge me seenaknya! I don't like his style, too! Please! Just count how many 'ews' I've said so far!

"Hah?! Jadi yang tadi itu ... mangsa baru Killer?!"
"Udah pasti."

Bukan!

"Berarti Killer lebih suka berondong, dong?"
"Biasanya gitu, tau. Yang tuir demennya daun muda. Supaya seimbang, 'kan?"

What does that mean?! Hey! I'm not that old!

"Ngomong-ngomong, jadi gimana kabarnya si Pede dong, yah?"
"Gak jelas. Kasian juga sih, dia."
"Hah? Kasian? Nyesek yang ada!"
"Iya, sih. Udah sok-sokan bangga dia, ngakunya bakal jadi calon Killer. Eh, taunya ditolak."
"Jleb, dah. Jleb. Sukurin."

Gah, kedua orang ini! I mean, can you lower down your volume? Keep quite, dong! Dasar kurang mahir!

"... Udah cukup ngupingnya?" tanya Amelia seraya memberikan tepukan pelan pada pundakku.

"Mereka yang nguping!" bantahku dan menepis lengannya jauh-jauh. Don't put me and them in the same place, dong! Apa-apaan, sih?!

"Shush!" bentaknya galak menyuruhku supaya diam dan mengambil alih pegangan lalu mengayunkannya dengan cepat.

Daun pintu yang sebelumnya tertutup rapat segera terbuka, menghentikan suara keras perbincangan yang barusan terdengar. Bola mata kedua staf perempuan tersebut hampir melompat keluar menyadari sosokku yang berjalan dari dalam ruangan.

"Siang, Bu," sapa mereka sopan.

Munafik!

Langkah kakiku terhenti tepat di hadapan mereka yang masih berdiri dengan kepala tertunduk jauh ke bawah. Dengan sengaja kupertahankan beberapa menit tubuhku di sana, supaya mereka berdua ini sadar kalau aku tidak suka akan caranya bergosip ria. Apalagi kalau dirikulah yang menjadi topik pembicaraannya itu.

Bukannya membantu, wanita di sampingku malah melabuhkan sebuah sikutan keras pada pinggangku sebagai tanda untuk memintaku berhenti bersikap kejam. Enak saja. Belum! Aku belum puas menghukum mereka berdua! Kubalas dengan melayangkan sebuah tinju kosong ke wajah sekretaris pribadiku tersebut dengan murka. Amelia pun menutup kedua mata, menerima sepenuhnya kiriman bogeman imajinasiku. Rautnya terlihat pasrah karena situasi saat ini tidak bisa dikendalikannya.

Setelah merasa cukup puas menyaksikan dua karyawan yang kurang kerjaan itu mati kutu, akhirnya kuputuskan untuk beranjak pergi. Ketukan sepatu heels-nya di belakang ikut mengiringi langkahku meninggalkan ruang interview.

"Lo, sih!" bentakku seraya duduk lemas di atas sofa setibanya di ruang kerja.

"Abis gimana? Salah sendiri, lo gak gaul. Cuma tinggal si Bayu itu lelaki tersisa yang, well ... sedikit lewat batas lolos," belanya tanpa menatapku.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang