Aku berdiri tegak disertai amarah yang meledak-ledak, tidak mengindahkan dirinya yang jatuh terjungkang, mendarat di atas lantai dengan menyedihkan ditemani oleh kursi yang juga ikut tergeletak di sampingnya. Tidak, aku tidak kasihan padanya. I mean, what the h—ck is this?! Perencanaan belum siap, gambar belum ready, izin belum ada, WHAT?!!!
Aku tidak bisa berkata. Pikiranku dipenuhi kabut tebal emosi dan lahar yang meluap panas. Come here! Let me bacok you til death! Kalau bisa, ingin rasanya kucincang dirinya hingga bubuk sampai ke tulang-tulangnya. Bahkan kepalan tanganku sudah bergetar hebat, tidak kuasa menahan diri untuk memberinya—tidak, tidak. Hold yourself, Olivia. Take a deep breath. Mau ditangkap polisi dan masuk penjara? No, no. Definitely not! Hahhh .... Kuembuskan napas dengan keras dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.
"Bye-bye, Bakti," ucap salah seorang perempuan. "Ke Sumatra juga, kah?" tambahnya.
Suasana kantor berubah suram, semua menunggu munculnya pengumuman adanya staf yang terkena mutasi, mengikuti jejak Bayu. Ketakutan dan kekhawatiran akan dipindahtugaskan ke pulau lain apabila melakukan kesalahan kerja dirasakan oleh semua karyawan. Tapi tidak sedikit juga yang malah senang, berharap jabatan tersebut segera kosong sehingga menambah kemungkinan mereka untuk peningkatan posisi. Yea, you wish! Mau naik pangkat? Kerja yang betul!
"... Lo gak akan mutasiin Bakti, 'kan?" tanya Amelia yang berusaha keras mengikutiku kembali menuju ruanganku berada.
Ya, pagi tadi aku sengaja melakukan sidak mampir ke divisi perencanaan tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Good move, aku jadi tahu kalau di dalamnya super bobrok! That stupid, ugly Bayu! Masih bagus kau kutendang ke Sumatra! Arghhh!!! Tahu begini lebih baik ia kujadikan makanan harimau saja!
Langkah kakiku bertambah cepat disertai emosi yang kian membara. "I should, huh?" tanyaku singkat.
"No!" tolaknya. "Killer mode off, please."
Kuhentikan langkah, berbalik, dan menatap wajah sekretaris pribadiku. Tangan kananku kuletakkan di atas pundaknya. "Be prepared."
Ia mengembuskan napas, tahu benar akan maksud ucapanku barusan yaitu bakal meningkatnya jumlah meeting dan lembur di kemudian hari akibat kinerja Bakti yang lambat dan super parah. "Lo udah janji, yah. Tawaran lo bakal gue terima," tagihnya.
"Janji apaan—"
Ucapanku terhenti serentak setelah Amelia membuka pintu dan sosoknya tengah duduk nyaman sambil membaca koran. Geh! Another B! Mau ngapain di sini?
"Liv!" panggilnya dengan ceria. Ditinggalkannya surat kabar yang barusan dipegangnya terbengkalai di atas sofa.
Dan berita yang dibacanya? Tentu saja gosip hubunganku dengan Antony. Tapi dari semua artikel yang muncul sejauh ini, tidak pernah sekali pun wajahnya tertangkap kamera dengan jelas. Aku yang awalnya memercayai adanya dewi keberuntungan, saat ini lebih merasa takut karena mungkin saja mukanya ditutupi oleh makhluk gaib. Makanya terus kelihatan samar-samar. Hiii!
Atau jangan-jangan ... Bakti juga merupakan korban setan, sama seperti Antony? Makanya kinerjanya bisa hancur begitu karena diganggu oleh wujud tak kasat mata. Jadi ... sosok yang disantap Mbak Heels itu jangan-jangan ... Bakti?
![](https://img.wattpad.com/cover/280977895-288-k330015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
ChickLitReading List Dangerous Love - April 2022 @WattpadRomanceID Cerita Pilihan Bulan Desember (2021) @WattpadChicklitID -- [Undies Connoisseur Series] Olivia's Eccentric Placebo Kesehariannya dipenuhi oleh kerjaan, kerjaan, dan selalu kerjaan. Pulang lar...