26. Stay

487 60 22
                                    

Kegiatan hari ini berjalan lancar dan kemajuan pencapaiannya masih bisa sedikit ditoleransi. Tapi tetap kurang memuaskan di saat para investor tidak sabaran yang tanpa henti terus menghubungi kantor, tidak bosan-bosannya menanyakan sudah sampai sejauh mana perkembangan pembangunan saat ini.

Kunjunganku ke tiap-tiap divisi dibalas dengan tatapan penuh keterkejutan dari beberapa pasang mata. Bukan hanya karena sangat jarang sekali—bahkan jumlahnya pun terhitung jari—aku terjun langsung menyaksikan proses penggambaran dan penentuan spesifikasi bahan material yang digunakan, tapi lebih kepada sosokku yang masih segar bugar sehat walafiat walaupun mereka sudah menebarkan kelopak bunga di pemakaman yang ditata rapi di atas meja kerja. Jangan bilang mereka pakai boneka voodoo!

Bakti mulai menunjukkan peningkatan sebagai seorang pemimpin proyek, bolak-balik sibuk melakukan pengecekan, turut memberi masukan akan pengetahuan teknik sipil yang dikuasainya mengenai kekuatan struktur bangunan, tidak lupa juga menyampaikan setiap perintah yang kutitipkan padanya kepada seluruh bawahan.

"Good work, everyone!" ucap Amelia. "Silakan untuk beristirahat sejenak. Sudah disediakan kopi, snack, dan beberapa dessert di pantry," tambahnya menyemangati.

Kafein dan cemilan memang biasanya juga tersedia cuma-cuma dan mereka bisa menikmatinya kapan pun. Tapi kali ini berbeda. Harus, dong! Dari pimpinan, nih! Euh, 'hampir' pimpinan. Dua bulan lagi.

Bahkan jinjingannya pun tidak dibuang, sengaja kusuruh tetap terpajang di atas meja, termasuk masing-masing gelasnya harus menghadap ke depan, menunjukkan namanya—"MOONGRAND"—supaya terlihat jelas oleh semua staf. Mahal, tuh!

"Terima kasih, Bu!" Senyuman kuperhatikan muncul keluar dari setiap wajah penat para staf, menerima datangnya makanan gratis yang jarang-jarang didapatkan.

Ya, aku sengaja membuang uang dengan maksud tersembunyi—untuk memberi semangat agar mereka lebih efektif. Nyogok, maksudnya. Kerja yang betul!

"Finally ...," ucap Amelia seraya membuang napas panjang. Diregangkannya tubuh pegalnya dengan mengangkat kedua tangan tinggi ke udara. "Hari ini udah selesai, 'kan? Can I go home?" pintanya.

Aku tersenyum menatapnya yang kelelahan mendampingiku, menghadapi keseharian yang terbilang cukup padat. "Fine, go," jawabku, memperbolehkannya pulang lebih cepat untuk segera menemui anak semata wayangnya.

Langkahnya terhenti ketika memegang handle dan menunda untuk membuka pintu demi menyampaikan amanat. "Jangan malem-malem," tegurnya penuh dengan kekhawatiran.

"Gak liat bodyguard sewaan Aunt Lily semuanya jagain gue?" balasku diiringi embusan napas karena merasa risih.

"She worries," jawab Amelia sebelum akhirnya berjalan pergi.

Impossible!

***

Waktu sudah menunjukkan pukul satu subuh dan aku masih juga terpaku di ruangan kosong. Suasana hening dan langit di luar sana telah seluruhnya berubah gelap sempurna tanpa pendaran bintang-bintang di atasnya akibat terhalangi oleh kumpulan awan tebal.

Should I just spend the night here?

Kuembuskan napas menyadari pikiran bodoh itu yang bisa-bisanya muncul keluar dari dalam otak.

Akhirnya kuputuskan untuk mengangkat tubuh di saat situasi sepertinya sudah cukup aman untuk berangkat pulang. Aku beranjak bangkit berdiri setelah sekian lama duduk di atas sofa yang mengakibatkan bokongku kebas.

"... Masih di sini?" sindirku segera setelah membuka daun pintu, berharap dari intonasiku yang dingin dapat mengusir mereka berenam yang setia untuk terus menunggu.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang