"Wah, wah. Ada yang mulai akrab, tuh." Suara seorang perempuan muda terdengar dengan nadanya yang hiperbola dari arah meja makan. Cara berpakaiannya santai, persis seperti salah satu penghuni rumah. By the way, this is my house, not hers!
"Like husband and wife, no?" timpal wanita lain yang berpakaian formal, siap menungguku untuk bersama-sama pergi—sebenarnya tujuannya sudah jelas, apa lagi kalau bukan nebeng ikut sarapan.
"Ma, can I have one more sausage?" Bocah imut itu ikut menyumbangkan suaranya.
Rencananya ia akan dititipkan kepada nanny-nya yang saat ini sedang menyibukkan diri di dapur. Bertambah lagi pekerjaannya karena harus menyiapkan makanan ekstra untuk satu lagi tamu tidak diundang yang perutnya tidak pernah kenyang, yaitu adik kandungnya sendiri.
"Sure, you can," jawab wanita bergaya modis barusan yang tidak lain adalah ibunya.
"Lucu banget, deh, Chris!" puji perempuan muda tadi sambil mencubit pelan pipi tembemnya dengan gemas. "Siap-siap, bentar lagi bakal ada baby baru," komentarnya.
What?! Baby? Terus, who's the mommy? ... Aku, maksudnya?! No, no, no!
Kenapa juga makhluk ini malah ikut nyangkut di sini, bukannya mengerjakan tugas kuliah yang katanya sudah menggunduk tinggi. Padahal satu menit yang lalu emosinya keluar mencak-mencak. Stress, bilangnya, tomorrow's the deadline. Baru homeworks, sudah seperti itu kelakuannya. Aku, nih! Dua bulan lagi harus tie the knot! ... Eh? ... Dua bulan kurang sepuluh hari! NOOO!!!
"Berisik!"
"Galak banget!" balas Agnesia acuh, kebal dengan kelakuan kasar yang kutunjukkan. "Jangan dengerin dia, Chris," tambahnya sambil menutup kedua telinga Christian dengan telapak tangan.
"Lo pikir suara gue polusi udara?!" teriakku lagi.
"Masih nanya?" tambah Amelia, setuju kalau ia pun terganggu dengan suara keras yang kukeluarkan. Ngelunjak juga, nih sekretaris!
Sepiring penuh sosis beserta lima buah telur dadar di sampingnya yang masih mengepulkan asap panas, hampir saja melompat bertebaran ke atas meja akibat gestur peletakkanku yang terbilang kasar. Masih untung sosis itu tidak ku-teplokin satu per satu ke muka mereka!
Agnesia segera menempati kursi di hadapan Amelia ketika kedua matanya—yang saat ini berbinar bling-bling terang—menangkap kehadiran makanan yang dinantikannya. Tuh, lihat bentar lagi. Mereka pasti langsung mengoyak dan menghabisi tumpukan daging di hadapan mereka dengan brutal. Scary!
"Ma, my sausage!" ucap Christian lagi karena belum juga menerima pesanannya, takut kehabisan. Tuh! Kasih makan!
"Sabar dong, Chris. Your lovey-dovey Auntie and Uncle cooked these with great effort,"—ditusuknya satu buah sosis dengan garpu mungil milik anaknya yang berwarna biru cerah—"and extra love~," tambah Amelia menjijikkan. Penekanan nada sengaja dilakukannya pada kata 'love', jangan lupakan juga lidahnya yang sedikit menjulur keluar saat mengucapkannya. Scissors? Where the h—ck are you?!
"Kita berangkat sekarang!" Kukeluarkan ucapan itu di saat Amelia tengah membuka lebar mulutnya, batal menerkam telur yang telah menggantung pasrah di ujung garpunya. Sukurin! Mangap terus sampai mampus!
"Sarapan dulu!" perintah Antony. Ditekannya pundakku ke bawah, memaksaku untuk duduk manis bersama dengan kelompok menjengkelkan itu. No, no. Not Christian. He's nice! Jelas aku tidak mengikutsertakannya ke dalam kategori yang barusan kusebut walaupun ia lahir dari perut Amelia.
![](https://img.wattpad.com/cover/280977895-288-k330015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
Literatura FemininaReading List Dangerous Love - April 2022 @WattpadRomanceID Cerita Pilihan Bulan Desember (2021) @WattpadChicklitID -- [Undies Connoisseur Series] Olivia's Eccentric Placebo Kesehariannya dipenuhi oleh kerjaan, kerjaan, dan selalu kerjaan. Pulang lar...