14. Pregnant?

1.8K 126 17
                                        

Aku terkejap menatap plafon berwarna krem dengan bercak noda kecokelatan di beberapa tempat, jauh berbeda penampakannya dan baru kali ini kulihat. This is definitely not my house karena langit-langit rumahku bertema drop ceiling minimalis dan berelevasi lebih tinggi, lampunya pun jauh berbeda karena seharusnya LED tersembunyi bukan berupa panel datar yang terlalu menyilaukan seperti sekarang—darn! My back! Apa-apaan ini?! Tubuhku terbaring tidak nyaman di atas kasur keras dan tertutupi sekelilingnya oleh tirai biru muda ... rumah sakit?

Ouch! Rasa pening serentak muncul ketika kubangkit duduk. Kutekan keras dahiku yang berdenyut, segera menyadari keberadaan selang infus yang tengah terhubung pada nadiku. What the h—ll am I doing here?! ... Ah! Aku muntah-muntah dan sepertinya tidak sadarkan diri. Tapi, tidak perlu dong sampai dibawa ke sini segala! Lebai sekali!

Kubuka sedikit celah, memberikan ruang untuk mengintip suasana di luar. Di sisi kiri seorang wanita paruh baya tengah tertidur pulas di atas kursi dengan posisi duduk yang tidak nyaman, sepotong perban melekat di jidatnya mungkin akibat terbentur keras karena area kulit di sekitarnya sedikit kebiruan. Sedangkan di sebelah kanan, anak kecil seumuran Christian—

"Wa! Waa! Waaa!!!" Tangisannya terlalu melengking sampai-sampai ibunya yang tengah memangkunya pun membekap mulutnya menggunakan kedua telapak.

"Berenti nangis! Diem!" bentaknya galak, berusaha meredam rengekan anak laki-lakinya yang terlalu nyaring. Good, good. Please make your kid shut up! "Udah Mama bilangin, jangan main sama dia lagi! Kenapa kamu malah gak nurut?!"

"Aku gak main sama dia! Dia yang tulang bohong, telus ngaku punya papa padahal gak ada yang jemput! Waaa!!!" bantahnya cadel dibarengi isakan. Gosh. What a nuisance!

"Tapi kamu jadi kena tonjok lagi, 'kan?! Untung cuma berdarah dikit, tapi kacamata kamu bengkok, Mama jadi harus beli lagi yang baru, nih! Mahal, tau! Baru sebentar ganti, sekarang harus ganti lagi!"

Such a weakling. Badan besar begitu, tapi kalah? Memalukan. I wonder who his enemy is.

"Waaa!!! Bukan aku yang salah! Dia yang tulang bohong! Waaa!!!"

Jesus, motherf—cker, chicken sh—t! Shut up, will you?!!!

"Pulang, sekarang! Bikin malu Mama jerit-jerit begitu kayak anak gak sekolah! Pulang!!!" Digendongnya si pembuat onar walaupun keberatan dan ia melangkah pergi keluar ruangan sambil melambai-lambaikan tangan kepada salah satu dokter yang sudah merawat anaknya. God! Finally!

Seperginya si ibu dan anak, situasinya masih cukup ramai karena beberapa pasien dan nakes tampak berlalu lalang akan tetapi ... stupid husband! Euh ... husband-to-be! I mean, chef! Di mana lagi dia sekarang?! I cannot find him

"Emergency! Emergency!" teriak seseorang yang mendorong masuk tandu ambulans dengan cepat. Hiii!!!

Segera kututup kembali kainnya, menghalangi tatapan mataku dari seorang lelaki yang posisinya telentang dan tengah merintih kesakitan dengan kondisi kaki yang mengerikan dan dipenuhi darah kental merah. Ugh! Alamat muntah lagi, ini sih. What is this gory place?! And ... what the?! Pas di sebelah?! F—ck!!!

"Ceritakan kejadiannya," pinta seorang perempuan yang kuyakini adalah dokter unit gawat darurat. Nadanya berbicara terlalu tenang, seolah sudah terbiasa menghadapi situasi mengerikan yang selalu muncul mendadak.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang