"Kenapa?"
Tatapan mata Bakti tidak tertuju pada selembaran kertas di tangannya, malah terus mengamati anak mungil yang tengah duduk di kursi meja kerja—yes, the mega throne where the boss sits on, which is my majestic chair—serius dan sibuk merakit mainan yang mana baru selesai setengahnya saja.
"Ada masalah?" tanyaku lagi.
"Ti-tidak, Bu," jawab Bakti seolah tidak ada kendala namun tidak mengalihkan pandangannya dari bocah blasteran itu. Well, Christian memang baru pertama kali ke kantor dan tidak dapat dipungkiri, his perfect visual is too shining and distracting. Just look at him. He's flawless, special, magnificent!
"Liv," bisik Amelia di telingaku dengan terlalu gelisah. "Kenapa Chris dibawa ke sini?!"
Tatapan galak tetap kuarahkan pada Bakti yang berdiri kaku untuk melaporkan hasil kerjanya, mulutnya terbuka dan kadangkala ia mengerang pelan seperti yang tengah menahan rasa perih. "Abis gimana?! Kalo gue tinggalin, entar dia sendirian di rumah!" protesku berbisik padanya. Mau anakmu tidak ada yang mengurus?! You sure you can leave him behind, alone, only by himself?
"Tapi kan—"
"Relax, Mel. It's fine," selaku cepat ketika sikap sekretarisku ini masih juga belum berubah tenang. "... What? Lo gak mau orang kantor tau kalo lo udah punya Chris?"
"Hah? C'mon, Liv. You know me. I don't care about that."
"Ya udah. No problem, right? Think of this in a positive way, lo bisa kerja sambil jagain anak lo di sini. Kapan lagi lo bisa nemuin nice boss kek gue. Good, no?"
"Ya iya, sih. ... Antony?" tanya Amelia mengenai keberadaan nanny-nya.
"Cabut gitu aja. Katanya kerja part-time."
Bah, babysitter macam apa itu?! Tidak berdedikasi sekali.
"... But still, Liv—"
"Udah. End of discussion, okay? Lagian gue udah telanjur bawa Chris ke sini, 'kan? Mendingan sekarang you do something about him," ujarku seraya menunjuk kepada lelaki bongsor itu yang masih juga diam membisu. "Look at this. What the h—ll is this? Dia masih juga bawa laporan gak guna ini and no f—ckin' update! Jesus Christ!"
Kulempar kasar sampah tersebut dari tanganku ke atas meja dan tubuhku menyandar di sofa. Olahan kayu yang diketiknya jelas mengurangi jumlah pepohonan di muka bumi dan membuat suhunya semakin bertambah gerah saja. Global warming, remember?
"That stupid ...." Amelia mengembuskan napas panjang seraya meremas kening. "Trust me, there's an update, and it's a big one," ujarnya menenangkan sambil kemudian berdeham, mencoba untuk membuat Bakti—yang masih juga memerhatikan anak laki-lakinya—kembali fokus pada pekerjaannya dan segera menyadari atasannya ini yang kian bertambah kesal.
Kujentikkan jari beberapa kali kepadanya. "Liat sini!" bentakku tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Don't waste my time any longer!
"Hiii! Iya, Bu! Baik, Bu!" Akhirnya ia pun menghadap ke arahku. Gosh! Finally!
"Hasil analisa market?" tagihku padanya.
Bakti tetap terdiam dengan kedua tangan yang bergetar hebat, meremas kertas di genggamannya hingga hampir sobek. Ia terus menunduk, tidak berani untuk melakukan kontak mata denganku. And that means ... there's really no update. Gah! After this, segera kemasi semua barangmu dari sini!

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
ChickLitReading List Dangerous Love - April 2022 @WattpadRomanceID Cerita Pilihan Bulan Desember (2021) @WattpadChicklitID -- [Undies Connoisseur Series] Olivia's Eccentric Placebo Kesehariannya dipenuhi oleh kerjaan, kerjaan, dan selalu kerjaan. Pulang lar...