16. 3 Bs ~

1K 106 8
                                        

"Berjumpa lagi dengan kita berdua di ... 'Crazy Rich ... Lovers'!!!"

Dum, dudum~ ... durudum, dumrudum~

"Halo, halo! Kali ini kita akan membahas berita terkini seputar konglomerat muda kaya raya yang beberapa hari ini namanya terus dihebohkan. Siapa lagi kalau bukan ...."
"Ohaaa~."
"Ya. Oha~ alias Olivia Hartanto."
"Dan update terbarunya, Ohaaa~ ... bunting!"

Dum, dudum~ ... durudum, dumrudum~

"Wow, wow, wow!!! Crazy rich pun bisa kebobolan, para Lovers!"
"Padahal banyak uang, yah. Pelindungnya harusnya tebal, toh?"
"Buat crazy rich, bahannya pasti terbuat dari ...."
"Gold 24 karat!!!"

Dum, dudum~ ... durudum, dumrudum~

"Tendangan spektakuler dari sudut dilancarkan calon misteriusnya menuju gawang, olympic"
"No, no. Bukan olympic. Melainkan serangan lurus tepat sasaran langsung ke intinya."
"Terlalu kuat hingga sanggup menjebol lapisan barikade pertahanan terakhir ...."
"GOAL!!!"

Dum, dudum~ ... durudum, dumrudum~



Aku bersenandung kecil masih dengan balutan piama di tubuh, berjalan diiringi tarian kaku keluar area dapur menuju meja makan, disertai suara dari televisi yang menyiarkan berita gosip kehamilanku yang kali ini terdengar merdu dan tidak membuat darahku meletup. Ya, lahar panas untuk sementara membeku dulu sejenak selama kurun waktu yang belum ditentukan.

Saat ini aku ditemani beberapa lembar roti tawar dari toaster hingga kedua sisi permukaannya garing sempurna, golden brown and super crispy texture. Perfecto! Isi kulkasku pun dipenuhi dengan berbagai macam sayuran dan buah-buahan segar, belum lagi ditambah adanya susu cair, kue-kue dan cokelat, serta berbagai jenis es krim beraneka rasa. Nice, chef! Tidak salah aku memilihmu sebagai juru masak.

Baru kali ini aku kesiangan, masih di rumah hingga pukul setengah sepuluh dan tidak memedulikan adanya jadwal meeting yang cukup padat, malah menikmati sarapan sambil duduk manis dengan kedua kaki bersila di atas kursi empuk. Tenang, perusahaan bisa berjalan tanpa pimpinannya sehari doang.

Sosok Agnesia tidak tampak di saat aku bangun dari tidur yang terlalu nyenyak. Permukaan seprai sisi tempatnya berbaring sudah berubah dingin saat kedua mataku terbuka. Yang artinya, ia betul berangkat pagi-pagi sekali. Kuharap ia mengikuti perintahku untuk berada di kampus saat ini, serius belajar dan berhenti berpikiran bodoh. Apa-apaan, coba? Drop out? Lucu sekali.

Mulutnya yang bawel dan tidak bisa berhenti mengoceh menghadirkan keceriaan dan suasana baru di sini. Ini pertama kalinya aku tidur ditemani seseorang, yang mana sudah kulupakan bagaimana rasanya sejak lama. Did I sound pervy? Who cares!

Tet!!!

Suara bel terdengar ketika mulutku tengah terbuka lebar hendak menggigit salah satu lembarannya di tanganku yang sepenuhnya sudah teroleskan selai strawberry cukup tebal. Or is it raspberry? I don't know. Aku lupa untuk membaca labelnya.

Kuembuskan napas seraya meletakkannya kembali di atas piring, bangkit berdiri disertai dengan 32 putaran fouettés—at least di dalam benakku demikian, padahal kenyataannya aku hanya berputar dan melompat layaknya kesurupan—menuju pintu masuk. Just imagine me playing Odette ... ugh! Lebih cocok jadi Odile. Oh, well.

Esih?

Aku sepenuhnya lupa apakah hari ini merupakan jadwal kedatangannya. Tapi, biasanya ia tidak perlu repot-repot menekan bel. Langsung masuk saja padahal.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang