Geh!
"Itu semua yang dateng buat interview?" tanyaku dengan pandangan seratus persen mengernyit jijik.
Amelia mengangguk di sisi kananku. Kedua matanya tetap tertuju pada gadget tablet di tangan, menatap jadwal kesibukanku hari ini.
Puluhan pelamar hadir, berbondong-bondong bergegas memasuki ruangan test. Kurasakan cairan lambung dengan cepat merangkak naik dan sebentar lagi pasti akan segera menyembur keluar karena menyaksikan langsung situasi yang tentunya di luar batas normal.
"Betul di sini, yah?" tanya seorang pelamar muda yang terlihat kikuk dan gelisah.
Pelamar lain terbelalak sebelum mengangguk mengiakan. "Hah? Kamu ikut test juga?"
"Iya ... kenapa?" Wajahnya mendongak ke atas karena lawan bicaranya yang terlampau tinggi.
"Kamu gak denger gosipnya?" mulainya sedikit berbisik.
"... Gosip?"
"Denger-denger, pemimpin perusahaan demennya sama laki-laki yang tinggi dan kurus."
"Hah?" tanyanya kaget karena dirinya merupakan seorang wanita.
"Agak aneh, memang. Ada lagi. Kalau gak ikut dress code-nya, katanya sih, pasti gak akan keterima."
"Dress code?" tanyanya lagi, tambah kebingungan selesai memerhatikan cara berpakaian lelaki di hadapannya.
"Iya. Tuh, liat aja," katanya seraya menunjuk ke dalam ruangan.Entah aku harus takjub atau ilfil dengan para manusia bermulut ember. Taktik spektakuler hasil pemikiran otakku yang cemerlang memang sepenuhnya berhasil. Buktinya, rumor yang mengatakan kalau aku melakukan interview demi mendapatkan calon suami, lenyap begitu saja.
Ditambah juga, sudah lewat sebulan dari berita desas-desus pernikahan yang dihebohkan awak media, tapi lihat faktanya. Aku tetap single and no boyfriend. Plus, akulah yang tentunya terpilih menjadi pewaris kekayaan. Nama Darmawangsa langsung saja terlupakan dan tidak pernah terdengar lagi.
Baru saja aku mau bernapas lega, tapi kenyataannya, gosip murahan lain yang jauh lebih besar sekarang muncul dan menyebar luas ke mana-mana. Masa Olivia Hartanto malah dikabarkan memiliki fetish yang doyan laki-laki tinggi kerempeng?!
Buktinya, puluhan pria—catat, pria. Perkecualian si wanita muda pelamar tadi yang nyasar—saat ini duduk di satu ruangan luas dan semuanya identik—masing-masing berambut polem, berkacamata tebal, berpakaian ala bapak-bapak, dan semuanya bertubuh cungkring menjulang tinggi. Ew!
Padahal aku terus berusaha untuk melupakannya, menghilangkan bentuknya dari ingatanku, melenyapkan penampilannya di otakku. Tapi, bagaikan tengah berhalusinasi melihat oasis di padang gurun, hari ini puluhan Antony kembali hadir di hadapanku. Ugh!
"Pastiin itu cewek keterima. Tolak yang lain," instruksiku cepat. "Berikutnya?" Aku sempat melirik catatan Amelia sedikit, and gosh! Kegiatanku sangat sibuk dan padat karena tulisan tangannya memenuhi seluruh layar.
"Sore nanti para undangan akan hadir. Stanley Agung dipastikan akan datang, juga Doktor Melly, Gary Wong, Satoshi Shizuka, Kuncara Wibawa, dan Irfan Akhiroeddin. Mike Cohen won't make it, he's back in LA. He sent us flowers, though," ujarnya. Amelia mendongak untuk menatap wajahku sejenak. "Menteri PKP, Menparekraf, dan Menteri BUMN will be here, sedangkan Nicholas Notonegoro ... yah, lo tau sendiri beritanya," jelasnya seraya membuang napas.
"Udah coba hubungin Vanessa?"
"Posisinya bertempatan di lokasi strategis yaitu berdekatan dengan pusat kota dan akses jalan tol, hingga rumah sakit dan area pusat perbelanjaan. Kami bukan hanya menawarkan hunian residensial dengan desain bergaya kontemporernya yang cantik, di dalamnya juga terdapat ruko, sekolah, supermarket, fitness club, jogging track, area komersial, danau buatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
ChickLitReading List Dangerous Love - April 2022 @WattpadRomanceID Cerita Pilihan Bulan Desember (2021) @WattpadChicklitID -- [Undies Connoisseur Series] Olivia's Eccentric Placebo Kesehariannya dipenuhi oleh kerjaan, kerjaan, dan selalu kerjaan. Pulang lar...