"Euh ...."
Aku berbaring telentang di atas ranjang, sebuah bantal tebal mendarat di atas perut yang sejak tadi berdenyut sakit. Kedua mataku tertutup rapat, terhalangi oleh keberadaan lengan kanan yang berlabuh di atasnya.
"Euh ...," erangku lagi, masih juga dapat merasakan rasa perih dari datangnya tamu tiap bulan yang tidak pernah kuundang kehadirannya. Gah! This f—ckin' hurts!!!
"Gak hamil berarti," sindir wanita muda di sampingku, betul-betul mengejek. Tubuhnya kurasakan duduk dan bebannya sedikit membuat ranjangku bergerak turun—heh! Who told you to sit here?!
Kuembuskan napas sekeras-kerasnya supaya terdengar dengan jelas ke telinganya. "Kok jadi lo yang kek gak suka?!" bentakku murka. Kenapa malah dia yang sewot, sih?! What's her problem anyway?!
"Gue demen anak kecil," jawab Agnesia polos.
Kalau memang suka, ya buat saja sana sendiri! ... What? ... Ah, no boyfriend? Want me to ask Amelia to find one for you? But ... no, no. Lebih baik cari sendiri yang cocok. I mean, where the h—ll did she find all those perverts?! Cause all of them are f—ckin' weird! Jeez!
"Gimana, sih, si Tony! Waktu itu kalian udah 'ehem', 'kan?" tanyanya penasaran dan terlalu mendesak.
Kusingkirkan lengan sedikit ke atas supaya kelopakku dapat terbuka guna menjatuhkan tatapan keji padanya. "Lo bakal cocok sama Melisa."
"Melisa?"
"Sama ceplas-ceplosnya," jawabku menyindir. Apaan koar-koar begitu? Kayak aku, dong. Ceplas-ceplosnya cukup dalam hati, jadi tidak ada orang lain yang tahu. Smart, right?
"... Sorry~," balasnya tanpa hadirnya nada penyesalan sedikit pun. "Udah 'ehem' belum?" ulangnya memastikan, tidak tahu malu.
Dapat kupastikan saat ini wajahku merona merah karena sedikit panas. "Lo gak awkward apa, yah, nanya gue sama dia udah 'ehem' apa belum?" And don't tell me ... you need to hear all the details, too?! F—ck! You're creepy!
Baru saja a minute ago kupikir kalau Antony cenderung normal apabila dibandingkan dengan those past interviewees, especially ketika telah terbukti that I'm not pregnant which means he's telling the truth, he really kept his horn to himself. But what is this?! Kalau bentuk adiknya sedeng begini, then that means the brother is peculiar, too! It's a genetic thing, no?
"Kenapa memang? Cuma Tony," jawabnya datar.
What?! He's your f—ckin' brother! Aku bahkan sama sekali tidak mau tahu perihal Bima dengan teman-teman tidurnya. I mean, who wants to know whether he uses his filthy flies' poop as a mojo to attract the opposite sex? Ew!
"... Jadi?" Ia masih juga memaksa.
Urat malunya ke mana, sih?! Atau mungkin dia sudah tidak punya kemaluan lagi! Look here, young lady. No one wants to share their private part story to others! So, f—ck off!
Kembali kututup kedua mata, memilih untuk lebih baik menatap kegelapan di balik kelopaknya saat nyeri kram sekali lagi menyerang perut.
"Betulan gak inget apa-apa?" ulangnya dengan kekecewaan yang mendalam. D—mn it! She's too persistent!
"Kita gak ngapa-ngapain waktu itu, okay? Pulang sonoh!" perintahku mengusir. "Gue bisa sendiri."
"Ninggalin Kakak—"

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
ChickLitReading List Dangerous Love - April 2022 @WattpadRomanceID Cerita Pilihan Bulan Desember (2021) @WattpadChicklitID -- [Undies Connoisseur Series] Olivia's Eccentric Placebo Kesehariannya dipenuhi oleh kerjaan, kerjaan, dan selalu kerjaan. Pulang lar...