Chapter II

911 119 17
                                    

Tepat jam 13.00 bel pulang berbunyi membuat semua siswa sibuk menata perlengkapan mereka untuk pulang. Renata dan Sylva sudah merangkul ransel masing-masing dan berniat berjalan keluar kelas sebelum akhirnya Candra dan Elang berdiri di depan pintu kelas mereka.

Candra langsung merangkul Sylva dan berjalan mendahului Elang dan Renata. Jika Candra dan Sylva itu couple yang julid tapi bucin, Bima dan Erina couple yang paling ribut sedangkan Jovita dan Angga adalah couple paling absurd, maka Renata dan Elang adalah yang paling waras.

Renata berjalan berdampingan dengan Elang menuju parkiran tempat motor Elang terparkir, Elang pun segera menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya, ia juga turut membantu Renata memakai helm dan menaiki motornya yang lumayan tinggi dengan memegang tangan mungil milik Renata. Tenang saja sebelumnya Elang sudah memberikan jaket khusus yang selalu ia bawa kemana-mana untuk menutupi paha mulus milik kekasihnya itu.

Setelah memastikan semua aman akhirnya Elang pun menancap gas keluar dari lingkungan sekolah. Renata hanya memegang jaket yang sedang dikenakan oleh Elang, ia belum berani memeluk  tubuh Elang. Sepanjang perjalanan hanya diam karna tidak memungkinkan mereka untuk berbicara diatas motor yang sedang melaju, bahkan ketika berhenti di lampu merah pun mereka tetap diam, hanya saja Elang selalu menyentuh kaki Renata jika mereka sedang berhenti.

Setelah 5 menit berkendara akhirnya mereka sampai di cafe tempat Renata bekerja, Renata pun turun dengan bantuan Elang dan membuka helm yang dia pakai lalu memberikannya pada Elang.

"Mau makan sesuatu?" tanya Renata dengan suara yang lembut.

"Ya, ayo." Elang menggandeng tangan Renata masuk ke cafe itu, perlakuan Elang yang seperti ini selalu membuat jantungnya berdegub kencang dan gugup namun dia pandai menyimpan semuanya sendiri.

Begitu masuk Renata langsung pergi ke loker khusus untuk pegawai, mengambil pakaiannya dan ke kamar mandi untuk berganti. Tak lama kemudian ia keluar dengan seragam putih khas cafe-nya dan celana jeans hitam, ia pun kembali ke loker dan menyimpan barang-barangnya, setelah itu ia menghampiri Elang yang terlihat duduk disalah satu meja.

"Ini, terima kasih." ucapnya sambil mengembalikan jaket yang tadi ia pakai untuk menutupi pahanya pada Elang.

Elang pun menerima jaket tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.

"Aku memesankan teriyaki salmon bowl untukmu." ucap Elang.

"Thankyou."

Elang menggenggam tangan kanan Renata yang berada diatas meja, seperti biasa mereka hanya diam sambil menunggu pesanan mereka datang, meskipun mereka diam tapi tidak ada satu pun dari mereka yang bermain ponsel, mereka benar-benar menikmati waktu berdua mereka dengan nyaman.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang, Renata langsung membantu memisahkan coriander dari makanan Elang, Renata tau Elang tak menyukai coriander meskipun pria itu tidak pernah memberitahunya. Hal itulah yang mampu membuat Elang jatuh cinta padanya, Renata adalah gadis pendiam dan tertutup namun selalu memperhatikan sekitarnya, bahkan untuk hal-hal kecil gadis itu selalu notice.

Setelah selesai mereka pun menikmati lunch masing-masing sampai selesai. Tak terasa jam sudah menunjukan hampir pukul 14.00 itu tandanya sebentar lagi Renata akan memulai shift-nya.

"Nanti aku jemput. Semangat sayang." ucap Elang lembut dengan suara baritone-nya.

Degub jantung Renata berpacu lebih cepat karna ini pertama kalinya ia dipanggil sayang oleh sang kekasih.

"Em, hati-hati." hanya itu yang diucapkan Renata namun Elang tau Renata gugup, setahun lebih dekat dengan Renata membuatnya sedikit-sedikit memahami tingkah laku gadisnya. Melihat Renata gugup karna ulahnya membuat Elang tersenyum kecil lalu mengusap lembut rambut sang gadis.

Relang (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang