Chapter IX

618 78 14
                                    


Ini sudah hari senin lagi, mereka mengikuti saran Sylva yang hanya menghabiskan waktu di rumah masing-masing dan tertinggal hanya Renata dan Elang yang menghabiskan waktu berdua di unit apartment Elang, itu pun hanya di gunakan untuk menonton film dan makan setelah itu mereka tidur, Renata di kamar dan Elang di sofa, lagi.

Sekarang sudah pukul 7 pagi saat mereka sarapan di dekat sekolah, Elang ingin makan nasi uduk katanya, maka di sinilah mereka sekarang. 7.25 mereka baru sampai di sekolah dan langsung berpisah menuju kelas masing-masing.

Renata langsung menuju ke tempatnya, dan mengeluarkan topi dan dasi karna hari ini upacara, Sylva juga baru datang, mereka berdua kemudian langsung turun ke lapangan begitu bel masuk terdengar.

Upacara pun berlangsung selama 30 menit, lalu kemudian pak kepala sekolah mengumumkan pemenang olimpiade yang ternyata di menangkan oleh sekolah Angkasa, semua siswa yang berpartisipasi dalam olimpiade di suruh maju ke depan untuk mendapatkan piagam. 

7 meter di depan Renata tepat berdiri Elang dengan santainya, mereka berdua terus menatap satu sama lain tak menghiraukan yang lain namun mereka masih mendengarkan apa yang di ucapkan kepala sekolah.

Setelah mendapatkan piagam seluruh siswa bertepuk tangan beserta para guru sebagai bentuk penghargaan kepada mereka yang berpartisipasi. Lalu barisan pun di bubarkan dan seluruh siswa masuk ke ruangan masing-masing.

Dimas langsung berjalan di tengah-tengah Renata dan Sylva dan secara paksa ia merangkul bahu Renata, tentu saja gadis itu menolak namun tenaganya tidak sebesar milik DImas, jadi mau tidak mau dia jalan terpaksa dengan rangkulan Dimas.

"Jangan ganggu aku sebelum kau menyesal." tegas Renata begitu mereka sampai di kelas dan rangkulannya sudah di lepas.

"Apa yang bisa kau lakukan cantik? you are nothing." ucap Dimas sambil mengedipkan sebelah matanya pada Renata.

"Don't say that I never warn you." ucap Renata melewati Dimas begitu saja.

Mr Hendri pun memasuki ruangan dan pelajaran berlangsung dengan lancar meski sesekali Mr Hendri terus-terusan mengejek Renata untungnye Renata adalah gadis yang tidak begitu peduli dengan sekitarnya, selagi tidak berdampak pada yang lain ia akan menerima saja.

Sampai ketika bel berbunyi Sylva langsung menarik Renata menuju kelas 11 IPA 1, Sylva harus cepat sebelum Dimas kembali berulah pada Renata.

Belum sampai ke kelas 11 IPA 1 mereka sudah bertemu di tengah jalan dengan yang lainnya.

"Ngapain ke sini? kenapa nggak langsung ke kantin aja?" tanya Jovita.

"You guys will know soon. Since kalian udah sibuk selama 2 minggu kan." jawab Sylva.

Lalu mereka pun berjalan menuju kantin, karna banyaknya siswa baru yang belum mengenal geng The Black banyak siswa-siswa yang tidak memberi mereka jalan, namun mereka masih cuek saja karna mereka tidak buru-buru untuk ke kantin. Mereka berjalan dengan Candra dan Elang di depan lalu Renata dan Sylva, Erina dan Jovita lalu Bima dan Angga paling belakang. The Black memang geng yang besar di Angkasa namun mereka tidak suka menindas yang lemah, mereka biasa baru beraksi jika ada yang memulai duluan.

Saat sudah sampai kantin mereka duduk di meja yang masih kosong karna meja yang biasa mereka pakai sudah di pakai anak kelas 10 yang sepertinya kumpulan anak-anak nakal dan sok.

Mereka tidak mengambil pusing toh masih ada meja kosong, selanjutnya Renata dan Sylva memesan makanan, hari ini mereka kompak ingin makan bakso. Setelah memesan makanan mereka pun kembali dengan 8 botol air mineral namun saat di pertengahan jalan seorang adik kelas yang sedang membawa makanan kuas yang panas dan pedas secara sengaja menabrakan tubuhnya pada Renata dan tentu saja kuah panas itu jatuh menumpahi tubuh Renata.

Relang (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang