Renata terus berlari dengan sekuat tenaga, namun yang pasti ia tidak bisa berlari cepat karna kakinya yang terkilir semakin nyeri namun ia tetap berusaha.
Sedangkan Riko yang melihat Renata berlari pun langsung masuk ke dalam kamarnya untuk memakai celana santainya lalu dengan cepat ia berlari mengejar Renata.
Beruntung baginya karna rumahnya berada di wilayah orang-orang yang tidak kepo juga yang sudah sepi saat sudah jam 6 sore. Meskipun Renata sudah jauh berada di depannya namun Riko tetap mengejar gadis itu.
Renata dengan tangan kanan ia mencoba untuk menutup pakaiannya yang sobek dan tangan kirinya mencoba menghubungi Elang terus menerus karna tak kunjung mendapatkan jawaban, sampai ketika nomor Elang sudah tidak bisa ia hubungi lagi. Ia langsung panik dan berlari semakin cepat saat Riko sudah semakin dekat dengannya.
Dengan sekali tarikan Renata sudah berada dalam pelukan Riko. Renata meronta dan meminta tolong tapi percuma tidak ada yang mengubrisnya. Renata di tarik dengan kasar untuk kembali ke rumah pamannya.
"Gadis sialan, berani-beraninya kau menyakitiku." ucap Riko dengan emosi semakin memperlakukan Renata secara kasar.
Tepat ketika sudah berada di depan rumahnya ia di hadang oleh seorang laki-laki muda.
"Lepaskan dia." ucap pria itu dengan tegas.
"Jangan urusi urusan ku, pergilah, kau menghalangi jalanku." ucap Riko sambil mendorong tubuh pria di depannya.
Dengan cepat pria itu langsung melepaskan pegangan erat antara Riko pada Renata dan langsung menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh kekarnya.
"Bim.." lirih Renata saat menyadari jika pria itu adalah Bima.
"Ya! kubilang urus urusanmu saja, jangan mengganggu. Kembalikan gadis sialan itu padaku." Riko berniat untuk menarik Renata namun di halangi oleh Bima.
"Masuklah ke mobil." ucap Bima pada Renata yang langsung dilakukan oleh Renata. Begitu ia memasuki mobil jazz milik Bima, ia menemukan Erina sudah berada di dalam mobil, ia pun langsung menangis antara lega dan takut.
Erina langsung pindah ke kursi belakang dan memeluk Renata erat, ia bahkan memakaikan jaket Bima pada tubuh mungil Renata.
"It's okay, it's okay, kau sudah aman Rena." jujur saja Erina sakit hati melihat sahabatnya dalam keadaan seperti ini, bahkan tak perlu di tanya lagi ia tau apa yang di alami Renata.
Renata menangis dalam pelukan Erina dan itu sangat memilukan. Erina terus menepuk punggung Renata untuk menenangkan lalu dengan sebelah tangannya ia menghubungi polisi untuk datang. Apalagi ia melihat jika Bima dan pria itu sedang melakukan adu jotos, ya sudah pasti Bima yang menang, pria itu sangat jago dalam hal berkelahi.
Tak lama polisi datang dan segera mengamankan Riko. Baik Bima, Erina dan Renata juga ikut ke kantor polisi untuk di mintai keterangan. Namun mereka merasa kasihan pada Renata yang akhirnya membuat ia di pulangkan terlebih dahulu. Bima dan Erina yang mengantarkan Renata ke rumah keluarga Baskara, karna hanya di situ Renata tidak sendirian, meskipun Eko dan Erika sedang berada di luar negeri namun setidaknya ada maids yang menemani Renata.
Renata mulai membersihkan tubuhnya yang terdapat banyak luka dan memar, ia menangis saat mandi. Ia berpikir apa yang telah ia lakukan sampai-sampai ia selalu menjadi korban pelecehan seksual dan korban kekerasan, dari teman bahkan dari keluarganya, like why? But that's okay life still goes on, she can pass this, kalimat itu yang selalu ia suggest dalam pikirannya.
Setelah merasa lebih tenang Renata pun keluar dari kamar mandi dan terlihat seorang pelayan sudah menunggu di kamar milik Elang.
"Saya akan mengobati luka-luka nona." ucap pelayan yang sudah berumur itu, Renata pun berbaring di kasur dan membiarkan pelayan itu mengobati luka-luka pada wajah, tangan dan kakinya. Bahkan ia tanpa ia sadari ia telah tertidur, pelayan itu pun keluar meninggalkan Renata seorang diri di kamar setelah selesai mengobati luka-lukanya, ia merasa iba pada Renata.