"Eh? mungkin aku salah memberikannya padamu. Maaf, mungkin itu Spirytus Vodka. Maafkan aku, aku kurang teliti." jelas Siska dengan nada bersalah."Oh pantas saja, ini terasa sangat panas. Siapa yang meminum pure Spirytus Vodka?" Renata masih memegang gelas loki kecilnya.
"Beberapa orang ada yang suka minum pure tapi itu sangat bahaya, lebih bagus jika di mix dengan soda atau yang lain. Kau baik-baik saja?" tanya Siska dengan khawatir. Tentu saja Siska khawatir, spirytus vodka adalah vodka yang memiliki kadar presentase 95% alkohol, biasanya harus di mix untuk membuat cocktail.
"Iya aku baik hanya saja tiba-tiba tenggorokan ku seperti terbakar dan aku merasa lebih panas saja." jelas Renata dengan santai.
"Wah kau bahkan masih bisa menjawab dengan santai, sepertinya kau tidak mudah mabuk. I'm glad that you are okay. Tell me if you need something okay." Terdengar sedikit lega bagi Siska saat mendengar Renata masih bisa menjawabnya dengan santai.
"Okay. Take it easy Sis. Can I get two more Backfire on the freeway please?" pinta Renata pada Siska sebelum bartender itu pergi men-service orang lain. Backfire on the freeway adalah nama lain untuk menyebutkan minuman bacardi 151 yang di campur dengan beer.
"You got it love." Siska pun langsung membuatkan minuman itu dengan mudah dan memberikannya pada Renata.
"Thanks Sis."
"No worries, enjoy." Siska pun segera meninggalkan Renata untuk men-serve yang lainnya.
Malam semakin larut dan lagu yang di mainkan dj semakin nge-beat yang membuat banyaknya manusia-manusia di pantai itu ikut menari mengikuti irama, sedangkan Renata masih asik duduk di meja bar, mungkin karna tadi ia secara tidak sengaja meminum pure spirytus vodka itu membuat Renata mulai turun ke lantai dansa.
Sedari tadi ia menunggu Elang, namun pria itu belum juga kembali mungkin sudah hampir 1 jam. Tubuhnya mulai bergerak mengikuti dentuman musik dan berbaur dengan yang lain, tenang dia masih bisa mengontrol tubuhnya, dia tidak seperti yang lain menari dengan heboh dan berpasangan. Ia menari bersama para gadis yang tidak ia kenal, mungkin teman kekasih, entahlah Renata tidak tau tapi yang jelas ia memastikan bahwa yang ada di sekelilingnya adalah perempuan, mereka semua sangat menikmati dentuman musik dengan menari, loncat, bernyanyi, sungguh hal seperti ini baru di rasakan oleh Renata dan entah kenapa ia menyukai vibe seperti ini.
Renata merasa kepanasan, mungkin karna banyaknya minuman yang di minumnya juga karna banyaknya orang di lantai dansa, membuatnya membuka jaket denim yang ia pakai dan mengikatnya di pinggang, kemudian ia mengikat rambutnya asal tinggi-tinggi karna gerah sehingga menunjukkan leher jenjangnya dan putih dan mulus.
Ia kembali menari sampai tiba-tiba ada seorang sebuah tangan yang memeluk pinggangnya dan mengelusnya lembut, ia pun segera berpaling dan melihat siapa yang melakukannya. Rafael, pria itu yang memeluk pinggang Renata, gadis itu pun langsung menjauh dari pria itu dan mengacuhkannya.
"Hei, kita bertemu lagi." ucap Rafael dengan suara tinggi karna memang harus kalau tidak yah tidak mungkin Renata akan dengar.
"Ya." hanya itu respon Renata.
"Aku tidak tau kalau kau ternyata berpacaran dengan Elang."
"Now you know so step back." Renata memang seperti itu jika sudah setengah sadar, menjadi pribadi yang Savage dan badass, ini seperti Eleena bukan Renata.
"Wow ternyata kau sangat sarkas. Menarik." ucap Rafael dengan menarik senyum simpul di bibirnya.
Renata yang merasa sudah jengah dengan pria di depannya ini pun memutuskan untuk keluar dari lantai dansa menuju bar lagi, moodnya untuk menari sudah hilang.