Renata juga tentunya masih sadar, beberapa kaleng beer tidak mampu membuat gadis muda itu mabuk. Di perjalanan pun mereka hanya diam, Elang tidak begitu dekat dengan rekan kerja dan bos Renata namun ia tau jika mereka semua menyayangi Renata, itu terlihat dari perlakuan mereka pada sang kekasih dan Elang bersyukur akan itu.
"Besok mau aku jemput?" tanya Elang saat sudah sampai di rumah Renata.
"Tidak perlu, tidak searah Lang, thanks for the ride. Good night and take care." Renata memberanikan diri untuk mencium pipi kiri milik Elang sebelum keluar dari mobil. Ini bukan pertama kalinya pipi Elang dicium namun ini pertama kalinya Renata menciumnya di dalam mobil, biasanya Renata hanya menciumnya saat berada di apartmentnya. Elang hanya tersenyum lembut pada Renata yang sudah masuk ke dalam rumahnya lalu setelah itu ia meninggalkan rumah kekasihnya untuk pulang ke apartment.
Renata langsung membersihkan diri begitu sampai di rumah dan mengerjakan tugas yang dikirimkan Sylva tadi. Sepertinya paman dan bibinya belum pulang, memang menjadi kebiasaan mereka yang selalu pulang larut.
Tepat jam 12. 30 Renata sudah selesai dengan tugasnya dan berbaring di atas kasur sampai tiba-tiba ada yang menekan bel, ia melihat jam 1 pagi siapa yang berkunjung selarut ini, namun dengan berani ia turun kebawa untuk melihat siapa yang menekan bel, ternyata pamannya.
Renata pun membukakan pintu namun dengan cepat sang paman sudah menampar pipi kiri Renata sehingga meninggalkan jejak lima jari dan merah pada pipinya.
"Lama sekali kau!" marah sang paman, Renata dapat mencium aroma alkohol pada tubuh sang paman, ia memakluminya selama ini jika sang paman sedang mabuk memang biasa menyiksanya dan Renata tidak boleh lari dari situ.
Selanjutnya sang paman memukul-mukul tubuh Renata dengan asal karna sedang mabuk ia tidak bisa memukul dengan tepat dan kuat, Renata juga tidak berani merintih hanya diam membiarkan tubuhnya menjadi korban kekerasan sang paman. Memang selama ini sang paman selalu berlaku seenaknya padanya memukul, menampar, mendorong, mencaci maki, semuanya pada Renata. Tinggal lebih dari 10 tahun bersama membuat Renata paham akan sikap sang paman. Jika dengan bibi biasanya hanya ketika bibinya mabuk parah maka Renata juga akan menjadi korbannya. Dia dibesarkan di keluarga yang tidak baik.
"Masuk ke kamar sebelum aku membunuhmu." ucap sang paman yang membuat Renata segera masuk ke kamarnya meninggalkan pamannya di ruang tamu.
Ia segera mengunci pintu kamarnya dan tak lama terdengar suara pecahan kaca dan barang-barang yang dibanting. Renata memakai headphone-nya dan mulai mendengarkan lagu-lagu yang akan di aransemennya sambil mencoba mengedit di laptopnya. Setelah 1 jam ia melepaskan headphone-nya dan sudah tidak terdengar suara dari bawah, ia pun segera keluar dari kamar dan melihat keadaan rumahnya yang sudah berantakan. Renata sempat heran dimana sang bibi kenapa belum pulang, Renata sudah berusaha menghubungi sang bibi namun tidak di jawab sama sekali sampai akhirnya Renata mengalah.
Renata menuruni tangga dan dapat melihat sang paman sedang duduk dilantai sambil bersandar pada dinding, ia memutuskan untuk ke dapur mengambil segelas air untuk sang paman dan sebutir aspirin. Ia menghampiri sang paman dan memberikan aspirin dan segelas air itu pada pamannya. Setelah menenguk habis air dalam gelas serta aspirin itu pamannya melemparkan gelas itu ke lantai, dimana pecahan kacanya melukai kaki Renata. Renata yang kaget akan perbuatan sang paman pun secara tidak sadar mengeluarkan suara. Hal itu tentu saja membuat si paman kembali murka.
"Sudah ku bilang berapa kali jangan pernah mengeluarkan suara." sang paman menampar pipi Renata lagi dan menjambak rambut panjang itu dengan kuat. Renata berusaha menahan sakit dan air matanya.
"Sekali lagi aku mendengar suaramu akan ku buat kau mati menyusul orang tuamu. Bersihkan semuanya." perintah sang paman setelah melepas jambakan rambut Renata dan berjalan masuk ke kamarnya meninggalkan gadis itu sendirian.