Jam 22.00 Renata baru selesai kerja bersama rekan lainnya dan Elang sudah menanti di atas motornya, begitu melihat Elang, Renata pun langsung pamit dengan yang lainnya.Elang pun membantu Renata memakai helm dan menaiki motor sportnya. Selanjutnya mereka berangkat menuju rumah Renata.
Sepanjang perjalanan Renata memegang jaket yang di pakai Elang, masih belum berani untuk memeluk kekasihnya itu walaupun ingin. Namun sepertinya Elang tau akan apa yang Renata pikirkan begitu berhenti di lampu merah ia langsung menarik kedua tangan Renata untuk memeluk tubuhnya.
Tak lama mereka sampai di rumah Renata dan sepertinya paman dan bibinya sudah di rumah karna lampu depan rumahnya sudah hidup.
Renata langsung mengucapkan terima kasih dan selamat malam pada kekasihnya, Elang tidak mencium Renata karna dirinya masih menggunakan helm. Baru saja ingin pulang tiba-tiba ia dan Renata di kagetkan dengan suara bantingan dari dalam rumah Renata.
Baik Renata maupun Elang langsung buru-buru memasuki rumah dan mereka terkaget melihat keadaan rumah yang sudah kacau akibat ulah pamannya yang sepertinya sedang mabuk.
"Kau gadis sialan, kenapa baru pulang sekarang hah." cecar sang paman begitu melihat Renata masuk ke rumah dengan seorang pria. "Siapa pria ini, kau menjual dirimu pada pria ini seperti bibimu? waahhh kalian wanita sama saja haus akan uang. Kalau kau bisa tidur dengannya kenapa kau menolak ketika bersamaku?" sang paman sudah berbicara yang tidak-tidak, sedangkan perkataan paman membuat emosi Elang naik dan hendak memukul lelaki baya tersebut.
Renata langsung menahan Elang saat di rasa pria itu ingin menghajar sang paman.
"Eoh kau ingin menghajarku? anak sekarang sungguh tidak sopan. Memangnya tubuhnya senikmat itu sampai kau terus membela wanita ini hah. Apa dia sehebat itu di ranjang?"
"Lang Lang please jangan, paman emang ngelantur kalo lagi mabuk." Renata menahan lengan Elang saat Elang sudah mengangkat kepalan tangannya di udara.
"Wah apa yang diberikan pria itu pada mu sampai kau mau tidur dengannya?" Paman terus meracau dalam keadaan mabuk.
"Kemasi barang-barangmu, kau tidak tinggal disini lagi. Ayo." Elang langsung membawa Renata pergi dari hadapan sang paman yang masih meracau tak jelas.
Renata hanya menuruti perkataan Elang, ia mulai mengemasi barang-barangnya, ia tidak bisa mengambil banyak mengingat Elang hanya mengendarai motor.
Sedangkan Elang menunggu di luar kamar menjaga takut jika paman tiba-tiba berbuat gila. Tak butuh waktu lama Renata sudah keluar dengan 2 tas yang berisi pakaian dan buku-bukunya. Setelah itu Renata mengunci pintu kamarnya dan langsung menuruni tangga bersama Elang di sampingnya.
Mereka melewati paman yang masih sibuk meracau sambil meminum bir kaleng yang entah sudah keberapa.
Mereka langsung bergegas menaiki motor dan melesat ke apartment. Elang sudah mencoba untuk tidak ngebut karna ia terlalu marah dengan kata-kata yang diucapkan paman Renata.
Mereka sampai di apartment dan Elang langsung mengambil air dingin dari kulkas lalu meneguknya sampai tandas sementara Renata memperhatikannya dalam diam.
"Pamanmu pernah melecehkanmu?"
"Tidak." jawab Renata jujur, memang sang paman selalu berlaku kasar padanya namun selama ini ia juga tidak pernah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seks.
"Kau yakin? Kau tidak berbohong?" Elang menatap mata Renata mencari kebohongan.
"Iya, paman tidak seperti itu, meskipun ia kasar tapi ia tidak pernah melakukan sesuatu yang kelewatan."