Ayna benar-benar menolak perjodohan itu. Dan kedua keluarga mencoba mengerti Ayna. Mungkin Ayna butuh waktu. Padahal Ayna memang tidak mau menikah.
"Ma, aku kira mama jodohin aku dengan orang yang baik. Ternyata salah, mama malah pilih orang yang paling jahat dalam hidup aku." Ayna bersuara, duduk di samping mamanya.
Matanya sembab pagi ini. 2 hari yang lalu, dimana pertemuannya dengan Abby. Sejak saat itu ia menangis terus-terusan.
Padahal ia harus pergi ke kantor karena hari ini sudah hari Senin.
"Enggak apa-apa dong. Mama tahu kamu belum bisa move on dari Abby."
Belum move on?
Ayna tertawa pelan, benar. Ia memang belum move on dari Abby. Ia masih mencintai pria itu, tapi bukan berarti ia mau menikah dengan Abby. Walaupun dirinya pernah gagal menikah karena Abby yang pergi, ia masih saja mencintai pria itu sampai sekarang.
"Dia duda bahkan udah punya anak, Ma."
Ayna mencoba menolak, sepertinya ia harus benar-benar melupakan Abby agar tidak menjadi alasannya menikah dengan pria itu.
"Terus kenapa? Sesekali yang diurus anak manusia, bukan anak kucing terus."
Ayna menghela napasnya, bingung harus bagaimana. Karena tidak mau membentak Hera, Ayna langsung mengambil kunci motor dan mulai pergi bekerja.
Sampai di kantor, Ayna langsung masuk ke dalam ruangannya.
"Gue pengen kabur, deh."
Ayna mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15, orang-orang yang berada di dalam ruangan sudah mulai bekerja sesuai tugas masing-masing.
Vivi, teman seruangan yang paling dekat dengan Ayna langsung mendekatkan perempuan itu.
"Kenapa lagi?" tanya Vivi dengan suara pelan agar tidak mengganggu yang lain. "Kucing lu mau dibuang lagi?"
Ayna menggeleng, menenggelamkan wajahnya di meja setelah beberapa detik kembali mengangkat kepalanya.
"Gue mau dijodohin."
"Bagus dong, lo bisa nyusul gue. Nanti semisal lo punya anak cewek, terus kita jodohin deh sama anak gue."
Ayna menggelengkan kepalanya lagi. Vivi tidak mengerti.
"Bukan gitu, astaga. Lo tau kan gue kayak gimana? Gue enggak mau nikah bahkan sampai gue mati." Ayna berharap Vivi dapat paham setelah mengenal dirinya kurang lebih 4 tahun. "Gue enggak mau nikah. Sampai gue mati."
"Please, lo enggak mau ngerasain enaknya nikah?"
"Enggak."
"Ay," panggil Vivi.
Ayna kembali menggelengkan kepalanya. "Gue dijodohin sama Abby."
Suara Ayna yang lumayan keras terdengar, membuat orang-orang di dalam ruangan menoleh ke arahnya.
"Ay?"
Adit langsung mendekati Ayna. Pia juga langsung menghentikan kerjaannya. Mengintip Ayna yang kini sudah hampir menangis.
Di dalam ruangan ini hanya ada mereka berempat. Yang paling dekat dengan Ayna adalah Vivi. Tapi mereka semua tahu bagaimana kehidupan Vivi sampai berada di titik ini.
"Lo serius?" tanya Adit. Kini ia mencoba mengusap punggung Ayna.
"Ngapain gue bohong? Ayo kabur sama gue, ah gila. Gue stress. Ya kali gue nikah sama duda, mana punya anak. Enak banget ya tuh si Abby. Laki-laki enggak tahu diri. Udah bikin gue trauma sama laki-laki. Sekarang malah jadi orang yang dijodohin sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Mantan
Romance[SUDAH TAMAT. PART LENGKAP HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA/PDF] Gimana ya rasanya nikah sama mantan pacar? Di usianya yang sebentar lagi menginjak 27 tahun, Ayna belum juga menikah. Trauma tentang kejadian hampir 7 tahun yang lalu membuat Ayna memil...