37 - Pensil Pendek

18.7K 1.9K 100
                                    

Kemarin, Abby benar-benar menuruti keinginan Ayna. Pergi ke sebuah pantai di bagian barat pulau Jawa. Ayna pernah beberapa kali ke sana.

Mereka bertiga menghabiskan waktu selama beberapa jam di sana. Kia berenang bersama Abby, sedangkan Ayna hanya melihat sembari menginjakkan kakinya sekilas ke air pantai. Perjalanan ke sana lumayan jauh dan melelahkan.

Hari ini Ayna sudah kembali bekerja. Badannya terasa pegal karena acara kemarin. Mungkin yang dirasakan Abby lebih parah, karena Abby yang menyetir walaupun sempat istirahat beberapa kali.

Kia sendiri sudah kembali pulang ke rumah Baim. Sepulang dari pantai, Rini langsung menghubungi Abby agar mengantarkan Kia langsung ke rumah Baim karena takut bila Kia tidak betah di rumah Abby. Abby hanya menurut. Ia mengantarkan Kia malam itu juga.

"Ay, rumah lo udah kejual, ya?"

Ayna mengintip Vivi yang tengah menatap layar komputer. Takut mengganggu wanita itu, baru ia menoleh ke arah Vivi yang bertanya kepadanya.

"Kenapa emang?"

"Saudara gue masih niat beli rumah itu."

"Enggak tahu. Gue enggak dapat kabar lebih lanjut soal rumah itu, karena kata kak Nia gue cuma terima beres aja sih." Ayna bicara pelan takut yang lain mendengar, "Nanti gue tanyain deh. Mungkin Abby tahu."

Vivi pun mengangguk. Mereka kemudian kembali mengerjakan tugas mereka yang memiliki deadline di sore hari.

Sekitar jam 11 siang, ponsel Ayna yang sejak tadi pagi sunyi mulai berbunyi. Ayna sendiri ada di kamar mandi. Sedangkan di ruangan, Vivi mendekat ke arah meja Ayna melihat siapa yang menelepon.

"Siapa, Vi?" tanya Adit yang sedikit merasa terganggu.

"Abby. Suaminya."

"Oh, biarin aja. Bentar lagi Ayna balik."

"Hubungan mereka gimana ya, Dit?"

"Enggak tahu. Gue rasa itu bukan ranah kita, itu rumah tangga mereka. Kita cuma sahabat, Vi. Tau batasan."

Vivi kemudian diam dan kembali duduk di kursinya. Tak lama Ayna kembali sembari menenteng minuman botol yang baru ia refill di depan ruangan.

"Pak Riko udah pulang dari Bengkulu, ya?" Ayna bertanya pada Pia.

"Emang iya?"

"Tuh, rame di bawah. Berisik banget."

"Oh, nanti gue ke bawah juga. Eh itu, tadi suami lo nelepon," ujar Pia.

"Abby?"

"Iya, dari tadi. Tuh kan hidup lagi," kata Vivi saat tak lama mendengar ponsel Ayna kembali berdering.

Ayna bergegas ke mejanya. Mendekat ke sana untuk mengangkat panggilan dari Abby.

"Kenapa?"

Kalimat pertama yang Ayna ucapkan.

Kemudian dia izin untuk keluar ruangan pada Pia. Pia pun mengizinkan, selagi tak lama.

"Kamu bisa izin, Ay?"

"Izin apa?"

"Izin kerja setengah hari. Aku sekarang lagi enggak bisa karena harus temenin orang, enggak bisa ditinggal. Tadi guru Kia telepon ke Bunda kalau Kia berantem sama temannya di sekolah sampai Kia jatuh."

"Aku enggak bisa."

"Ay, please. Bunda masih di luar kota. Kerjaan aku enggak bisa ditinggal karena penting banget. Aku minta tolong Kia sekarang lagi di klinik karena katanya ada luka."

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang