15 - Pindah Rumah

38.7K 2.4K 21
                                    

Hari pertama Ayna dan Abby sebagai pengantin baru. Kebetulan Ayna dan Abby masih ada cuti beberapa hari, jadi mereka bisa menikmati hari-hari berdua bersama. Siang ini, Ayna dan Abby berada di rumah Ayna.

Semalam saat di hotel, Abby bilang bila mereka berdua akan tinggal di rumah baru milik Abby. Ayna tentu tahu rumah itu. Ia pernah datang ke sana sekali saat ponselnya tertinggal di mobil Abby. Ayna awalnya tidak mau tinggal di sana, ia lebih ingin tinggal di rumah lamanya saat bersama Hera dulu, tapi keluarganya menolak, katanya istri itu harus ikut suami. Jadi mau tak mau, Ayna menurut.

Walaupun ia tidak tahu bagaimana rumah ini ke depannya karena pasti akan kosong. Nia juga punya rumah sendiri di kota sebelah, begitupun Heru di Bekasi, dan juga Ibni. Atau mungkin akan dijual, tapi Ayna jelas akan menolak. Rumah ini adalah rumah penuh kenangan.

Ayna baru saja selesai membereskan pakaian-pakaiannya. Hari ini juga dirinya akan langsung pindah ke rumah Abby, tapi masih malam nanti. Siang ini Ayna hanya membereskan barang-barang karena agar diantar siang ini juga ke rumah Abby menggunakan mobil yang disewa.

"Lemari kamu mau kamu bawa?" Abby muncul dan masuk ke dalam kamar.

Ayna mendadak canggung, walaupun sebenarnya ini adalah kali beberapa ia berduaan dengan Abby di kamar setelah sah. Tapi rasanya aneh. Ia masih merasa asing dengan Abby.

"Saran aku jangan ya, di rumah ada empat lemari kosong," lanjut Abby padahal Ayna belum sempat bicara.

"Ya udah enggak usah bawa," sahut Ayna.

"Meja rias kamu?"

"Terserah."

"Nanti beli aja yang baru, di rumah sih belum ada," kata Abby lagi. "Sekalian beli barang-barang lain, kebetulan di rumah belum terlalu lengkap."

Ayna hanya mengangguk sekilas. Kemudian ia kembali mengecek barang-barang takut ada yang tertinggal. Dokumen-dokumen penting, skincare juga bodycare miliknya akan dibawa bersamanya nanti malam. Sedangkan baju-baju dan barang lainnya dibawa siang ini menggunakan mobil sewaan.

"Makan dulu, kak Nia udah masak."

"Iya," kata Ayna singkat membuat Abby menghela napas.

Kemudian Ayna pergi ke luar kamar meninggalkan Abby. Suasana rumah masih ramai karena beberapa keluarga ditambah kedua orang tua Abby juga ada di sini.

"Lho, Ayna baru keluar? Duh pengantin baru." Wirya berpapasan dengan Ayna. "Pasti capek ya semalam dan hari ini?"

Ayna tersenyum dan mengangguk. "Iya, Om."

"Semoga cepet jadi ya, enggak sabar punya cucu."

"Jadi apa? Cucu?" Ayna bingung.

Kemudian Abby muncul di belakang dan keheranan melihat Ayna yang diam di tengah jalan bersama Wirya.

"Iya lah, kalian emang enggak mau punya anak?"

Ayna sekarang paham mengarah kemana perkataan Wirya barusan. Padahal semalam ia dan Abby tidak melakukan hal wajar yang biasanya dilakukan pengantin baru, bahkan sampai saat ini. Ayna sama sekali tidak memikirkan itu. Menikah dengan Abby saja membuat pikirannya berantakan.

"Ayna umurmu udah mau tua lho, cepet-cepet punya anak."

Ayna tersenyum pahit. Entah kenapa Wirya kali ini begitu menyebalkan.

Teringat dengan sebuah cerita yang Ayna pernah baca di media sosial. Saat belum menikah, pasti banyak orang yang bertanya, "Kapan nikah?". Setelah menikah pasti banyak orang yang akan menanyakan, "Kapan punya anak?" Setelah punya satu anak pasti orang akan melanjutkan ke pertanyaan lainnya, "Kapan nambah?". Dan kini Ayna merasakannya sendiri.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang