Di dalam kamar Ayna meratapi nasibnya yang buruk. Ia tidak bisa tertidur sama sekali sejak 3 jam yang lalu. Saat melirik jendela juga sudah gelap, entah sekarang jam berapa.
Ayna langsung berdiri. Dari tadi ia hanya duduk di lantai menyalahkan dirinya sendiri. Ia pembawa sial, sampai hidupnya juga hanya berisi masalah.
Berjalan untuk mencuci muka agar wajahnya terlihat lebih segar, menatap wajahnya di balik cermin kaca yang ada di kamar. Ayna tidak melihat dirinya di dalam sana, itu bukan seperti dirinya.
Ayna kembali duduk lemas di kasur. Kakinya ia naikkan dan kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Ia sudah tidak bisa menangis karena sudah lelah.
Kenapa ia baru tahu kalau Hera bukan mama kandungnya? Tapi kenapa Hera begitu tulus merawatnya dengan kasih sayang tanpa dendam sedikitpun?
Mengingat bagaimana sikap Hera padanya membuat Ayna merasa bersalah. Saat kecil, ia sering kali tak menuruti omongan Hera, sering membangkang. Tapi Hera jarang sekali marah padanya. Hera benar-benar tulus mengurusnya dari kecil sampai ia dewasa.
Teringat juga akan sikap ayahnya dulu. Ayahnya yang selalu ia kira baik, ternyata kebalikannya. Jangan lupakan bahwa Nia juga Heru hanyalah saudara tirinya.
Ayna menghela napas gusar. Ia kembali duduk di kasur dengan lemas. Kebingungan harus bersikap bagaimana setelah mengetahui semua ini.
Satu hal yang terus Ayna pikirkan, siapa lagi orang yang harus ia percaya?
***
Sekitar jam 9 malam Ayna membuka pintu kamarnya. Ia tak langsung turun ke bawah. Berdiam diri di dekat tangga melihat ke arah bawah. Lampu masih gelap seperti tidak dihidupkan.
Kemana Abby?
Ayna turun dengan tubuh yang lemas. Hari ini membuat pikirannya kaget, bahkan badannya kali ini terasa demam. Tapi Ayna mencoba melupakan yang ia rasakan, banyak yang harus ia tanyakan pada Abby.
Abby seperti tahu segalanya. Abby tidak terkejut sama sekali seperti dirinya.
Sampai di ruang tengah. Ayna menghentikan langkahnya saat melihat Abby yang tertidur di sofa ruangan itu. Wajahnya tak terlihat karena menghadap sofa, tapi Ayna tahu itu Abby. Siapa lagi pria yang tinggal di sini kalau bukan suaminya sendiri?
Ayna menyalakan lampu ruangan tersebut sampai menjadi terang. Ayna lalu memilih diam di dekat tembok sana dengan berdiri.
Abby seperti terganggu karena ada cahaya, perlahan ia duduk dan matanya tak sengaja menatap Ayna yang juga menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Kenapa, Ay? Kamu udah dari tadi di sini? Maaf, aku ketiduran. Kamu lapar?"
Ayna tak menjawab pertanyaan Abby. Karena Abby sudah bangun, Ayna berjalan ke ruangan lain dan menyalakan lampu. Sepertinya Abby tertidur sejak sore. Terbukti dari tidak ada satu ruangan pun yang menyala kecuali kamar mandi yang lampunya selalu sengaja dinyalakan.
Abby mengikutinya dari belakang. Sampai Ayna sadar, kemudian melempar handuk besar ke arah Abby agar lelaki itu pergi mandi.
Abby langsung menurut dan pergi ke kamar mandi di dekat dapur. Ayna kembali ke kamar dan menutup pintu. Sembari menunggu Abby, Ayna membuka ponsel. Sampai layar ponsel menunjukkan sebuah nama.
Telepon jangan ya?
Mata Ayna diam memandang layar ponsel. Ada rasa ragu, tapi ia penasaran. Haruskah ia benar-benar menghubungi Nia setelah masalah ini?
Sampai akhirnya Ayna meyakini dirinya sendiri. Ayna harus tahu semuanya agar tidak ada yang menggantung sedikit pun. Ayna ingin ini semua selesai. Rasanya sakit terus-terusan mengingat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Mantan
Romance[SUDAH TAMAT. PART LENGKAP HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA/PDF] Gimana ya rasanya nikah sama mantan pacar? Di usianya yang sebentar lagi menginjak 27 tahun, Ayna belum juga menikah. Trauma tentang kejadian hampir 7 tahun yang lalu membuat Ayna memil...