16 - Tentang Salma

37.5K 2.8K 136
                                    

Setelah mandi dan sarapan, Ayna langsung bersiap untuk menyiapkan diri karena Abby mengajaknya pergi membeli beberapa perlengkapan rumah yang masih kosong. Meja rias yang Abby bilang kemarin, lalu isi rak seperti piring, sendok, dan lainnya.

"Aku ke rumah bundaku dulu, mau jemput Kia. Baru habis itu kita belanja, ya."

Ayna mengalihkan tatapannya dari cermin lemari, mengernyit heran.

"Bunda?"

"Mamanya Salma. Namanya Rini," kata Abby.

Ayna diam beberapa detik. Ternyata itu panggilan untuk mamanya Salma. Pantas saja ia bingung, padahal Abby memanggil ibunya dengan sebutan Mama.

"Oh, oke."

"Kia ikut kita enggak apa-apa kan?" tanya Abby memastikan.

Ayna mengangguk, "Enggak apa-apa."

"Dari dulu Kia tinggal di rumah mamanya Salma, kalau sama aku cuma pas hari Sabtu dan Minggu doang." Abby tiba-tiba bercerita. "Kamar depan aku siapin buat dia kalau nginep di sini, kebetulan sekarang hari Minggu, udah jadwal dia sama aku. Kamu keberatan?"

"Enggak kok," jawab Ayna. "Tapi om kamu pernah bilang, kalau kamu tinggal berdua sama Kia? Yang benar yang mana?"

"Om ku kayaknya bohong."

Ayna terdiam, jadi selama ini dia dibohongi?

"Kalau boleh tau, kenapa Kia tinggal sama mamanya Salma, kenapa enggak sama kamu atau orang tua kamu?"

"Mereka enggak terlalu suka sama Kia," sahut Abby. "Kalau sama aku, dia bakal sendirian terus. Karena sejak Salma meninggal, aku enggak tinggal di rumah mama lagi."

"Tinggal di sini?" tanya Ayna. Entah kenapa mulutnya ingin tahu banyak soal Kia dan Abby.

"Bukan, rumah ini belum lama aku beli. Sebelumnya aku sewa apartemen temen."

Ayna mengangguk paham, sepertinya sudah cukup pertanyaannya soal Kia. Mendengar Kia, hatinya terasa sakit. Sepertinya Abby begitu menyayangi Kia, ditambah beberapa kali Abby menyebut nama Salma, wanita yang dari dulu Ayna benci kehadirannya.

"Ya udah, jadi berangkat?" tanya Ayna mencoba mengalihkan.

"Jadi, bentar aku cari kunci mobil."

Ayna mengangguk sekilas. Getaran di ponsel membuat Ayna mengalihkan pikirannya.

Vivi mengiriminya sebuah pesan.

Besok masuk enggak?

Ayna kemudian mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Vivi.

Belum, gue masuk Selasa.

Tak lama setelah Ayna membalas pesan Vivi, Abby sudah kembali.

"Ayo berangkat," kata Abby.

Ayna mengangguk dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia lebih dulu berjalan menuju mobil, sedangkan Abby mengunci pintu rumah.

Ternyata rumah orang tua Salma ada di kota sebelah. Kini Ayna dan Abby sudah tiba di kediaman orang tua Salma. Masih di mobil, Ayna memandang ke arah rumah tersebut. Terlihat sepi.

"Kamu mau ikut turun?" tanya Abby sembari melepas sabuk pengaman.

Ayna menoleh, rasanya ia tidak mau turun, tapi sepertinya itu tidak sopan. Jadi mau tidak mau Ayna harus turun bersama Abby.

Ayna mengangguk, ikut melepas sabuk pengaman dan membuka pintu. Abby berjalan lebih dulu di depan sana, membuka pagar tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan apapun mungkin karena sudah terbiasa.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang