Sepulang kerja di esok hari, Ayna memilih untuk tidak langsung pulang seperti hari sebelumnya. Namun kini ia seorang diri, pergi ke sebuah taman umum di sore hari yang tidak jauh dari kantornya. Ayna duduk sambil makan es krim yang dibelinya, melihat banyak orang yang berjalan ke sana sini. Walaupun sudah sore, suasana taman masih terlihat ramai. Padahal siang tadi, hujan turun begitu deras.
Mata Ayna mengamati banyak orang satu per satu. Ayna jadi sadar, dirinya butuh waktu sendiri untuk menghindari masalah yang akhir-akhir ini datang.
Tatapan Ayna jatuh pada seorang anak kecil yang tengah bermain ayunan di dekat danau bersama ibunya. Ayna jadi teringat Kia, sudah 2 hari ia tidak bertemu bocah itu. Kalau dilihat lagi, anak yang tengah bermain ayunan seumuran dengan Kia. Ayna terus memerhatikan anak itu bersama ibunya, tertawa dan Ayna mendengar itu.
Ayna mengalihkan pandangannya saat sadar bila es krim miliknya sudah habis. Ia langsung berdiri dan berniat keluar dari taman sebentar untuk membeli makanan lagi. Perutnya masih lapar, dan es krim tadi hanya sebuah pembuka.
Ayna menuju penjual batagor, membeli 2 bungkus agar kalau tersisa bisa untuk makan di rumah. Tak menunggu lama, batagor Ayna sudah siap. Kemudian membeli bakso cilok juga. Usai itu, Ayna kembali lagi ke tempat duduknya.
Dan mata Ayna menatap tempat ayunan yang tadi ia lihat saat ada seorang anak bersama ibunya, namun Ayna baru sadar, mereka telah pergi. Ayna mengedarkan pandangannya, entah kenapa melihat mereka membuat hati Ayna menjadi lebih tenang. Sampai akhirnya Ayna melihat mereka, anak itu berada digandengan ibunya menuju keluar dari taman. Diam-diam Ayna tersenyum.
Tiba-tiba terbesit dalam pikirannya. Kalau nanti ia memiliki seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri, apakah bisa seperti itu?
***
Selepas maghrib, Ayna baru sampai di rumah. Memarkirkan motor di samping mobil Abby. Jadi Abby sudah pulang lebih awal daripada dirinya. Seperti kemarin.
Abby membuka pintu rumah karena sadar mendengar suara motor.
"Kok baru pulang sih, Ay?"
Ayna menatap Abby. Mengangguk. "Iya."
"Dari mana?"
"Jajan," sahut Ayna. Kemudian mengambil plastik yang berada di gantungan motor, menunjukkan batagor yang masih tersisa satu bungkus juga 5 buah cilok yang dibeli saat dirinya akan pulang.
"Kok enggak ngabarin aku?"
"Lupa."
Abby menghela napas. Menyuruh Ayna masuk ke dalam dan membersihkan badan. Tentu saja Ayna menurut, langsung masuk ke dalam kamar dan membersihkan badannya yang sudah terasa gatal karena terakhir mandi 13 jam yang lalu.
Selesai mandi, Ayna langsung duduk di kursi meja makan. Mengambil bakso cilok dengan kuahnya di plastik dan menuangkannya di mangkok. Tak lupa dengan sendok juga garpu.
"Aku boleh coba?"
Tiba-tiba Abby muncul dari belakang. Ayna sedikit kaget, ia kira Abby berada di luar rumah.
"Boleh, ambil aja."
Abby tersenyum. Mengambil tempat duduk di samping Ayna dan mulai mencoba bakso cilok yang dibeli Ayna.
"Enak," kata Abby. Meletakkan sendok di mangkoknya lagi. "Makasih."
Ayna mengangguk. Tiba-tiba Ayna merasa gugup, entah kenapa. Walaupun dirinya akhir-akhir ini sering bersama Abby, tapi kali ini berbeda.
"Kenapa?" Abby terlihat kebingungan karena melihat gerak-gerik Ayna yang berbeda.
Ayna menggeleng. Kembali menyuap makanan tersebut ke dalam mulutnya sampai habis. Setelah selesai langsung mencucinya. Ternyata ada banyak bekas piring kotor juga gelas yang menumpuk.
"Ay, kalau kita bahas sesuatu mau enggak?"
Abby masih duduk di meja makan, memperhatikan Ayna yang sibuk mencuci piring.
"Kamu udah makan, By?"
Ayna mencoba mengalihkan pertanyaan Abby dengan berbalik bertanya pada Abby. Walaupun sebenarnya tanpa Abby menjawab Ayna sudah tahu karena ada piring kotor yang dia bersihkan.
"Udah, aku kelaparan nunggu kamu pulang."
"Maaf," kata Ayna.
"Enggak apa-apa." Abby menyahut. "Gimana? Aku mau bahas sesuatu."
Setelah selesai, Ayna mencuci tangan dan langsung duduk di tempat awalnya tadi.
"Bahas apa?" tanya Ayna.
"Pernikahan ini."
Ayna menatap Abby keheranan. "Apa yang mau dibahas?"
"Banyak, Ay."
Abby diam. Seperti memikirkan sesuatu.
"Apa?"
"Kamu sebenarnya jaga jarak kan sama aku?"
Ayna mengernyit. Walaupun sebenarnya ia tahu maksud Abby.
"Ya kan?"
"Maksudnya?"
"Kamu seharusnya pulang kerja sebelum jam enam sore, tapi dua hari ini kamu mulai kerja tapi selalu pulang telat, kamu hindari aku kan, Ay?"
Ayna diam. Abby menyadari soal dirinya yang sering pulang telat bekerja karena sengaja. Ia menghindari Abby di rumah. Ia tidak mau berlama-lama berduaan dengan Abby di rumah. Walaupun Abby adalah suaminya. Karena itu, Ayna lebih memilih mengambil waktu lebih lama di luar dibanding di rumah.
"Kamu belum bisa terima pernikahan ini?"
Ayna menghela napas panjang. Menatap Abby.
"Menurut kamu gimana?"
"Kamu sengaja hindarin aku, dan kamu emang belum bisa terima pernikahan ini, Ay."
Ayna mengangguk pelan, sedikit ragu. "Iya."
"Bener kan?"
"Iya, Abby. Aku pulang telat karena sengaja, aku enggak mau berduaan sama kamu di rumah ini. Aku masih pengen jaga jarak sama kamu. Aku belum bisa terima sepenuhnya pernikahan ini. Kamu ingat tujuh tahun yang la—”
"Ingat, Ay. Aku ingat banget," potong Abby saat tahu kelanjutan omongan Ayna. Membahas masa lalu, di mana Salma hadir di tengah-tengah hubungan mereka. "Aku minta maaf soal itu. Aku janji enggak bakal ulangin hal dulu."
"Aku belum bisa percaya sama kamu."
"Aku harus gimana?"
Tangan Abby ingin mengusap lengan Ayna, Ayna yang sadar langsung menjauhkan tangannya membuat Abby terlihat kebingungan tapi pasrah.
"Enggak harus gimana-gimana. Kita jalanin pernikahan ini aja, sampai waktunya."
"Sampai waktunya gimana?"
"Sampai waktu di mana salah satu dari kita ada yang pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Mantan
Romance[SUDAH TAMAT. PART LENGKAP HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA/PDF] Gimana ya rasanya nikah sama mantan pacar? Di usianya yang sebentar lagi menginjak 27 tahun, Ayna belum juga menikah. Trauma tentang kejadian hampir 7 tahun yang lalu membuat Ayna memil...