38 - Perlahan

20.9K 1.7K 40
                                    

Sampai rumah, Ayna masih memikirkan perkataan Kia barusan. Bahkan saat sampai kamar Kia untuk mengantarkan bocah itu, ia terus terbayang akan kalimat Kia yang diucapkan di mobil tadi.

"Makasih, Tante."

Buyar sudah. Ayna langsung tersadar dan mengangguk. Dia kemudian merapikan bajunya yang berantakan karena menggendong Kia. Walaupun badannya sedikit berat, tapi Ayna sedikit tidak tega melihat Kia berjalan kesusahan.

"Lukanya mau diobatin lagi?" tanya Ayna pada Kia.

Kia menggeleng.

"Engga mau. Biar papa aja."

Ayna paham dan tak mau memaksa. Ia mengangguk pelan dan berjalan mundur ke belakang. Menutup pelan pintu kamar Kia, bocah itu terus menatapnya sampai tertutup sempurna.

Di dalam kamar, Kia langsung merebahkan badannya. Kakinya ia tekuk guna melihat luka miliknya. Baginya, ini sakit. Sejak kecil ia jarang terjatuh, dan baru kali ini ia mendapatkan luka di bagian lutut bahkan sampai berdarah. Tak lupa telapak tangannya juga.

Ia membuka perban yang menutupi lulutnya. Dengan pelan sampai luka miliknya terpampang jelas. Kia bergidik ngeri. Pantas saja rasanya sakit.

Ia bangun dari tidurannya dan memilih duduk di kasur. Melihat sekeliling kamarnya apakah ada obat-obatan, walaupun ia tahu ini baru saja diobati. Tapi dia ingin luka ini cepat hilang karena cukup mengganggu.

Ia juga takut nanti nenek juga kakeknya marah kalau tahu soal ini. Ia berjalan ke arah meja namun ia tidak menemukan di sana. Ia menggeser kursi meja belajar ke arah lemari, naik ke sana dan melihat sebuah kotak plastik berisi obat-obatan. Kebetulan.

Kia mengambil itu walaupun susah karena berada di ujung. Kotak itu hampir ia sentuh, namun naas kotak itu justru terjatuh dan menimbulkan bunyi.

Yahhhhh, pecah.

***

Lo dikasih hadiah sama pak Riko? Atau semuanya dikasih?

Ayna menekan tombol send pada layar ponselnya.

Tak lama dari itu balasan dari Adit muncul.

Adit : Bukan hadiah juga sih, ini oleh-oleh

Ayna kembali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

Dih, gue yang pertama ketemu dia. Kok gue enggak dapat

Adit : Nasib, siapa suruh pulang duluan. Enggak dapat bagian kan lo

Ayna diam menatap layar ponselnya. Balasan apa yang harus ia kirim lagi pada Adit?

Satu dua kata Ayna ketik, terdengar suara bantingan dari kamar Kia. Ayna kaget, ia meninggalkan ponselnya di sofa dan bergegas ke kamar Kia.

"Kenapa?" tanya Ayna sesaat pintu kamar dibuka.

Ia melihat Kia yang tengah berdiri di kursi, menatap dirinya juga sesuatu yang berantakan di lantai. Ayna mendekati Kia, melihat apa yang bocah itu jatuhkan.

"Aku enggak sengaja."

Setelah Ayna lihat beberapa kali, yang jatuh adalah kotak berisi obat-obatan. Untung saja yang pecah hanyalah kotaknya yang memang terbuat dari plastik.

Ayna menggeleng pelan. Mulai merapikan itu.

"Tante marah?" tanya Kia. Bocah itu masih berdiri di sana sembari takut-takut memerhatikan Ayna yang tak bersuara lagi.

Gerakan tangan Ayna berhenti. Menatap Kia dan menggeleng pelan. Kia setakut itu kah padanya?

"Aku takut Tante marah dan nanti ngadu sama papa."

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang