05 - Feeling

35.2K 2.8K 100
                                    

Seminggu sejak kejadian dimana Abby mencekeram lengan Ayna, sejak saat itu juga Ayna tidak pernah melihat pria itu lagi. Jangan lupakan Kia, Ayna juga tidak pernah bertemu dengan anak itu. Ayna merasa sedikit bersyukur karena hidupnya sedikit lebih tenang. Ditambah kesehatan Hera juga sudah lebih baik dari sebelumnya.

Ayna kini sudah berada di kantor dan kembali bekerja.

Jam istirahat kali ini Ayna memilih makan di luar kantor. Ia tidak membawa bekal seminggu terakhir ini semenjak Hera sakit. Ia tidak mau membebani mamanya. Nia juga sudah kembali ke rumahnya dan akan menengok Hera seperti biasa, seminggu sekali.

"Mau beli apa lo, Ay?" tanya Vivi.

Tiba di warteg langganan mereka ketika tidak sempat membawa bekal. Selain murah, di sini juga banyak menu jadi Ayna bisa ganti menu seminggu terakhir ini, jadi tidak bosan.

"Gue mau sayur bayam sama udang, pakai sambal." Ayna mengintip di balik etalase. "Sama kerupuk."

"Mau makan di sini atau di ruangan?"

"Ruangan aja, biar enak."

"Oke, gue yang pesen. Lo yang beli minumannya, gimana?"

"Oke."

Ayna hanya pergi dengan Vivi, sedangkan Pia di ruangan makan duluan karena wanita itu membawa bekal dari rumah, Adit tidak masuk kerja karena istrinya melahirkan.

Ayna kemudian pergi ke arah sebrang untuk membeli minuman. Kebetulan ia tahu apa minuman yang Vivi inginkan di siang bolong begini.

Tiba di toko tersebut, Ayna langsung memesannya. Dua es teh dingin rasa apel.

"Hai, Tante."

Ayna mengenal suara itu, ia menoleh ke arah belakang dan melihat Kia, anak kecil yang ingin Ayna hindari akhir-akhir ini. Napas Ayna tertahan ketika melihat Kia tidak sendirian, melainkan dengan Abby. Tidak tahu asala mereka dari mana, jadi Ayna lebih memilih mengabaikan mereka. Ia berpikir positif bila Kia bukan menyapanya, melainkan orang lain.

"Pulang bareng ya, Ay."

Bertepatan dengan suara Abby, toko tersebut bilang bila es yang Ayna pesan sudah siap. Ayna langsung mengeluarkan dompen dan berjalan ke depan untuk bayar, namun Abby mendahuluinya.

"Uangnya ini aja, Bu."

Ayna menghela napas. Ia memilih mengambil es teh tersebut karena sudah dibayarkan Abby. Tapi ia tidak mengatakan terima kasih ataupun lainnya, melainkan langsung keluar untuk menjemput Vivi yang sepertinya sudah selesai juga.

"Ay, nanti pulang bareng sama aku, ya?"

Ternyata Abby mengikutinya sembari menggendong Kia.

Ayna tidak memedulikan suara Abby, ia melihat kanan dan kiri untuk menyebrang dan kembali ke warteg. Namun sampai sana ia tidak melihat Vivi dan pemilik warteg bilang Vivi sudah selesai sejak tadi.

Ayna kembali keluar warteg, ternyata Abby masih saja mengikutinya. Ayna memilih masuk lewat pintu belakang kantornya, selain lebih sepi ia bisa berlari menghindari Abby yang terus saja mengikutinya dan membuat dirinya menjadi risih.

Namun perkiraannya salah, justru itu adalah kesempatan bagi pria itu. Menahannya agar tidak pergi.

"Ay, kamu kenapa sih?"

Tangan Abby mencengkeram tangan Ayna membuat Ayna berhenti melangkah.

Ayna mehana napasnya agar emosinya tidak meledak. Ia tidak mau bicara kasar sekarang, ia ingat ada Kia di sini. Ia tidak mau Kia mendengar umpatan kasar yang tidak seharusnya didengar.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang