23 - Kado Pernikahan

29.2K 2.1K 33
                                    

"Ini kok dikasih ke mama?" Mama Abby mengomel saat Abby memberikan plastik berisi susu yang tadi dipesannya. "Ini mama beli buat Ayna," lanjutnya.

"Buat Ayna?"

Mama Abby mengangguk mantap. "Iya, mama pengen cepet-cepet punya cucu."

Ayna yang mendengar ucapan mama Abby mengenyit bingung, mamanya tidak tahu saja bila ia dan Abby belum pernah melakukan apapun layaknya seorang suami istri. Dirinya belum siap. Tapi mama Abby malah menyuruhnya untuk minum susu program hamil?

Dan Ayna menjadi tambah mendengar ucapan mama Abby.

Mama pengen cepet-cepet punya cucu.

Lalu Kia apa? Tidak dianggap oleh mama Abby? Ayana berpikir positif, mungkin mama Abby ingin cucu dari dirinya.

"Kia masih kecil, Ma. Aku sama Ayna belum ada rencana punya anak," dalih Abby. Mana mungkin ia menceritakan bila ia dan Ayna belum berniat melakukan hal wajar itu. "Masih pengen fokus urus Kia."

Mama Abby menggeleng keras di sofa. Ayna dan Abby yang tengah duduk di bawah beralaskan karpet jadi bingung dengan tingkah Irma.

"Udah, jangan pikirin Kia. Intinya Kia kan ada yang urusin di sana, fokus ke rumah tangga kalian dulu. Cepet-cepet punya anak," kata Irma dengan ketus.

Ayna baru tahu setelah tidak lama bertemu dan bicara dekat seperti ini, ternyata sikap Irma berubah. Ayna jadi merasa kasihan pada Kia, Kia seolah tidak dianggap oleh keluarga Abby. Jadi benar apa yang Abby katakan dulu, keluarga Abby kurang menyukai Kia.

"Mama pengen kalian cepet-cepet punya anak. Abby tahu kan kapan seharusnya kalian itu nikah?" Irma memancing bahasan masa lalu.

"Ma, enggak usah bahas yang lama," tegur Abby.

Di sini masih ada Ayna. Abby tidak mau istrinya menajdi risih membahas yang sudah lama-lama. Ditambah itu menyangkut soal putusnya hubungan mereka waktu itu.

"Bahas apa? Mama enggak bahas, cuma ingetin siapa tahu kamu lupa kapan seharusnya kalian dulu nikah."

Ayna memilih diam. Tidak keluarganya, kakak tiri Salma, juga Mama Abby sama sama menyebalkan. Bukan Ayna berniat durhaka mengatai mereka menyebalkan. Hanya saja, tingkahnya membuat Ayna menjadi risih dan kesal.

Ayna paham, mungkin mama Abby memang ingin segera memiliki cucu dari Abby dan dirinya. Tapi apa harus dengan tidak menganggap Kia cucunya? Walaupun sejujurnya ia memang tidak terlalu dekat dengan Kia, tapi ia merasa kasihan pada bocah itu.

Ibunya meninggal, diurus neneknya, keluarga dari ayahnya bersikap tidak suka padanya. Tiba-tiba Ayna berpikir, apakah dirinya juga termasuk orang yang tidak suka dengan adanya Kia?

"Ma, Abby sama Ayna pulang sekarang aja."

Abby langsung berdiri. Tangannya mengarah ke Ayna menyuruh istrinya itu bangun seperti dirinya.

"Udah malam. Ayna juga capek, mau istirahat habis kerja."

"Oh, Ayna mau pulang?" Irma menyingkirkan belanjaan yang dibelikan Abby dan meletakkannya di meja. "Ya udah pulang aja enggak apa-apa, kasihan Ayna kecapekan."

Ayna tersenyum mendengar ucapan Irma barusan.

"Kami pulang dulu, Ma. Titip salam ke papa sama adek," kata Abby sambil mencium telapak tangan mamanya, dan Ayna pun melakukan hal yang sama.

"Iya, hati-hati. Ayo mama temenin ke depan."

***

Selama di jalan pulang, Ayna menjadi merasa bila pernikahannya ini banyak masalah.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang