18 - Khawatir

34K 2.3K 42
                                    

Setelah mendapat pesan dari tempat membeli furniture rumah bila barang yang dipesan jadinya akan sampai esok pagi, Ayna memilih untuk tidur siang sampai sore. Bahkan jam 4 sore sesuai perkataannya pada Nia, Ayna belum juga bangun.

Jam 5 sore, Ayna membuka matanya. Ia tidur di ruang tengah bertiga bersama Nia juga Aira. Tapi Nia bangun lebih dulu karena harus merapikan rumah. Karena besok Nia aja kembali ke rumahnya dan meninggalkan rumah ini, jadi rumah ini akan kosong entah sampai kapan.

"Kak, baju ku masih ada di sini enggak sih? Kemarin kan sebelum acara dicuci di sini," tanya Ayna melihat Nia yang tengah membereskan pakaian.

"Ah, masa? Enggak tau, coba cek lemari dulu. Kunci kamarnya ada di belakang pintu tuh," kata Nia.

Ayna pun mengikuti arahan Nia. Mengambil kunci kamarnya untuk melihat apakah baju miliknya yang tertinggal di sini masih ada di dalam lemari atau tidak. Ternyata ada, Ayna langsung mengambilnya karena sekarang ia ingin mandi agar nanti saat rumah ia tinggal tidur.

"Kak, pinjem handuk ya."

Tanpa menunggu balasan dari Nia, Ayna langsung mengambil handuk bersih yang sudah dilipat Nia. Masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu.

Di luar sana, Nia masih melipat pakaian. Namun berhenti saat mendengar suara ketukan pintu dari luar, memang sejak tadi siang rumah dikunci dari dalam.

Nia langsung bangun untuk melihat siapa di depan sana. Sedikit terkejut saat melihat siapa yang datang ke sini, ternyata suami adiknya, Abby. Ia pun langsung membuka pintu dan mempersilahkan Abby masuk.

"Assalamualaikum. Ayna ada di sini , Kak?" tanya Abby. Raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

Nia merasa ada yang tidak beres. Ia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Abby.

"Aku kira dia pergi lagi, kayak dulu."

"Dia di sini kok, dari tadi siang. Kamu belum tahu emang?"

"Belum. Tadi jam empat aku pulang tapi rumah kosong. Udah cek ke dalam, Ayna tetap enggak ada," jelas Abby.

"Masuk dulu aja, Ayna lagi mandi," titah Nia.

Abby mengangguk dan masuk ke dalam.

"Ke kamar Ayna aja deh, By. Masih ada kasur ini kan, istirahat di sana. Kamu pasti capek, Ayna masih lama dia baru aja masuk kamar mandi."

Lagi-lagi Abby menurut, pergi ke kamar Ayna yang pintunya terbuka dan langsung merebahkan badannya di sana setelah menutup pintu. Abby memejamkan matanya, dirinya merasa lega,sembari istirahat. Pikirannya pun langsung tenang saat mendengar bila Ayna ada di sini. Tadi saat sampai di rumah, pikirannya sudah mengarah kemana-mana. Ia takut Ayna pergi seperti dulu.

10 menit kemudian Abby merasa ada yang masuk ke dalam kamar. Abby langsung membuka matanya dan melihat Ayna yang berdiri.

"Ngapain di sini?" Ayna sedikit kaget, posisinya ia baru selesai mandi dan hanya memakai handuk, niatnya akan memakai baju di kamar tapi Abby di sini.

"Kamu ke sini kenapa enggak bilang-bilang?"

"Nanti, aku pakai baju dulu."

Bukannya menjawab pertanyaan Abby, Ayna langsung pergi dari kamarnya untuk kembali ke kamar mandi dan memakai pakaiannya di sana. Walaupun Abby adalah suaminya, Ayna masih ingin menjaga jarak dengan Abby dalam hal apapun.

5 menit kemudian Ayna kembali ke kamar dengan sudah mengenakan pakaian juga menyisir rambut hitam panjangnya.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Ayna.

Abby bangkit dari tidurannya. "Aku yang tanya kamu, kenapa ke sini enggak bilang-bilang? Aku khawatir, cari-cari kamu ke sana sini."

"Emang harus bilang?"

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang