22 - Belanja

29.4K 2.1K 25
                                    

"Ay, kok diem aja?"

Malam ini, Abby menyadari bila sejak obrolan mereka di dapur Ayna diam tak bersuara.

Ayna menoleh. Menggeleng pelan. "Enggak, kenapa?"

"Daritadi kamu diam aja. Enggak ngomong," kata Abby.

Ayna menatap ke arah TV yang sedang mereka tonton di ruang tengah rumah ini. "Emang harus gimana? Emang selama nikah sama kamu aku jarang ngomong kan? Kita ngobrol kalau cuma masalah penting-penting, bahkan kalau aku duluan cuma buat tanya sesuatu."

Abby diam, omongan Ayna barusan ada benarnya. Selama menikah mereka jarang berkomunikasi di luar masalah pernikahan. Saat Ayna memulai obrolan pun, Ayna hanya menanyakan sesuatu yang berakhir dengan jawaban Abby.

"Benar."

Ayna mengangguk.

"Bisa enggak sih kita ubah, Ay?"

Ayna diam. Memikirkan banyak hal. Mulai dari perkataan Abby tadi di meja makan, soal perkataan Vivi dan mamanya di hari kemarin serta soal perkataan dari kakak tiri Salma lewat telepon yang tidak sengaja ia dengar.

"Apa?"

"Ya kita ubah, jalanin pernikahan ini semestinya."

Ayna cepat-cepat menggeleng. "Aku belum bisa."

"Kenapa?"

Abby kemudian mengecilkan suara televisi dengan remot yang ada di tangannya agar obrolan mereka bisa lebih fokus.

"Aku belum bisa kalau langsung begitu. Aku butuh waktu."

Abby menghela napas pasrah. Dia tidak mau memaksa Ayna. Dia akan membiarkan apa yang Ayna mau.

"Oke," ujar Abby setelah itu. "Ay, ada yang kamu pikirin? Selain masalah barusan yang aku bahas?"

Kepala Ayna menggeleng. Dia bohong. Sejujurnya ada. Hanya saja, ia tidak mau Abby mengetahui itu.

"Benar?"

"Iya, beneran."

"Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita sama aku, Ay. Aku suami kamu."

Ayna memilih diam daripada merespon ucapan Abby. Teringat akan Hera. Andai saja Hera masih ada di sini, kemungkinan besar dirinya tidak akan jadi menikah dengan Abby. Bahkan pikirannya tidak akan dipenuhi masalah-masalah kemarin.

***

Paginya Ayna diantar Abby ke kantor, kebetulan kantor Abby searah dengan tempat kerja Ayna. Ayna langsung turun setelah berpamitan sama Abby.

Tiba di ruangan Ayana dibuat terkejut karena di mejanya terdaiat beberapa bungkus plastik.

Ayna langsung meminta penjelasan pada Adit.

"Anak atas bagi buat lo, hadiah pernikahan dan katanya maaf enggak bisa datang."

Ayna pun mendekat ke mejanya. Melihat satu per satu barang, usai plastik tersebut dibuka berisi beberapa hadiah yang dibungkus kertas kado. Ayna menggelengkan kepalanya, serasa ulang tahun. Tangannya kembali merapikan tiga hadiah tersebut lalu meletakkannya di kolong meja.

Ayna jadi teringat bahkan kado pernikahan dari orang-orang kemarin belum sempat ia buka.

***

Ayna menunggu Abby di kursi panjang yang sengaja disediakan di depan kantornya. Sudah hampir setengah jam, namun Abby belum muncul juga.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang