24 - Rujak Buah

30.6K 2.3K 116
                                    

Sebulan sudah usia pernikahan Ayna dengan Abby. Banyak yang tak berubah, kedekatan Ayna dengan Abby dan Kia salah satunya. Sampai sekarang Ayna masih menjaga jarak dengan kedua orang tersebut. Walaupun sesekali mereka bercanda, tapi hanya sekadar basa-basi Ayna. Panggilan Kia pada Ayna sendiri pun tidak berubah, Kia masih memanggil Ayna dekat sebutan 'Tante'.

Sore ini, setelah pulang bekerja hujan turun. Padahal niat Ayna sore setelah pulang bekerja adalah menjenguk keponakannya yang sakit, Aira. Aira terkena demam berdarah dan baru pulang dari rumah sakit sekitar dua hari yang lalu, Ayna baru sempat menengok sore ini.

Di tangan Ayna terdapat dua bawaan. Yang pertama adalah buah-buahan dalam keranjang, satu lagi adalah buah-buahan yang sudah dipotong dengan sambal yang berada dalam plastik. Ayna membelinya tadi saat istirahat bersama Pia sekalian mencari makan siang.

Entah kenapa taksi online yang Ayna pesan tadi tak kunjung datang. Mungkin hujan sejak satu jam yang lalu adalah penyebabnya. Selain lama, harganya juga lebih mahal.

Alasan Ayna naik taksi online adalah Abby tidak bisa menjemputnya karena masih ada rapat. Abby bilang akan menjemput Ayna di rumah Nia ketika sudah selesai rapat nanti, sekitar jam 8 malam. Ayna tentu merasa senang akan hal itu karena tak perlu berlama-lama dengan Abby.

Tak lama taksi online yang Ayna pesan mengubungi Ayna dan mengatakan bila sudah di depan. Ayna pun langsung berlari di tengah hujan alhasil bajunya sedikit basah.

Ayna sampai di rumah Nia sekitar pukul setengah 7, kebetulan hujan sudah mereda menyisakan gerimis kecil. Ia membuka pintu pagar rumah milk kakaknya yang kebetulan tidak terkunci.

Ayna mengucap salam dan Nia muncul dari dalam. Suami Nia juga bersama Nia dan langsung menyuruh Ayna masuk. Ayna langsung mencari Aira, keponakan tersayangnya itu.

"Ada di kamar," kata Nia. "Bentar, kakak buat minum buat kamu. Baju kamu juga basah tuh," lanjut Nia.

Ayna terkekeh pelan menyadari itu. Kemudian membuka pintu kamar Aira dan melihat keponakannya itu tengah menonton tv sembari tiduran.

"Aira," panggil Ayna. Bocah itu langsung menoleh dan duduk di kasur. "Udah enakan?"

Aira mengangguk lemas, Aira masih masa pemulihan. Obat dokter juga belum habis saat Ayna melihat di meja kamar Aira.

"Nih, Tante bawa buah." Ayna meletakkan keranjang buah di sebelah obat milik Aira, sekalian dengan plastik berisi rujak miliknya. "Di makan ya, tapi tanya mamamu dulu boleh apa enggak. Takut ada yang dilarang."

"Iya, tante."

Tak lama Nia masuk ke dalam kamar. Meletakkan teh hangat yang sengaja dibuat untuk Ayna.

"Ini buah dari kamu?" Nia melihat-lihat keranjang di meja kamar. Lalu melirik Ayna.

"Iya," jawab Ayna.

Kini Ayna tengah duduk di lantai, sedangkan Aira di kasur. Ayna begitu menyayangi Aira. Menurutnya Aira itu berbeda dari keponakannya yang lain, ditambah hanya Aira satu-satunya perempuan. Bukan Ayna pilih kasih, hanya saja Ayna tidak menyukai sikap nakal keponakannya yang lain.

Aira sudah kembali tiduran di kasur, Ayna pun mengusap kepala Aira dengan lembut sembari menonton tv.

"Rujak juga?" tanya Nia lagi. Tak yakin kalau itu untuk Aira, mengingat Aira masih masa penyembuhan sehabis pulang dari rumah sakit.

"Eh, itu punya aku. Tadi beli pas istirahat enggak sempet makan keburu kekenyangan akhirnya bawa pulang aja."

"Kamu lagi hamil?" Tiba-tiba Nia merasa curiga.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang