04 - Kembali

37.1K 3K 124
                                    

Ayna sudah kembali ke Jakarta dan diam di rumah. Untung saja Hera hanya sakit biasa, bukan karena dirinya yang kabur. Walaupun begitu, Hera tentu mengkhawatirkannya.

"Jangan kabur-kaburan deh, lo bukan anak kecil lagi!" Ibni membentak Ayna yang baru membuka pintu kamarnya sejak tadi. "Nurut sama apa yang dibilang Mama, Ay. Lo katanya sayang mama, tapi buat nurutin kemauan mama aja enggak mau. Aneh."

"Apa sih? Jam segini udah marah-marah aja. Gue juga udah minta maaf sama mama. Lo nyuruh gue nikah? Lo kira gampang hah ngilangin trauma?" Ayna mulai emosi menghadapi kakak pertamanya yang hobi marah-marah.

Sejak dulu Ayna dan Ibni memang tidak pernah akur. Ibni adalah orang yang mudah emosi.

"Ay, lo tinggal nikah, selesai. Gampang kan."

Ayna menatap Ibni. Gampang? Gila, Ayna merasa kakaknya ini gila.

"Lo udah nikah kan, Kak? Gampang dari mananya sih?" Ayna kembali tersulut emosi. Ia baru saja bangun tidur namun sudah harus menghadapi kakaknya yang satu ini.

"Makanya lo nikah, biar ngerasain!"

Ayna langsung menutup pintu kamarnya kembali.

"Dasar gila."

Ayna kembali menidurkan badannya. Mencoba melupakan perdebatannya tadi dengan Ibni. Namun tidak bisa, membuat Ayna menggeram kesal. Entah kenapa dia harus memiliki kakak yang hobinya memaksa.

Ia mengambil ponselnya, melihat pesan dari Vivi yang belum sempat dibacanya. Ada satu pesan yang membuat Ayna menghela napas.

Vivi : Ay, sorry gue bilang ke keluarga lo. Gue enggak tega, mama lo masuk rumah sakit. Sorry banget

Ayna berniat membalas pesan Vivi.

Ayna : lo kenal nomor 0851******72 sama 081387****99?

Vivi : Nomor Abby, gue lihat di get contact

Lagi-lagi Ayna menghela napas. Darimana Abby mendapatkan nomor teleponnya?

Ayna : lo kasih nomor gue ke Abby?

Vivi : Enggak, punya kontaknya aja enggak gue.

Ayna : Oke

Ayna menutup kedua matanya dengan tangan. Kenapa hidupnya sesial ini?

***

Ayna kembali bangun saat jam menunjukkan pukul 7 malam karena perutnya terasa lapar. Ia melirik jam dinding kemudian meregangkan tubuhnya. Ia belum mandi sejak tadi siang, tubuhnya sekarang terasa gatal.

Ayna lantas keluar kamar, baru ia akan mengambil handuk, tatapannya jatuh pada seorang anak kecil yang tengah duduk bertiga dengan Nia juga Aira.

Itu anak yang diperkenalkan Abby 3 hari yang lalu. Putri Abby. Wajahnya sangat mirip dengan Abby.

"Akhirnya bangun juga." Nia sadar akan Ayna yang tengah menatap mereka. "Sini, duduk di samping Kia."

"Mau mandi," ucap Ayna menghindar.

Ayna menghabiskan 20 menitnya di kamar mandi. Selesai mandi Ayna langsung pergi ke meja makan, ternyata di sana ada Kia yang juga sepertinya mau makan.

"Ay, siapain Kia makan ya. Katanya dia laper," teriak Nia dari ruang tengah.

Ayna menghela napas. Kenapa dia harus makan dengan anak Abby? Jangan sampai Ayna membenci Kia hanya karena kelakuan Abby dulu.

"Aku enggak bisa ambil piringnya. Tinggi."

Ayna sadar Kia hanya memegang sebuah sendok juga garpu. Sedangkan tidak ada piring di hadapannya. Ayna lantas berdiri dan berjalan ke arah rak untuk mengambil piring, setelah itu memberikannya ke Kia.

Bersama MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang