Rachel memandang wajah nya di cermin. Pipi nya sudah mulai tirus dan wajah nya pucat. Sesekali Rachel mengalihkan pandangannya ke sebuah figura yang ada disamping meja nya, potret dirinya dan Sunghoon. Setiap melihat foto itu, kepala Rachel rasanya mau pecah. Hati nya melengos saat menyadari bahwa suatu saat dia bisa saja meninggalkan sosok yang tersenyum disampingnya dalam figura itu.
"Kak Rachel, udah siap?" Rachel menoleh kearah pintu kamarnya, ada Yeji disana yang akan mengantarkan nya pergi untuk kemoterapi pertama hari ini.
"Kenapa kak? Kok mukanya sedih gitu" Gadis yang lebih muda mendekati Rachel dan ikut memandang pantulan wajah Rachel di cermin.
"Nanti abis kemo rambut ku rontok gak ya?" Hati Yeji sakit mendengarnya. Dia merasakan nyeri yang dirasakan oleh Rachel.
"Kak.. "
"Gapapa kok, aku udah siap" Rachel perlahan berdiri dari duduk nya. Mengambil tas yang akan dibawa nya pergi.
"Ayo nanti keburu sore"
Yeji mengangguk lalu dengan cepat berjalan duluan untuk membuka kan pintu mobil Rachel.
Selama perjalanan Rachel hanya diam menatap jalanan dan bangunan yang dilewatinya. Yeji pun tidak berani memulai percakapan karena takut mengganggu Rachel.
Sampai lah mereka di sebuah rumah sakit yang akan sering Rachel kunjungi. Rachel menghembuskan nafas berat saat baru saja keluar dari mobil. Yeji yang berjalan disampingnya tidak henti memberikan kata semangat sejak tadi.
Ini pertama kalinya Rachel akan melakukan kemoterapi, entah kenapa detak jantung Rachel berpacu lebih cepat. Takut. Dia takut bahwa dia tidak akan bangun lagi setelah kemoterapi nanti.
"Kak, jangan takut. I'm here with you. Ada abang juga yang nungguin kamu sembuh, kamu pasti bisa kak"
Rachel hanya mengangguk pelan sebelum dirinya dibawa masuk oleh perawat yang bertugas. Yeji memberikan senyum terbaiknya sambil mengangkat kedua tangannya menandakan dia memberi semangat kepada Rachel.
Selepas Rachel masuk kedalam ruangan Yeji mengacak - acak rambutnya. Ada rasa bersalah karena membiarkan Sunghoon, abang nya, tidak mengetahui keadaan Rachel yang bisa dibilang parah.
Yeji membayangkan betapa marah nya Sunghoon saat mengetahui ini semua suatu saat nanti. Yeji yakin bahwa Sunghoon bisa merutuki dirinya sendiri karena rasa bersalah nya.
Tapi apa yang bisa Yeji lakukan hanyalah menuruti keinginan Rachel. Maka Yeji tidak akan memberitahu Sunghoon tanpa izin Rachel.
---
Di dalam ruangan Rachel sudah berhadapan dengan Dokter Elang, orang yang akan menangani nya selama kemoterapi.
Rachel berbaring di sebuah tempat tidur yang bahkan rasanya Rachel tidak bisa merasakan empuk nya kasur ini.
Rachel terlalu takut. Takut akan segala hal yang dia bayangkan terjadi.
Sudah 2 jam lebih Rachel berada diruangan ini. Rasa mual dan pusing melanda tubuhnya. Berkali - kali Rachel memuntahkan isi perutnya yang membuat tubuhnya kini lemah.
Ini kali pertamanya, dan rasanya sangat menyiksa.
Setelah selesai dengan semua prosedurnya, Rachel disuruh untuk beristirahat beberapa menit lalu diperbolehkan untuk pulang. Maka Yeji juga diperbolehkan masuk saat para dokter dan perawat meninggalkan ruangan.
"Gimana kak?"
"Not that good, but not that bad. Aku bisa kok" Yeji menatap Rachel sendu, dia tau bahwa Rachel sedang tidak baik - baik saja. Dia sangat kesakitan, tapi dia berusaha untuk terlihat baik.
"Ayo kak, aku bantu jalan nya" Rachel perlahan berdiri dari tempat tidurnya dibantu dengan Yeji yang membawakan tas nya.
Tubuh Rachel rasanya tak berdaya. Lemah sekali. Bahkan untuk menapakkan kaki nya di lantai, Rachel tidak sanggup.
Sampai lah mereka dirumah. Yeji membantu Rachel untuk berjalan masuk ke kamarnya.
"Di sofa dulu aja, aku gak mau ke kamar" Maka Yeji menuntun Rachel untuk duduk di sofa.
Yeji mengeluarkan beberapa kotak makanan dari kantong plastik yang dibawanya dari mobil.
"Kak makan dulu ya? Aku udah beli beberapa makanan tadi pas nunggu selesai kemo nya"
"Nanti deh, lagi gak ada selera makan"
"Paksain kak, kamu harus makan walaupun dikit"
"Yaudah nanti ya, capek banget rasanya aku mau duduk dulu" Yeji mengangguk mengerti. Dia tidak akan memaksa Rachel.
Yeji duduk disamping Rachel dan tangannya ter ulur untuk memijit lengan Rachel. Yeji tau pasti rasanya lelah sekali sampai Rachel jadi se pendiam ini.
"Kamu gak bilang ke abang mu kan?" Yeji menggeleng pelan, mana berani dia memberi tahu Sunghoon walaupun rasanya sangat ingin agar abang nya mengetahui keadaan Rachel, pacarnya sendiri.
"Bagus deh, jangan sampe dia tau"
"Tapi kak, Abang berhak tau. Aku bukan maksa kamu buat bilang ke abang, nanti kalo udah siap aja. Tapi yang jelas nanti jangan biarin abang gak tau apa - apa soal ini kak, gimana pun kamu tetep pacarnya. Abang pasti marah banget kalo dia tau bukan dari orang lain, bukan dari kakak sendiri"
Yeji benar. Rachel pun sangat ingin memberi tahu Sunghoon soal ini, karena bagi nya support Sunghoon adalah segalanya. Tapi mengingat cowok itu sedang banyak kesibukan diluar sana, rasanya tidak tega berbagi kesedihan dengan nya.
Rachel hanya ingin semua berjalan seperti biasanya, dengan mendengar cerita Sunghoon di penghujung hari, tertawa bersama bahkan sesekali mendengarkan gombalan pasaran yang sudah berkali - kali Sunghoon ucapkan.
Rachel tidak ingin jika Sunghoon mengetahui penyakitnya, maka cowok itu hanya akan mengasihaninya atau bahkan topik mereka tidak lain dari pengobatan Rachel. Rachel tidak mau itu terjadi. Baginya itu hanya akan mengganggu konsentrasi Sunghoon saat bekerja.
"Kalo aku udah siap, aku pasti bilang ke Sunghoon. Kamu tenang aja, Yeji"
[]
---
hi guys! apa kabar? maaf baru update sekarang huhu.
ANW thank you 1.1 likes aaaaa i'm so happy😭❤️
JANGAN LUPA VOTE ENHYPEN DI TTA YA GUYS!! love love love❤️notes : kalau ada istilah kedokteran yang salah mohon dimaafkan ya. aku juga udah berusaha research di google soal kemoterapi karena aku bukan anak kesehatan, aku anak hukum guys😭 jadi maaf yaa kalo ada yang salah🥲🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDOL | Park Sunghoon
Fanfiction𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐝𝐨𝐥 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧. 𝐭𝐚𝐤 𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐨𝐧𝐭𝐚𝐜𝐭-𝐚...