Welcome Back~
"Kak Seonghwa?"
Seonghwa langsung menoleh ke arah pintu yang dibuka oleh San. Dengan cepat, Seonghwa berdiri dan menarik San untuk masuk ke dalam kamar. Ia segera menutup pintu kamar dengan rapat. Setelah itu, Seonghwa berbalik dan menatap San yang terlihat sudah sangat mengantuk.
"Yunho akan bersama Kak Hongjoong di atas deck. Mereka menyuruhku untuk menemani Kakak. Kata Kak Hongjoong, Kakak tidak suka tidur sendiri, jadi aku ke sini," ujar San. Ia segera duduk di atas salah satu kasur. Kedua tangannya memeluk sebuah boneka beruang dengan erat. Seonghwa tersenyum. Ia menyusul duduk, tetapi di tempat tidur lainnya.
"Aku memang berniat mengajakmu tidur di sini, tapi kamu sudah datang. Jadi, aku tidak perlu mencarimu lagi," ujar Seonghwa. San meresponnya dengan anggukkan pelan saja. Kedua matanya berusaha untuk tetap terbuka. "Tidurlah. Kamu terlihat sangat mengantuk."
"Hm? Hm." San mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia langsung berbaring dan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin di atas tempat tidur itu. Tidak membutuhkan waktu lama, San sudah terlelap. Pemuda itu sepertinya sangat kelelahan. Mengingat saat siang tadi, San tidak bisa berhenti bergerak atau berteriak.
Senyuman mulai terukir di wajah Seonghwa ketika melihat wajah polos San yang tengah tidur. Ia lalu berdiri, mendekati ranjang tersebut dan mulai menutupi tubuh San dengan sehelai selimut yang cukup tebal. Seonghwa kembali berdiri tegap. Ia menghela napas dengan kepala yang mendongkak. Matanya mulai berair, dengan dadanya yang mendadak terasa sakit. Seonghwa kembali menghela napas. Kali ini dengan panjang.
Ia tidak akan sanggup jika harus kehilangan salah satu adiknya. Walaupun hanya dibayangkan saja.
Perlahan, Seonghwa berbaring ke atas ranjang. Ranjang yang sama dengan yang digunakan San saat ini. Ketika ia hendak berbaring, San secara tiba-tiba membalikkan badannya. Seonghwa yang terkejut, langsung terdiam. Ia khawatir, San terbangun dan kesal karena tingkahnya. Tetapi setelah beberapa saat menunggu, tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut San. Bahkan, ketika San sudah kembali membuka kedua matanya.
Seonghwa segera berbaring dan ikut ke dalam selimut. Ia menyunggingkan senyum ketika San masih terus menatap dirinya. "Kakak ... apakah Kakak benar-benar menganggapku sebagai seorang adik?" tanya San tiba-tiba, dengan suara serak khas orang yang baru bangun. Seonghwa kembali tersenyum.
"Ya. Kamu adalah adikku. Aku menganggapmu adik kandungku. Oleh karena itu, jangan menganggap jika kamu sendirian, oke? Kamu memiliki aku sebagai Kakakmu. Kamu bisa mengandalkanku," ujar Seonghwa. Ia menggenggam tangan San dengan lembut. "Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu, apapun yang terjadi. Bahkan, jika itu di momen terburuk sekalipun," lanjutnya.
San masih diam. Ia tetap menatap Seonghwa dengan kedua mata yang berbinar karena pantulan lilin di kamar itu. Beberapa saat kemudian, ia secara tiba-tiba memeluk Seonghwa. Menyembunyikan kedua telinganya yang memerah. "Terima kasih. Aku senang memiliki Kakak seperti Kak Seonghwa," ujarnya.
Seonghwa tertawa. Ia menepuk-nepuk pelan kepala San. "Kamu sangat menggemaskan. Pantas saja Yunho sempat cemburu padamu. Aku jadi semakin menyukaimu." San mengangkat sedikit kepalanya.
"Kakak menyukaiku?"
"Ya. Karena kamu imut," jawab Seonghwa yakin. San tersenyum semakin lebar.
"Bukan salahku jika aku terlahir imut. Tapi terima kasih, Kakak tampan," ujarnya. Seonghwa hanya berdehem sebagai respon. Ia kembali menepuk-nepuk kepala San pelan. Membiarkan pria itu tertidur di pelukannya. Toh, ia juga menyukai hal itu. Karena pada akhirnya, Seonghwa benar-benar merasa memiliki saudara kandung. Ia senang karena dirinya tidak merasa sendiri lagi.
Waktu berlalu, dan kedua orang itu sudah terlelap. Sudah masuk ke dalam mimpinya masing-masing. Wajah keduanya begitu damai, terlebih Seonghwa yang di wajahnya masih terlihat jejak senyuman. Hingga satu jam berlalu, ruangan itu benar-benar hening tanpa ada suara apapun. Sampai seseorang dari luar membuka pintu kamar tersebut.
"Seong— Astaga!" Hongjoong menutup kedua mulutnya. Ia berusaha agar tidak berteriak keras dan membangungkan kedua orang yang tengah tertidur sekarang. Menghela napas, Hongjoong kembali berdiri tegap. Ia menatap dua orang yang tengah tertidur saling berpelukan itu beberapa saat, sebelum terkekeh pelan.
"Ada apa, Kapten?" tanya Mingi. Hongjoong langsung menoleh ke belakang. Di sana ada juga Jongho.
"Tidak ada apa-apa," ujar Hongjoong. Tetapi, Mingi tidak langsung percaya. Ia dan Jongho mendorong Hongjoong pelan dari pintu, dan melihat ke arah yang Hongjoong tuju. Setelahnya, kedua orang itu menggeleng lemah.
"Kak San memang sepopuler itu, kah? Aku juga ingin menjadi sangat dekat dengan Kak San," ujar Jongho dengan suara yang sedikit dipelankan. Mingi di sebelahnya mengangguk.
"Berhati-hatilah. Karena nanti, kamu justru akan membuat Yunho cemburu. Belum lagi sekarang, Kak Seonghwa juga sepertinya sangat menyukai San," ujar Mingi. Jongho hanya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Hongjoong menatap bingung pada percakapan keduanya.
"Baiklah. Aku tidak akan seperti Kak Hongjoong sampai akhirnya Kak Yunho cemburu dan kesal pada Kak San." Ucapan Jongho membuat Hongjoong terkejut. Tetapi ketika ia akan bertanya, kedua orang itu sudah keluar dari kamar dengan langkah lebar.
A to Z
"Wooyoung."
"Ya?" Wooyoung langsung menoleh. Ia mendapati Yeosang masuk ke dalam dapur seorang diri. "Bisa bantu aku rapikan piring-piring itu?" tanya Wooyoung yang langsung dijawab anggukkan oleh Yeosang. Keduanya langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing. Wooyoung yang sibuk mencuci perabotan kotor, sedangkan Yeosang yang menyusun perabotan-perabotan tersebut.
Tidak ada suara apapun selain air yang mengalir serta dentingan antar piring. Suasana malam yang sepi, membuat suara apapun terdengar lebih keras dibanding biasanya.
Termasuk, helaan napas Wooyoung.
"Bukankah ini seperti mimpi?" Wooyoung menoleh ke arah Yeosang. Pemuda itu juga menatap ke arahnya. "Dulu, kita berjanji untuk bisa berlayar bersama. Menjadi pelaut handal dan terkenal bersama. Dan sekarang, lihatlah! Kita melakukannya," ujar Wooyoung sambil tersenyum lebar.
"Ah, maksudku belum. Tapi, kita pasti akan menjadi pelaut legenda yang akan dibicarakan sampai kita tua nanti, kan?" Yeosang mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menatap ke arah langit-langit dengan senyuman di wajahnya.
"Hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya adalah, kamu memutuskan pindah. Padahal, pelabuhan di sana salah satu tempat terbaik. Bahkan, keluarga Raja sering berada di sana," ujar Yeosang. Wooyoung menundukkan kepalanya. Walau kedua tangannya sibuk membilas sebuah piring, tetapi wajahnya menunjukkan jika dirinya tidak terlalu fokus pada pekerjaannya.
"Kita sudah membuat janji untuk selalu bersama. Saat kamu dikeluarkan, aku tidak memiliki alasan lain lagi untuk tetap berada di sana," ujar Wooyoung. Kepala Yeosang langsung menoleh dengan cepat ke arahnya. Raut wajahnya begitu terkejut. Karena baru hari ini, Wooyoung mengatakan alasan kedatangannya ke pelabuhan KQ.
"Dasar bodoh," ujar Yeosang pada akhirnya. Wooyoung yang mendengar hal itu dengan jelas, langsung menganga tidak percaya pada ucapan Yeosang barusan.
"Kau ini. Kenapa ucapanmu semakin kejam saja?" gerutu Wooyoung. Yeosang terkekeh. Ia mengulurkan tangan kanannya. Menunjukkan jari kelingkingnya.
"Berjanjilah." Wooyoung kembali menatap ke arah Yeosang dengan dahi yang mengerut dalam. Tidak mengerti. "Berjanjilah kita akan menjadi pelaut legenda bersama. Bukan hanya kita berdua, tetapi kita berdelapan," ujar Yeosang. Senyuman di wajah Wooyoung kembali muncul. Ia segera menautkan jari kelingkingnya pada jari Yeosang.
"Janji," ujarnya.
To be Continued ....
20 Agustus 2021
Fia's Note :
Ini bukan cerita BL. Ini murni cerita persahabatan, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
HOURGLASS : PIRATE KING [The End]
Fanfiction[Hourglass Series #1] Tentang delapan pemuda yang dipenuhi semangat dan mimpi, disatukan menjadi satu tim yang akan berlayar menjelajahi luasnya lautan. Rintangan demi rintangan tengah menunggu kedatangan mereka. Apakah tim bernama ATEEZ yang dipimp...