34. Tournament (5)

188 37 1
                                    

Welcome back~

San dan Jongho sudah keluar dari ruangan. Saat ini, mereka berdua berdiri di depan pintu yang akan membawa mereka ke arena pertandingan. Terlihat beberapa kali Jongho menghela napas. Walaupun untuk pertandingan kali ini dirinya tidak bertanding sendirian, tetapi rasa gugup dan was-was itu tidak bisa dielak.

"Kamu baik-baik saja?" tanya San khawatir. Sejak tadi, ia memang sudah tahu jika Jongho terlihat begitu gelisah.  Hanya saja, San tidak mengira jika Jongho akan terlihat sedikit pucat sekarang.

"Aku baik-baik saja," ujar Jongho. Ia mengembuskan napas panjang. "Hanya saja, aku tiba-tiba merasa gugup yang luar biasa," lanjutnya. San menepuk bahu Jongho pelan. Ia menoleh ke sekeliling. Tidak ada siapapun selain mereka berdua di tempat itu.

"Kita bisa melakukannya," ujar San yang dibalas anggukan kepala oleh Jongho. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dari luar. Salah satu panitia menampakkan diri. Dia menatap San dan Jongho sekilas, sebelum menganggukan kepalanya. "Masuklah. Jika kalian berdua sudah tidak sanggup bertahan, sesegera mungkin beritahu kami. Mengerti?" Jongho dan San mengangguk secara bersamaan. Setelah itu, barulah mereka berdua memasuki arena pertandingan. Diiringi sorak para penonton yang sudah sangat tidak sabar untuk menyaksikan pertandingan terakhir.

"Seperti sebelumnya, peraturan di pertandingan ini hanya satu. Jangan saling membunuh," ujar wasit itu. Kali ini, wasit tersebut menatap tajam dua tim yang akan bertandinga. Ia mengulurkan tangannya yang membawa sebuah lonceng ke depan, lalu menggerakkannya secara perlahan.

"PERTANDINGAN, DIMULAI!"

Tanpa aba-aba, dua pria dengan marga keluarga Barasha itu langsung menyerang San dan Jongho. Beruntung, kedua pemuda itu bisa menghindar. Terlihat jika San dan Jongho sangat terkejut dengan serangan yang sangat tiba-tiba itu.

"Jongho, serang orang yang satu garis denganmu. Kita serang mereka secara bersamaan," ujar San. Jongho menoleh sebentar. Ia kembali dibuat terkejut dengan raut wajah San yang begitu mengerikan. Dimana, San memasang sebuah seringai lebar, dengan mata yang menyorot tajam lawannya.

"Aku mengerti," ujar Jongho. Begitu Jongho selesai bicara, San langsung menyerang lawannya secara membabi-buta. Ia terus melayangkan pukulan dan beberapa tendangan tanpa memberikan cela untuk salah satu pemuda Barasha itu melawan atau sekadar menghindar. Melihat saudaranya terus diserang tanpa henti, sang adik berniat untuk menyerang San. Tetapi, niatnya itu terhenti ketika dengan tiba-tiba Jongho memukul perutnya dengan lumayan kuat.

"Arrgh."

"Lawanmu adalah aku. Kita tanding satu lawan satu," ujar Jongho. Ia kembali melayangkan pukulan ke arah yang sama, tetapi sedikit lebih kuat dibanding sebelumnya. Karena tidak ingin kalah, lawan Jongho pun tidak segan melakukan serangan balik. Kemampuan lawan Jongho tidak bisa diremehkan begitu saja. Menjadi juara pertandingan dua kali berturut-turut, tentunya mereka berdua pasti memiliki kemampuan bertanding yang sangat baik.

Jongho menghela napas kasar. Ia melirik sebentar ke arah San. Kakaknya itu tidak terlihat kelelahan menghadapi musuhnya. Dengan cepat, Jongho menatap tajam kembali ke arah lawannya. Tanpa mau mengambil jeda terlalu banyak, Jongho kembali melakukan serangan. Tetapi, kali ini lawannya bisa dengan cepat menahan serangan yang diberikan Jongho.

"Kemampuan yang cukup menarik. Tetapi aku tidak bisa membiarkan kalian menang dan membawa hadiah utama itu." Dahi Jongho mengerut tipis. Dirinya menjadi begitu penasaran dengan hadiah utama yang dimaksud. Karena yang ia tahu, pemenang dipertandingan ini akan mendapatkan sejumlah uang yang banyak. Hanya saja, rasanya terlalu aneh jika kedua orang Barasha ini begitu nekat untuk mendapatkan sejumlah uang. Karena dari penampilan mereka berdua, seharusnya mereka berdua dari kalangan bangsawan.

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang