17. Omorfia. The Beautiful Island

242 45 0
                                    

"Siapa yang menurunkan jangkarnya?" tanya Hongjoong. Di sebelahnya, ada Seonghwa yang tengah berdiri tegap menatap ke depan.

"Yeosang dan Jongho," ujar Seonghwa. Hongjoong mengangguk mengerti. Ia kembali menatap ke depan dengan senyuman yang mulai terukir. Di depan mereka, pulau sudah terlihat sangat jelas. Tinggal menunggu beberapa saat lagi, mereka akan berlabuh dan beristirahat beberapa hari di pulau itu. Tentu saja, mereka juga akan mencari barang yang diperintahkan Carlos di pulau bernama Omorfia itu.

"Aku belum melihat San dan Mingi. Kemana mereka berdua?" Seonghwa langsung menoleh. Ia menoleh ke sekeliling kapal dan hanya menemukan Yunho dan Wooyoung yang tengah mengobrol. "Sepertinya—"

"Kak Hongjoong! Sebelum turun, ada yang ingin kami bicarakan denganmu!"

Teriakkan dari Mingi membuat Seonghwa berhenti bicara. Ia dan Hongjoong langsung menoleh ke arah Mingi yang juga tengah bersama San. Hongjoong terdiam beberapa saat, terlebih ketika San mengangkat bukunya tinggi-tinggi. "Baiklah!" Hanya itu yang Hongjoong katakan. Kedua orang itu langsung memasang wajah cerah. Sepertinya mereka bersungguh-sungguh dan memiliki hal penting untuk dibicarakan.

Kapal mulai berlabuh. Pelabuhan di pulau Omorfia terlihat begitu ramai ketika kapal yang Ateez naiki menurunkan jangkar. Pelabuhan di Omorfia hampir sama sibuknya seperti di pelabuhan Zatra. Semua orang begitu sibuk, namun dapat terasa aura hangat di pelabuhan tersebut. Tidak salah, jika Omorfia mendapat julukan sebagai tempat yang indah dan hangat.

Hongjoong tersenyum lebar ketika kapal mereka sudah berlabuh sepenuhnya tanpa kerusakan apapun. Menghela napas panjang, ia segera turun dari deck diikuti oleh Seonghwa. Kedua orang itu berjalan menuju ruang diskusi, untuk mengetahui apa yang ingin dibicarakan oleh Mingi dan San. Tanpa diperintah, Wooyoung dan Yunho juga berjalan mengikuti mereka berdua.

"Hal seperti apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Hongjoong langsung. Di ruangan itu sudah ada San dan Mingi yang terlihat tengah membahas sesuatu. Keduanya menoleh ketika pintu terbuka.

"Buku yang aku beli," ujar San. Ia membuka bukunya, dan langsung menunjukkannya pada Hongjoong. Diantara halaman itu, ada sebuah kunci yang terselip. "Awalnya aku pikir itu hanya hiasan saja. Tetapi, di buku itu ada penjelasan jika kunci itu memiliki hubungan dengan barang yang kita cari," lanjut San.

Hongjoong mengambil kunci tersebut. Ia memperhatikannya dengan seksama. Tidak ada yang aneh, selain simbol kecil. Ia menyerahkannya pada Seonghwa yang sepertinya sama penasaran. Ketika Seonghwa mengamati kunci itu, raut wajahnya terlihat berubah walau ditahan sedemikian rupa olehnya. Hongjoong menatap Seonghwa beberapa saat. Ia tentunya merasa ada yang aneh.

"San. Kamu sudah melihat ada simbol di kunci ini?" tanya Seonghwa. San langsung mengangguk. Ia kembali menatap ke arah buku itu, lalu membuka halaman selanjutnya.

"Di sini tertulis jika kunci itu bisa membuka ... kotak? Sepertinya ada satu jam pasir yang dijaga di suatu tempat. Dan untuk membukanya, kita membutuhkan kunci itu," ujar San.

Seonghwa menyerahkan kembali kunci di tangannya pada Hongjoong. "Biarkan Kapten yang menyimpan benda ini. Tidak akan baik jika satu orang membawa barang penting lebih dari satu," ujar Seonghwa dengan tegas. Mingi yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya dari kunci itu langsung memberengut. Dirinya sudah terlalu menyukai benda itu sejak San memperlihatkannya kepada dirinya.

"Kamu kenapa, Mingi?" tanya Yunho yang langsung menyadari perubahan raut wajah Mingi. Mingi menoleh. Ia menggeleng pelan, tetapi kepalanya menunduk. San yang masih ada di sebelahnya, langsung memeluk Mingi.

"Mingi sangat menyukai kunci itu. Benar, bukan?" Mingi langsung mengangguk. Membenarkan ucapan San barusan. Hongjoong menoleh ke arah Seonghwa. Ia tidak masalah, jika kunci di tangannya dibawa oleh Mingi. Tetapi sepertinya, Seonghwa memiliki rencana lain. Pria itu menghela napas dengan kepala yang menggeleng pelan.

"Maafkan aku, Mingi. Tetapi, sekarang kita berada di tempat asing. Kamu bisa memegang kunci itu selama di kapal, tetapi Hongjoong akan membawanya selama di luar kapal," ujar Seonghwa.

"Aku mengerti," ujar Mingi. Ia berdiri dan langsung merangkul San. "Kalau begitu, apakah kami boleh keluar sekarang? Di luar sepertinya ada makanan lezat," ujar Mingi. Ia sudah terlihat kembali ceria. Seonghwa tersenyum tipis. Ia menoleh ke arah Hongjoong. Memiringkan sedikit kepalanya.

"Kita keluar bersama. Kasihan jika Yeosang dan Jongho tidak melihat kita setelah mereka menurunkan jangkar," ujar Hongjoong. Ia segera berbalik diikuti Seonghwa. "Jika ingin membeli sesuatu, pastikan tidak terlalu berlebihan. Ingat, kita tidak memiliki banyak uang," lanjutnya sebelum keluar dari ruangan itu. Empat orang yang ada di sana —Yunho, San, Mingi, dan Wooyoung—, langsung saling bertatapan. Mereka tersenyum satu sama lain.

Perlahan, Wooyoung mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya. Ia membuka lipatan kertas tersebut dan menunjukkan kepada ketiga orang itu. "Ayo, kita menangkan hadiahnya!"

"Ssst!"

A to Z

Selamat datang di Omorfia. Itu adalah kalimat sambutan yang dibaca para anggota Ateez begitu mereka semua sudah turun dari kapal. Menoleh ke kanan ataupun kiri, mereka bisa menemukan orang-orang dari berbagai kalangan memenuhi pelabuhan. Interaksi yang beragam, membuat pelabuhan itu cukup berisik. Walau demikian, perasaan hangat begitu terasa di tempat itu.

Ateez mulai berjalan semakin masuk ke dalam pelabuhan itu. Setelah Hongjoong membayar biaya sewa untuk penjaga kapal, ia membawa anggotanya mendekati seorang pria dengan pakaian seragam. Dari gerak-geriknya, pria itu seperti seorang petugas keamanan di pelabuhan tersebut. "Selamat pagi."

"Selamat pagi. Ah, bangsa Azland. Selamat datang di pulau Omorfia," ujar petugas tersebut dengan wajah ramah. Senyuman lebar terukir di wajahnya yang mulai berkeriput. Hongjoong tersenyum, sedangkan beberapa anggotanya terlihat kebingungan. Mereka sepertinya tidak menyangka jika petugas tersebut mengetahui darimana mereka berasal.

"Kalian ke sini untuk berwisata?" tanya petugas itu. Masih dengan wajah ramah.

"Begitulah," ujar Hongjoong seadanya.

"Kami sedang dalam perjalanan berkeliling dunia, Paman. Jadi, tidak akan bagus jika kami tidak berkunjung ke sini dahulu," ujar San tiba-tiba. Para member Ateez langsung menoleh ke arahnya secara serempak. Ada yang menahan tawa, namun ada juga yang merasa was-was. Karena bagaimana pun, mereka masih sangat asing dengan orang-orang di sini.

"Itu—"

"Hahahahaha!!" Petugas itu tertawa. Hal tersebut membuat para member terlihat kebingungan. "Semangatmu sangat besar sekali, anak muda. Kalau begitu, kalian membutuhkan sebuah penginapan, bukan? Akan aku tunjukkan, penginapan yang bagus tetapi harganya cukup bersahabat," ujar petugas itu.

Hongjoong menoleh ke belakang, ke arah semua anggotanya. Ini kali pertama mereka ke pulau Omorfia. Dan tentu saja, mereka pasti akan kesulitan untuk mencari penginapan terdekat apalagi dengan harga yang sedikit lebih murah. Hongjoong mengangguk sekali. Ia segera berjalan mengikuti petugas itu, diikuti oleh anggota Ateez lainnya.

"Di sini, kalian jangan begitu khawatir. Keamanan serta kenyamanan wisatawan adalah prioritas kami. Karena itu, kalian jangan sungkan jika ada sesuatu hal yang menganggu kalian."

"Terima kasih atas kebaikannya. Kami sangat senang mendengarnya," ujar Hongjoong. Petugas itu tersenyum kembali. Ia menepuk sekali bahu Hongjoong.

"Ini pelayaran pertama kalian, bukan? Buatlah kenangan sebagus mungkin. Kalian harus menikmati semua itu selagi muda, agar saat tua nanti tidak memiliki begitu banyak penyesalan," ujar petugas tersebut.

"Tentu. Kami tidak akan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada." Petugas itu menganggukkan kepalanya. Terlihat puas dengan ucapan Hongjoong. Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan antar keduanya. Mereka terus berjalan menembus kerumunan orang-orang.

"Pertandingannya lusa, bukan? Kita harus mencari tempat berlatih," bisik Wooyoung pada Yunho. Yunho mengangguk. Mereka berdua kembali berdiri tegap, seolah tidak ada hal yang terjadi. Keduanya tetap berjalan dengan mata yang sesekali memperhatikan sekitar. Dari apa yang mereka lihat, ada beberapa orang yang sepertinya akan mengikuti pertandingan. Dilihat dari pakaian yang digunakan oleh beberapa orang tersebut.

"Entah kenapa, aku ragu kita akan menang," gumam Mingi saat melihat orang-orang itu.

To be Continued ....

23 Agustus 2021

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang