21. Talk

218 45 4
                                    

Welcome Back~💚

"Kamu baik-baik saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu baik-baik saja?"

Mingi menoleh ke arah Yunho yang baru saja datang menghampiri dirinya. Ia menggeleng pelan. Menjawab dengan jujur pertanyaan dari Yunho tersebut.

"Tidak. Rasanya tidak mungkin aku baik-baik saja setelah mendengar hal itu," ujar Mingi. Kepalanya kembali menunduk, dengan kedua tangan yang memainkan sebuah jam pasir yang mereka beli saat di Zatra. Di sebelahnya, Yunho menghela napas panjang.

"Aku juga. Dibanding merasa cemas dengan pertandingan yang akan kita ikuti, mendengar fakta tentang misi kita membuat aku khawatir," ujar Yunho. Mingi dengan cepat menoleh ke arahnya. Ada raut bingung dan terkejut di wajah Mingi.

"Tidak seperti dirimu yang biasanya," ujar Mingi. Ia menegapkan punggungnya, dan menatap ke arah Yunho. "Kamu biasanya paling optimis. Tadi juga, kamu yang meyakinkan Kak Hongjoong," lanjutnya. Yunho melirik sekilas. Ia tersenyum canggung dengan tangan yang menggaruk tengkuknya sendiri.

"Itu spontan. Aku hanya tidak suka, Kak Hongjoong mendadak pesimis seperti itu. Kita tahu sendiri, kalau Kak Hongjoong adalah orang yang selalu optimis. Dan tadi, pertama kalinya Kak Hongjoong memilih menyerah begitu saja," ujar Yunho. Mingi mengangguk pelan. Ia setuju dengan hal itu. Dimana, Hongjoong selama ini adalah orang yang selalu terlihat optimis dan penuh keyakinan. Mingi juga sempat terkejut, ketika mendengar jika Hongjoong memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan mereka.

Walaupun Mingi tahu, Hongjoong tentunya tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka.

"Ya. Itu sangat mengejutkan. Tetapi ..., kenapa benda semengerikan itu diciptakan? Maksudku, untuk apa benda seperti itu diciptakan?" Yunho mengangkat kedua bahunya. Ia sendiri tidak tahu kenapa jam pasir yang memiliki kekuatan khusus seperti itu harus ada.

"Ah! Liontin di kalung San! Apakah benda itu juga memiliki kekuatan?" ujar Mingi. Yunho langsung tersentak. Sepertinya, semua orang melupakan hal itu. "Jika ini berkaitan dengan misi kita, seharusnya kalung yang dipakai San memiliki kekuatan juga, bukan? Apakah ... karena San yang memakai kalung itu, jadi dia yang harus berkorban?"

"Aku tidak yakin, tetapi kemungkinan saat ini sepertinya memang begitu. Kalung dan jam pasir yang kita cari seharusnya berhubungan," ujar Yunho. Ia segera berdiri. Menarik keluar koper miliknya dari bawah ranjang, Yunho dengan cepat mengeluarkan sebuah jam pasir yang bentuknya hampir mirip dengan yang dipegang Mingi saat ini. Ia memperhatikan jam pasir itu dengan lekat.

"Mingi," panggil Yunho. Mingi menoleh. Ia mendekat ke arah Yunho dan duduk di sampingnya. "Hanya perasaanku saja atau ... pasir ini memang tidak bergerak sama sekali?" tanya Yunho. Ia menyerahkan jam pasir itu kepada Mingi. Mingi langsung memperhatikannya dengan serius.

"Ya, kamu benar. Pasirnya tidak bergerak," ujar Mingi. Pasir itu tidak bergerak turun apalagi naik. Butiran pasir tersebut diam, dengan bentuk seperti jembatan yang menghubungan antar jam bagian atas dan bawah. Anehnya, pasir tersebut tidak membeku sama sekali.

"Kita mendapatkan satu jam pasir!" seru Yunho dengan suara yang dikecilkan. Ia tersenyum lebar, begitu juga dengan Mingi. Keduanya benar-benar tidak menyangka, jika jam pasir yang mereka beli saat itu, ternyata adalah benda aneh yang mereka cari. "Sekarang, kita memiliki petunjuk baru untuk mencari jam pasir lainnya," ujar Yunho. Mingi mengangguk, membenarkan.

"Ya. Kita hanya perlu mencari jam yang pasirnya tidak bergerak walaupun kita gerakkan seperti apapun," ujar Mingi. Ia membolak-balik jam pasir itu, tetapi pasir di dalamnya tetap diam di posisinya. Tidak bergerak sedikitpun.

"Kalau begitu, kita hanya perlu mencari tahu bagaimana cara mencari kalung seperti yang digunakan San," ujar Mingi. Yunho mengangguk. Ia dengan segera menyimpan kembali jam pasir tersebut dengan aman. "Kita akan cari tahu besok," ujar Yunho dengan yakin.

A to Z

Wooyoung dan Jongho saat ini ada di kamar mereka. Keduanya sedang duduk di ranjang masing-masing dengan tangan yang memegang kartu peserta. Benda yang Yunho berikan kepada keduanya tepat setelah Hongjoong memarahi mereka. Ya, juga setelah mereka mengetahui fakta tentang misi mereka.

Jongho duduk di ranjang yang bersebelahan dengan jendela. Dari mulutnya, terdengar gumaman sebuah lagu, serta kakinya yang sesekali bergerak mengikuti irama. Ia terlihat lebih tenang, dibanding Wooyoung yang sekarang memasang wajah gelisahnya. "Tenanglah. Pertandingan baru akan dimulai 3 hari lagi. Kita masih memiliki banyak waktu untuk berlatih," ujar Jongho tanpa menoleh ke arah Wooyoung.

Wooyoung menoleh. Ia meletakkan kartu peserta itu ke bawah bantalnya. "Bukan hal itu yang aku khawatirkan," ujar Wooyoung. Ia segera mengubah posisi duduknya itu menjadi berbaring. Bahkan dengan segera, tubuhnya sudah tertutup oleh selimut.

Jongho menoleh. Ia menatap aneh Wooyoung yang sepertinya sudah siap untuk tidur. Padahal, ini masih terhitung siang untuk seorang Wooyoung yang lebih sering tidur terlambat. "Benarkah? Lalu apa?" tanya Jongho. Ia juga menyimpan kartu pesertanya ke bawah bantal. Posisinya berubah, menjadi duduk bersila menghadap ke arah Wooyoung.

"San," jawab Wooyoung. Jongho langsung membulatkan mulutnya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya menatap ke arah Wooyoung kembali dengan kepala yang sedikit dimiringkan ke arah kanan.

"Kak San? Aku tidak tahu, jika kalian sedekat itu sampai Kakak mengkhawatirkan Kak San," ujar Jongho. Ia berkata demikian, karena yakin jika Wooyoung bukan salah satu orang yang akan menarik San kemana pun. Juga, Jongho lebih sering melihat San bersama Yunho, Mingi, ataupun Seonghwa. Bersama Wooyoung pun, saat ada dirinya juga.

Wooyoung berdecak. Ucapan Jongho terdengar jelas ada nada sindiran juga di dalamnya. Ia menghela napas panjang. "Apa salahnya jika aku mengkhwatirkan San? Dia anggota Ateez juga," ujar Wooyoung. Mendengar jawaban seperti itu, Jongho terkekeh pelan. Dirinya mendengar nada malu diucapan Wooyoung tersebut.

"Ada seseorang yang ingin dekat dengan Kak San, tapi dia malu. Hahaha," ujar Jongho. Ia kembali duduk bersandar dengan kaki yang diselonjorkan. Senyuman jahil masih terukir di wajahnya. Wooyoung dari balik selimutnya, melirik ke arah Jongho. Ia berdecih pelan.

"Memangnya kamu tidak khawatir, jika San suatu saat terluka ..., atau bahkan meninggal?" tanya Wooyoung. Saat mengatakan kata itu, ia merasa tenggorokannya tercekat. Dadanya terasa sesak secara tiba-tiba.

"Khawatir? Tentu saja. Aku juga tidak ingin hal seperti itu terjadi pada Kak San atau kepada siapapun." Jongho menghela napas. Ia menatap langit-langit kamar yang mereka tempati. "Tetapi, aku berusaha untuk yakin dan percaya jika Kak San akan baik-baik saja. Kak San hebat, dia bisa melewati banyak hal yang sulit. Aku yakin dengan hal itu," ujar Jongho.

Wooyoung menyingkap sedikit selimutnya. Ia menoleh ke arah Jongho dengan raut wajah kagum. "Kadang, aku berpikir jika kamu lebih tua dariku. Bahkan saat pertama kali melihatmu, aku mengira kamu adalah yang tertua di tim," ujar Wooyoung dengan sangat jujur. Jongho menoleh. Ia menatap Wooyoung dengan alis yang terangkat.

"Benarkah? Itu berarti, aku memang lebih dewasa daripada kalian semua," ujar Jongho diakhiri senyuman lebar di wajahnya. Wooyoung kembali berdecih. Kali ini, ia sampai memunggungi Jongho.

"Aku menyesal sudah mengatakan hal itu," gerutu Wooyoung.

To be Continued ....

29 Agustus 2021

Fia's Note :
Anggap aja ini salah satu penebusan dosa karena beberapa hari enggak update sebelumnya.

Btw. Sebenernya Fia bingung banget mau ngasih judul apa di sub-judul ini. Gak ahli saya😭😭

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang