36. Hourglass (2)

175 41 1
                                    

Semua anggota Ateez akhirnya kembali berkumpul di kamar Hongjoong. Kali ini, bukan karena beberapa anggota yang mendapat hukuman. Tetapi, mereka akan mendiskusikan tentang jam pasir yang sudah mereka kumpulkan. San, Yunho, dan Jongho membawa masing-masing satu jam pasir di tangan mereka. Jam pasir, yang pasir di dalamnya tidak bergerak sama sekali. Sekalipun mereka menggerakan jam pasir itu dengan kuat.

"Jadi, kita sudah menemukan tiga jam pasir, ya?" ujar Hongjoong yang diangguki semua orang. Hongjoong mengambil jam pasir di tangan Yunho. Ia memperhatikan benda itu untuk beberapa saat.

"Berarti, tinggal 5 jam pasir lagi, bukan?" tanya Wooyoung. Yunho langsung menegapkan punggungnya. Ia menghadap ke arah San, lalu mengeluarkan liontin jam pasir dari balik kaus San begitu saja. "Kita belum mendapatkan satu pun kalung ini lagi," ujar Yunho.

Semua orang langsung terdiam. Mereka lupa akan hal itu. Seharusnya, mereka hanya mencari liontinnya saja. Tetapi begitu tahu kekuatan yang dimiliki oleh jam pasir itu, membuat mereka langsung berpikir harus mengumpulkan semua jam pasirnya. "Tidak ada yang spesial dengan liontin ini," ujar San. Ia memasukan kembali liontin itu ke dalam kausnya.

"Ya. Aku rasa, itu hanya pengalihan saja agar kita tidak menyentuh jam pasir yang sebenarnya diincar Tuan Charlos," sahut Mingi.

"Itu bisa saja benar," ujar Hongjoong. Ia menghela napas panjang. Kepalanya tidak bisa menemukan alasan kenapa Charlos meminta mereka mengumpulkan delapan kalung dengan liontin jam pasir seperti itu. "Tapi, kita tetap harus mencarinya. Berjaga-jaga, siapa tahu benda itu akan berguna suatu saat nanti," ujar Hongjoong yang langsung mendapat anggukan oleh semua anggota Ateez.

"Kalau begitu, aku pikir lebih baik Kapten yang membawa kalung ini saja," ujar San. Ia melepaskan kalungnya itu, lalu menyerahkannya kepada Hongjoong yang duduk tidak jauh darinya.

Hongjoong menerima kalung itu. Ia menatapnya beberapa saat, sebelum mengalihkan pandangannya ke arah San. "Kamu yakin dengan hal ini?" tanya Hongjoong memastikan. San langsung mengangguk. Karena ia mulai merasa khawatir, kalung itu akan hilang jika terus dipakai oleh dirinya. Melihat anggukan kepala San, Hongjoong menghela napas pelan.

"Baiklah. Sementara aku akan membawa kalung ini," ujar Hongjoong. Ia tidak langsung memakainya. Melainkan menyimpannya ke dalam saku celananya. Ia lalu menyerahkan jam pasir itu kembali pada Yunho. Di sampingnya, Seonghwa langsung membuka lembar kertas yang merupakan peta itu. Ia melebarkan kertasnya, dan meletakannya di tengah-tengah.

"Kita akan segera berlayar kembali, bukan? Lalu, pulau mana yang akan menjadi tujuan kita selanjutnya?" tanya Seonghwa. Ia menggeser sedikit tubuhnya, sehingga Hongjoong bisa dengan mudah membaca pulau-pulau yang tersebar di peta tersebut.

"Ah, aku mendengar dari beberapa orang, jika tidak lama lagi akan terjadi badai laut. Apakah kita harus menunda pelayaran terlebih dahulu?" Semua langsung menoleh ke arah Yunho. Dari perkataan Yunho tersebut, dahi Hongjoong langsung mengerut dalam. Hongjoong tentunya tahu, jika berlayar ketika badai terjadi memiliki resiko yang sangat tinggi. Belum lagi, mereka tidak memiliki awak kapal yang bisa membantu jika keadaan yang cukup berbahaya terjadi di tengah pelayaran.

"Menunda pelayaran sepertinya pilihan terbaik saat ini. Kita tidak mungkin bisa memaksa menembus badai disaat kita kekurangan tenaga seperti sekarang," ujar Hongjoong. Ia mengambil buku notanya, lalu mulai membuka lembar yang masih kosong. "Jarak dari Omorfia ke pulau paling dekat pun, tidak bisa disebut cepat. Kita pasti terjebak di tengah badai nantinya," lanjut Hongjoong.

Semua mengangguk setuju. Orang yang memiliki cukup pengalaman di pelayaran hanyalah Hongjoong. Dan sudah tentu, Hongjoong akan sangat kewalahan nantinya jika mereka memaksa untuk tetap berlayar dan berakhir terjebak di tengah badai.

"Kalau begitu, bagaimana kita mengisi waktu selama menunggu dengan berlatih?" tanya Wooyoung. Kali ini, semua atensi anggota Ateez tertuju kepada dirinya. "Saat aku bertanding, lawanku menawariku untuk menjadi guru. Maksudku, beliau mau mengajari aku dan kita semua berlatih," ujar Wooyoung. Ia hampir melupakan sosok Alland itu.

"Itu ide yang sangat bagus. Ini juga bisa menjadi bekal kita untuk penjelajahan kita ke pulau selanjutnya," ujar Yeosang yang disetujui oleh orang lain.

"Tapi, bagaimana kita bertemu dengannya?" Semua langsung terdiam dengan pertanyaan Jongho tersebut.

A to Z

"Uhm .... ah, pagi yang cerah." San menatap langit biru dengan senyuman di wajahnya. Ia menatap sekitar, masih cukup sepi. Tidak terlalu ramai seperti kemarin. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, San mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalanan di tempat itu. Dirinya memang tidak sering berjalan-jalan selama di Omorfia. Selain karena harus ikut mempersiapkan diri untuk pertandingan, juga kemungkinan Hongjoong yang tidak mengizinkan dirinya berkeliaran terlalu jauh dari penginapan.

Beberapa orang yang juga menonton pertandingan sebelumnya, terlihat menyapa San dengan senyuman ramah. San membalas semua sapaan itu dengan senyuman lebarnya, hingga terlihat lesung pipi di wajahnya. Bukan hanya itu saja. Ia juga mendapat beberapa camilan dari orang-orang yang ia lewati. Mereka memberikannya secara gratis dengan alasan menyukai sosok San.

San sendiri sama sekali tidak mengerti alasan orang-orang itu memberikannya begitu banyak makanan. Tetapi, ia tetap menerimanya dengan kedua mata berbinar. Karena itulah, sekarang ia berjalan dengan kedua tangan yang membawa kantung berisi banyak makanan.

"Ah, kamu semakin populer saja sekarang." San langsung menoleh ke belakang. Ia tersenyum ketika mendapati orang yang baru saja bicara adalah Wooyoung. Tanpa mengatakan apapun, San langsung menyuapi Wooyoung dengan sepotong roti cokelat.

"Enak, bukan?" tanya San yang langsung mendapat anggukan dari Wooyoung. Keduanya kembali berjalan. Kali ini, langkah mereka membawa keduanya ke sebuah lahan kosong. Hanya ada beberapa pohon kecil saja di sana. Juga, ada sebuah tumpukan kayu yang sepertinya sudah lama diletakkan di tempat itu.

"San," panggil Wooyoung. San langsung menoleh. Salah satu alisnya terangkat. Wooyoung sendiri terlihat kesulitan untuk berbicara. Ia berdehem pelan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Untuk perkataanku waktu itu ..., aku ingin meminta maaf. Aku sadar, perkataanku sudah cukup keterlaluan," lanjut Wooyoung. Selama berbicara, ia tidak menatap ke arah San. Bahkan, sekarang ia membungkuk 90 derajat. Wooyoung tidak langsung kembali berdiri tegap. Ia tetap di posisi membungkuknya untuk beberapa saat.

San menatap Wooyoung dengan bingung. Ia baru saja akan memasukan sepotong kue ke dalam mulutnya, jika saja Wooyoung tidak tiba-tiba membungkuk padanya. San menoleh ke arah kue di tangannya. "Kenapa kamu membungkuk padaku?"

"Ya?" Wooyoung langsung berdiri dengan refleksnya. Raut wajah kebingungan terlihat di wajahnya. Terlebih, saat melihat San malah kembali memakan kue dengan raut wajah tenangnya.

"Aku bertanya, kenapa kamu membungkuk padaku?" ulang San. Wooyoung akhirnya mengerti. Tetapi, dirinya tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. "Aku sudah memaafkanmu sejak awal. Jadi, kamu tidak perlu membungkuk seperti itu," ujar San. Ia sedikit berdiri dan menggapai tangan Wooyoung. Dalam sekali tarikan, Wooyoung hampir terhuyung jika dirinya tidak memiliki keseimbangan yang bagus.

"Bantu aku menghabiskan ini. Aku sedang ingin menikmati angin segar ini," ujar San. Wooyoung terlihat masih canggung. Dengan ragu, ia mengambil duduk di sebelah San, lalu ikut memakan kue-kue yang didapatkan oleh San.

"Kamu tidak marah padaku?" tanya Wooyoung. Ia masih merasa tidak yakin jika San benar-benar memaafkan dirinya. San langsung menoleh, dengan raut wajah kesal.

"Kamu temanku, kenapa aku harus marah padamu? Sudahlah, jangan bahas itu lagi," ujar San. Ia segera memasukan sepotong kue ke dalam mulut Wooyoung, ketika Wooyoung akan kembali berbicara.

"Sekuat apapun usaha kita, mereka akan tetap dipertemukan."

"Ya, ini sudah menjadi takdir yang sama sekali tidak bisa diubah."

To be Continued ....

3 Oktober 2021

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang