33. Tournament (4)

175 39 0
                                    

Welcome back~

San perlahan membuka kedua matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

San perlahan membuka kedua matanya. Ia mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya perlahan bangun dari posisi duduknya itu. Ia merenggangkan sedikit tubuhnya yang terasa cukup kaku. Wajar saja, karena dirinya baru saja tidur selama kurang lebih satu jam di sana dengan posisi duduk bersandar pada tembok. Menghela napas panjang, San mengintip dari balik tembok ke arah lorong. Suara para peserta terdengar lebih ramai sekarang dibanding ketika dirinya baru saja selesai bertanding.

"Ah, benar. Bukankah seharusnya tadi pertandingan Jongho?" gumam San. Ia keluar dari tempat itu, lalu berjalan menuju ruang tunggu. Ia berjalan setenang mungkin, ketika para peserta lain mulai melirik ke arah dirinya. San tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ia memilih untuk diam saja.

"Ah, Kak San. Aku pikir Kakak pergi keluar," ujar Jongho yang baru saja keluar dari arena. Ia berjalan cepat ke arah San dengan senyuman di wajahnya. Tanpa diduga, ia langsung memeluk San cukup erat. "Maafkan aku yang tidak mencari Kakak sebelum pertandingan tadi," ujar Jongho lagi.

San menundukkan kepalanya. Ia membalas pelukan Jongho, mengusap rambut Jongho pelan. San tersenyum. "Tidak apa-apa. Tadi aku tidak sengaja tertidur di ujung lorong," ujar San. Jongho melepaskan pelukan itu. Ia mengangguk mengerti.

"Untuk perkataan Kak Wooyoung tadi—"

"Tidak apa," potong San. "Aku sudah berpikir, dan perkataan Wooyoung memang benar," lanjut San. Jongho tidak merespon. Ia tetap diam, dan menatap San untuk beberapa saat.

"Ayo kembali ke ruangan. Aku tidak ingin membuat Yunho dan Wooyoung khawatir," ujar San. Jongho hanya mengangguk patuh. Ia berjalan berdampingan dengan San menuju ruangan mereka. Begitu keduanya masuk, Wooyoung dan Yunho langsung berdiri. Sepertinya, mereka berdua baru saja terlibat percakapan yang lumayan serius sebelum San dan Jongho datang.

"Kamu darimana saja, San?" tanya Yunho langsung. Ia memutari tubuh San, memastikan jika tidak ada luka di tubuh temannya itu. Sedangkan San langsung meringis. Ia menyesali keputusannya untuk beristirahat di lorong itu sampai tertidur cukup lama.

"Aku tidak sengaja tertidur di ujung lorong," aku San. Yunho berhenti. Ia menatap San beberapa saat sebelum mengangguk paham. "Baiklah. Setidaknya, kamu baik-baik saja," ujar Yunho. Sekarang, pandangannya beralih pada Jongho yang masih berdiri di samping San.

"Bagaimana pertandingannya tadi? Apakah kamu memenangkannya?" tanya Yunho yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jongho. Bahkan kini, Jongho tersenyum dengan lebar.

"Baguslah. Kita memiliki dua pemenang di sini. Jadi, kemungkinan kita menang semakin besar," ujar Yunho dengan senyuman lebar. Ia kembali duduk di kursi. Lalu, meminta kedua orang yang baru datang itu untuk duduk bersamanya.

"Tunggu. Darimana kamu tahu jika aku memenangkan pertandingan?" tanya San kebingungan. Yunho dan Jongho langsung menatap San dengan dahi mengerut dalam. Mereka seolah tidak percaya pada pertanyaan yang dilontarkan San barusan.

"Kenapa kami harus tidak tahu? Di luar ruangan, orang-orang terus membicarakan dirimu. Tentu saja kami tahu," ujar Yunho. Sekarang, San paham. Ia mengangguk pelan lalu duduk di samping Wooyoung. San sempat menoleh beberapa saat ke arah Wooyoung yang sejak tadi menutup rapat mulutnya, sebelum San mengambil sebotol air mineral dan meminumnya hingga habis setengah.

Tok-tok-tok

Keempat pemuda itu langsung menoleh ke arah pintu. Pintu terbuka secara perlahan dan memunculkan salah satu panitia. Panitia itu masuk dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Panitia itu terlihat sedikit tersentak, sebelum ia berdehem pelan dan membenarkan posisi kacamatanya yang sebenarnya tidak berubah sama sekali.

"Maaf mengganggu kalian. Saya ke sini untuk mengantarkan jadwal pertandingan akhir," ujar panitia itu. Ia menyerahkan selembar kertas, yang langsung diterima dengan baik oleh Yunho. "Untuk babak akhir, ketua penyelenggara memutuskan untuk mengadakan pertandingan ganda. Selain untuk mempersingkat waktu, pihak kami juga khawatir akan adanya kecelakaan tidak diharapkan seperti kejadian sebelumnya," jelasnya.

"Di sini ... apakah tinggal empat orang yang berhasil lolos?" tanya Yunho. Panitia itu mengangguk. Sekali lagi, dirinya berdehem dan membenarkan posisi kacamatanya.

"Benar. Dua dari tim kalian, dan sisanya adalah dua orang yang sejak awal mendaftar sebagai tim." Keempat pemuda itu mengangguk. Ketika ketiga temannya fokus membaca data diri lawan yang akan dihadapi San dan Jongho, Yunho justru masih memperhatikan anggota panitia tersebut.

"Kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Yunho yang langsung tepat sasaran. Anggota panitia itu tersentak. Ia berdehem lagi.

"Aku memiliki saran untuk kalian sebelum bertanding," ujarnya yang langsung menarik perhatian Wooyoung, San, dan Jongho. "Lawan kalian, bukan orang sembarangan. Keduanya adalah pemenang pertandingan dua tahun berturut-turut. Sebelum pertandingan tahun ini diadakan, aku mendengar jika mereka berdua tidak akan ikut serta karena kabarnya, keduanya memiliki niat untuk ikut pertandingan di tempat lain. Tetapi, begitu hadiah yang akan diberikan tahun ini diumumkan, keduanya mendadak ikut dan begitu berambisi mendapatkan hadiah utama."

"Kami, para panitia juga sudah sangat yakin, jika kedua orang itulah yang menjadi dalang dari kekacauan pertandingan kali ini. Hanya saja, kami tidak memiliki kemampuan untuk melawan mereka. Terlebih, ada cukup banyak bangsawan yang mendukung keduanya." Anggota panitia itu mengusap lehernya. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya. "Saranku adalah ... lebih baik kalian menyerah saja daripada menghadapi kegilaan dua orang itu."

"Apa? Menyerah?" Anggota panitia itu langsung menoleh ke arah San. San berdiri, ia menatap dengan tajam ke arahnya. Seringai muncul di bibirnya, membuat pemuda berkacamata itu langsung menciut ketakutan.

"Kami datang ke sini bukan untuk sekadar main-main. Kami ikut, karena ingin mendapatkan hadiah itu. Terluka atau tidak, mati atau tidak, itu urusan terakhir," ujar San. Ia melangkahkan kakinya. Mendekati pria tersebut yang sekarang sudah gemetar ketakutan.

"Katakan kepada Tuan-mu itu, kami tidak takut," ujar San tajam. Pria itu langsung mengangguk kuat. Tanpa berlama-lama, dia keluar dari ruangan itu sambil berlari. Begitu pintu tertutup dengan rapat, San menghela napas panjang. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu sudah tahu sejak kapan, jika dia bukan anggota panitia?" tanya Yunho. San langsung menoleh, ia tersenyum lebar sambil mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya.

"Sebelum bertanding, aku melihat seseorang menjatuhkan ini. Dan ... orang itu adalah dia," ujar San. Ia menyerahkan sepucuk surat itu, yang langsung diterima oleh Yunho. Ketika Yunho tengah membacanya, Wooyoung dan Jongho langsung menghampiri dan ikut membaca.

"Mereka menang secara tidak adil. Itu berarti, mereka berdua tidak sekuat itu," ujar Wooyoung. Jongho mengangguk, membenarkan. "Dan mereka hanya menyisahkan tim kita. Kira-kira, apa alasannya?" tanya Jongho. Yunho terdiam beberapa saat, sebelum ia menggeleng. Begitupula dengan Wooyoung. Ia sama sekali tidak bisa menebak tujuan dari dua orang itu.

"Karena kita dari Azland," ujar San. Ia berjalan ke arah pojok ruangan. Mengambil sebuah sehelai kain, lalu dipakaikannya ke kepala. "Apa ada yang salah dengan asal kita?" tanya Jongho lagi. San menoleh. Ia mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Tapi, sejak awal pertandingan, banyak orang yang selalu menatap aneh ke arah kita setelah mereka tahu, kita dari Azland," ujar San.

Yunho mengembuskan napas. Ia melipat kertas itu dan memasukannya ke dalam saku celana. Matanya menatap ke arah dua orang yang sebentar lagi akan segera bertanding untuk merebutkan hadiah utama. "Kita tidak tahu kemampuan mereka berdua. Tapi tentunya, aku berharap kalian berdua bisa menang, agak Kak Hongjoong bangga dengan kemampuan kita. Hanya saja, aku tidak ingin kalian terlalu memaksakan diri. Mengerti?" San dan Jongho langsung mengangguk paham.

To be Continued ....

25 September 2021

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang