[Hourglass Series #1]
Tentang delapan pemuda yang dipenuhi semangat dan mimpi, disatukan menjadi satu tim yang akan berlayar menjelajahi luasnya lautan. Rintangan demi rintangan tengah menunggu kedatangan mereka. Apakah tim bernama ATEEZ yang dipimp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kini, Ateez benar-benar berlayar sendiri. Mereka akan saling mengandalkan satu sama lain setelah fakta jika Eden beserta kru-nya tidak akan ikut dalam perjalanan panjang mereka. Kapal itu terasa jauh lebih besar ketika hanya mereka berdelapan yang mengisinya. Suasana menjadi begitu berbeda dibanding hari sebelumnya.
Matahari mulai terasa terik ketika jangkar diangkat. Sekali lagi, mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada orang yang sudah mereka anggap keluarga sendiri. Itu Eden dan para awak kapal lainnya. Dengan Hongjoong yang mengambil alih kemudi, kapal itu mulai berlayar ke arah barat laut. Di sampingnya, ada Yunho yang membawa salinan peta. Sekali lagi, Hongjoong dibuat terkejut begitu Yeosang menyerahkan salinan peta buatannya. Ia semakin yakin, perjalanan pertama mereka sebagai tim akan berjalan baik.
"Jarak pulau Zatra ke pulau Omorfia lumayan jauh. Menurut Yeosang, jika dihitung akan memakan setidaknya 4 hari pelayaran, bukan?" Hongjoong menoleh sebentar ke arah Yunho lalu mengangguk. "Ada sekitar ... tiga pulau kecil tanpa nama di tengah jalur. Haruskah kita memeriksanya nanti?" tanya Yunho. Ia memperlihatkan tiga pulau yang ukurannya sangat kecil itu pada Hongjoong.
"Jika pulau itu cukup luas dan memungkinkan, kita bisa beristirahat sejenak di sana. Tetapi, pulau-pulau itu juga bisa saja sebenarnya hanya sebuah batu karam," ujar Hongjoong. Yunho mengangguk mengerti.
"Baiklah. Aku akan mempelajari peta dan buku ini dahulu," pamit Yunho sebelum melangkah mendekati sebuah peti kayu. Ia duduk di sana, lalu mulai membaca buku yang dibeli Yeosang. Pada akhirnya, buku yang dibeli Yeosang dibawa terus oleh Yunho. Sedangkan si pemilik buku, ia kini tengah sibuk membaca buku yang dibeli oleh San.
"Hey, Wakil Kapten. Kenapa wajahmu tegang seperti itu?" tanya Mingi. Ia segera duduk di sebelah Seonghwa dengan tangan yang membawa sebuah teropong. Benda yang ia temukan di kamar yang sebelumnya digunakan oleh salah satu awak kapal. Teropong itu berwarna perak, berbeda dengan yang dimiliki Hongjoong yang berwarna emas.
"Aku khawatir tentang pelayaran kita ini. Kita pergi jauh dari keluarga, berlayar di atas laut yang luas tanpa ada pengalaman khusus," ujar Seonghwa. Ia menghela napas panjang. Menatap ke arah langit, bertepatan dengan hinggapnya seekor kupu-kupu di lengannya. Mingi menatap kupu-kupu di lengan Seonghwa beberapa saat dengan wajah aneh. Sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil tersenyum.
"Apakah Kak Seonghwa ini ragu pada Kapten kita?" Seonghwa langsung menoleh ke arah Mingi begitu mendengar pertanyaan itu. Ia lantas menggeleng. Dirinya tidak meragukan Hongjoong sama sekali. Justru, dirinya ragu pada dirinya sendiri. Apakah ia bisa menjadi Wakil Kapten yang baik? Apakah dirinya bisa menjaga semua anggota yang sudah ia anggap sebagai keluarga?
"Bersulang! Kita harus merayakan keberanian kita untuk pelayaran ini!"
Seonghwa dan Mingi langsung menoleh ke arah San yang barusan berteriak itu. Ia mengangkat segelas air yang sepertinya adalah teh melati. San tidak sendiri. Ia melakukannya dengan Wooyoung yang kini bersorak tidak jelas. Mereka berdua bersorak entah untuk apa. Sedangkan Jongho yang berdiri diantara mereka, hanya mengangkat gelas sampai berada di depan wajahnya. Ia berdiri dengan gaya keren, memasukkan tangan kirinya ke saku.
Ketiganya hendak meminum minuman tersebut, sebelum Seonghwa datang dan berteriak menghentikan. "Kalian jangan meminum minuman beralkohol! Kita baru memulai perjalanan!" ujar Seonghwa dengan wajah panik yang kentara. Ketiga orang itu menatap Seonghwa aneh. Mereka saling bertatapan sebelum mendengus geli.
"Apanya yang minuman beralkohol?" ujar Wooyoung. Ia melirik ke arah San dan memainkan kedua alisnya. Seolah sudah mengerti, San mengangguk. Tanpa menunggu lama, kedua orang itu berhasil membuat Seonghwa menganga karena menghabiskan minuman di gelas mereka sampai habis. Sedangkan Jongho, ia menatap San dan Wooyoung bergantian, lalu tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan gelas di tangannya.
"Tenanglah, Kak Seonghwa. Ini hanya teh jahe yang Wooyoung temukan di dapur. Lagipula, Kak Eden sepertinya tidak membiarkan sebotol minuman anggur berada di kapal ini," ujar Jongho. Setelah itu, ia meminum habis teh tersebut dengan mata yang melirik geli ke arah Seonghwa.
Seonghwa sepertinya tidak mudah percaya. Terlebih pada dua anggota yang sejak awal ia tandai sebagai anggota yang sulit diam. Dengan cepat, Seonghwa merebut gelas di tangan San. Ia mencium aroma minuman yang masih tertinggal di gelas tersebut. Setelah mengetahuinya, barulah Seonghwa menghela napas lega.
"Apa yang Kakak lakukan? Kau membuatku terkejut tadi," gerutu San dengan mulut yang sedikit mempaut. Seonghwa hanya menggeleng. Ia menyerahkan kembali gelas itu pada San lalu berjalan meninggalkan mereka tanpa mengatakan apapun.
"Apa yang terjadi padanya? Dia sangat aneh," ujar Wooyoung. Ia menuangkan kembali teh itu ke dalam gelasnya yang diikuti oleh Jongho.
"Sepertinya Kak Seonghwa ingin bergabung tetapi malu karena usianya yang sudah tua," ujar San. Mendengar itu, Wooyoung dan Jongho langsung tertawa. Mereka membenarkan ucapan San barusan.
A to Z
"Hakuna ... Matata. Wah, aku tidak menyangka jika aku begitu jenius."
Matahari sudah semakin terik, menandakan jika saat ini adalah tengah hari. Sekarang, kemudi diambil alih oleh Yunho. Ia yang menawarkan diri menggantikan Hongjoong agar pria itu bisa beristirahat setelah pelayaran beberapa jam terlewati. Sehingga, sekarang Hongjoong tengah duduk bersandar memakan masakan buatan Wooyoung dengan Jongho di sebelahnya.
"Memang apa artinya?" tanya Mingi. Ia memasukkan sepotong kue kering ke dalam mulutnya.
"Jangan khawatir. Itu arti dari Hakuna Matata," ujar Yeosang dengan wajah bangga. Mingi mengangguk mengerti. Ia menoleh ke sekeliling. Memperhatikan anggota lainnya yang sedang sibuk sendiri-sendiri. Lalu, pandangannya terhenti pada sosok Seonghwa yang sedang berdiri di pinggir kapal dengan menatap ke arah laut. Pria itu sepertinya sedang melamun.
"Kak Seonghwa!" teriak Mingi. Seonghwa langsung menoleh. Dahinya sedikit mengerut dan matanya sedikit menyipit karena panas matahari membuat pandangannya cukup silau. "HAKUNA MATATA!!" lanjut Mingi. Ia bahkan sudah berdiri dan berteriak dengan sangat keras. Entah terdengar sampai mana teriakkan Mingi itu.
Seonghwa masih berdiri dengan mulut yang terkatup. Dia belum tahu arti dari dua kata yang Mingi ucapkan barusan.
"Pelayaran baru saja dimulai! Hakuna Matata!" teriak San dari arah ujung kapal. Mingi menoleh. Ia mengerutkan dahinya sambil menoleh ke arah Yeosang.
"Apa dia tahu artinya?" tanya Mingi. Yeosang mengangguk.
"Karena kalimat itu dari buku yang dibeli oleh San," ujar Yeosang. Mingi mengangguk paham. Ia langsung melebarkan senyumannya. Mingi kembali berteriak dengan menyebut hakuna matata lagi, walau sekarang menjadi sahut-menyahut bersama San dan Wooyoung.
Hongjoong yang memperhatikan mereka sejak tadi, perlahan melebarkan senyumannya. Ia menyandarkan punggungnya lalu memejamkan mata untuk menikmati angin laut diantara panas teriknya matahari. "Hakuna matata," gumamnya pelan.
"Ya, memang seharusnya kita hakuna matata," ujarnya pada diri sendiri.
To be Continued ....
16 Agustus 2021
Fia's Note :
Cielah double update.
Tapi ... kenapa disaat seperti ini mv baru bakal muncul😭😭😭 keuanganku lagi menipis pake banget, tapi pengen nonton mv baru juga. Huwaaaa....