27. Halateez

210 45 0
                                    

Welcome back~

"Kalian tetap di sini dahulu. Aku dan Hongjoong akan pergi ke pasar untuk membeli persediaan makanan," ujar Seonghwa. Mereka langsung mengangguk, lalu kembali mengobrol dengan San dan Jongho yang tengah diobati. Setelah yakin teman-temannya akan menurut, barulah ia menarik tangan Hongjoong untuk keluar dari klinik tersebut.

Ketika kedua orang tersebut keluar, mereka kembali menjadi pusat perhatian untuk beberapa orang. Namun, tidak seperti sebelumnya dimana mereka seolah akan diterkam oleh orang-orang yang mungkin menjadi penggemar mereka. Dengan langkah yang lebih santai, keduanya berjalan menuju arah pasar. Bukan hanya untuk membeli stok makanan saja, namun ada hal yang harus Hongjoong bicarakan berdua saja dengan Seonghwa.

"Mereka akan baik-baik saja, bukan?" tanya Hongjoong dengan nada khawatir. Seonghwa segera menoleh. Ia tersenyum melihat raut khawatir dari pria yang menjadi kapten tim tersebut.

"Iya. Mereka akan baik-baik saja. Walaupun mereka baru saja bertanding, kamu tahu sendiri jika stamina mereka seperti tidak terbatas," ujar Seonghwa. Hongjoong menghela napas panjang. Ia tahu tentang hal itu, tapi bukan itu yang ia khawatirkan. Lantas, Hongjoong menggeleng.

"Aku khawatir, akan ada yang menyerang mereka kembali karena pertandingan itu," ujar Hongjoong jujur. Seonghwa menghentikan langkah kakinya, diikuti oleh Hongjoong. Ia menatap Hongjoong dengan raut yang rumit.

"Untuk hal itu, sebenarnya aku juga merasa khawatir. Tapi aku berusaha untuk yakin, orang-orang akan berpikir kembali untuk menyerang mereka saat ini. Mengingat, mereka masih berada di klinik saat ini." Setelah mengatakan hal itu, Seonghwa kembali berjalan yang langsung diikuti oleh Hongjoong. Keduanya sudah berada di dalam pasar yang lumayan ramai. Tidak, bahkan terhitung sangat ramai. Membuat keduanya harus berhati-hati dalam melangkah agar tidak menginjak kaki orang lain.

Seonghwa melambatkan langkahnya untuk menemukan barang yang memang akan ia beli. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, membuat beberapa gadis di sana mulai melirik ke arah dirinya. Sedangkan Hongjoong, ia hanya memandang sekitar tanpa melepaskan kewaspadaannya. Sampai, matanya melihat seseorang dengan pakaian yang cukup mencolok diantara orang-orang yang ada di pasar itu. Pakaiannya serba hitam dengan topi fedora hitam yang digunakannya. Penampilan pria itu mengingatkannya pada percakapan antara dirinya dan Eden beberapa waktu yang lalu.

"Kau ingin makan apa untuk malam nanti?"

Kepala Hongjoong langsung menoleh ke arah Seonghwa, yang saat ini sedang memilih buah-buahan. Dengan mata yang sesekali melirik ke arah pria dengan pakaian serba hitam itu, Hongjoong mulai kehilangan fokusnya.

"Apa saja, yang terpenting bukan sayuran," ujar Hongjoong. Kakinya sudah gatal ingin menghampiri sosok tersebut. Karena dirinya ingin mengetahui, apakah orang itu merupakan orang yang sama, yang ditemui San waktu itu?

"Baiklah. Aku akan membeli beberapa potong daging. A—"

"Aku akan membeli beberapa barang yang mungkin bisa digunakan diperjalanan selanjutnya. Kita berpencar. Bagaimana?" Seonghwa langsung menatap Hongjoong bingung. Ia merasa ada hal aneh yang tengah disembunyikan Hongjoong, namun tidak mendapat petunjuk sama sekali.

"Baiklah," ujar Seonghwa akhirnya. Ia tidak mungkin bisa menahan Hongjoong hanya karena ia penasaran. "Tapi pastikan, kamu kembali sebelum makan malam," lanjutnya. Dengan patuh Hongjoong mengangguk. Tanpa menunggu waktu lama, ia langsung berjalan cepat meninggalkan Seonghwa. Seonghwa sendiri hanya bisa menatap punggung Hongjoong dengan wajah bingung. Menghela napas panjang, akhirnya ia hanya bisa mengangkat kedua bahu dan kembali melanjutkan kegiatannya berbelanja.

A to Z

"Kamu ketahuan."

Yunho langsung membalikkan tubuhnya dengan cepat. Ada raut terkejut di wajahnya, sebelum berganti menjadi lebih tenang setelah menghela napas. Perlahan, ia mengambil duduk di sebuah batang kayu yang telah lama patah. Yunho juga sedikit menaikkan topi fedora-nya agar penglihatannya lebih jelas. Sedangkan di hadapannya, San tengah berdiri dan bersandar pada sebuah pohon, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Berbeda dengan Yunho, ia tidak memakai topi fedora-nya.

Ya, mereka Yunho dan San. Halateez Yunho dan Halateez San lebih tepatnya.

"Terima kasih," ujar Yunho. Bagaimana pun, ia memang berhutang budi pada sosok San di depannya. Karena jika bukan San yang menggunakan kekuatannya, dirinya sudah pasti tertangkap basah saat ini. San mengangkat kedua bahunya. Seolah apa yang dirinya lakukan tadi, bukan hal yang penting dan harus diingat. Salah satu sudut bibirnya terangkat, dengan mata yang menatap Yunho geli.

"Bukankah aneh." Yunho kembali mengangkat kepalanya. Ia menatap ke arah San yang masih memandangi dirinya. "Setelah sekian lama, akhirnya kita berdua kembali bertemu. Tapi ... pertemuan pertama setelah sekian lama ini, cukup menggelikan," ujar San. Yunho menunduk kembali. Ia mengusap tengkuknya.

"Ya. Sudah sangat lama," ujar Yunho. San lalu menegapkan punggungnya. Ia perlahan berjongkok di hadapan Yunho dengan mata yang menyorot tajam pada pria itu.

"Aku bukan orang yang senang berbasa-basi. Jadi, adakah alasan kenapa kamu memilih diriku untuk dikorbankan?" tanya San dengan suara yang tajam. Kedua tangan Yunho langsung bergetar secara tiba-tiba. Dirinya memang sudah memprediksi pertanyaan seperti ini akan ia dengar dari Halateez San ketika bertemu nantinya. Tapi mendengar pertanyaan itu terlontar sekarang, membuat semua keberaniannya perlahan menurun secara drastis.

"Diriku memang terlampau gila. Tapi ... apa kamu mengira, aku dan dia adalah orang yang sama?" tanya San lagi. Yunho menghela napas panjang.

"Kita tidak bisa menolak fakta jika kita adalah sama, San. Dia ataupun kamu, kalian sama," ujar Yunho. Saat itu juga, San langsung mendengus. Ia melirik dengan tajam ke arah Yunho. "Lagipula, aku saat itu tidak memiliki banyak waktu. Terlalu banyak orang di sana, dan ... dia sendiri yang menawarkan diri untuk pengorbanan tersebut," jelas Yunho. Dirinya bahkan tidak bisa menghentikan perasaan takut dan gugup yang semakin mengusik dirinya.

"Yah ... anggap saja perkataanmu memang benar." Yunho kembali mengangkat kepalanya. Sudah sangat lama ia tidak berjumpa dengan San. Tetapi, perasaan kuat itu masih ada. Sangat kuat hingga ia tidak yakin bisa melepaskannya begitu saja.

"Aku sempat melihat Seonghwa. Dia menjadi penasihat Kerajaan Zatra," ujar Yunho. San kembali menatap dirinya. Sebelah alisnya terangkat.

"Kamu menggunakan tanda itu untuk membuntuti mereka?" tanya San penuh selidik. Yunho langsung diam. Bahkan, tubuhnya juga terlihat menegang. Walaupun bukan bermaksud buruk, tetapi perkataan San memang benar. Benar bahwa dirinya membututi mereka semua.

San langsung menyeringai. Setelah ia bisa dengan mudah mendapatkan jawaban dari raut wajah Yunho tersebut. "Wah. Sangat mengejutkan kamu mau mengambil langkah seperti itu," ujar San dengan nada penuh sindiran. Mendengar hal itu, Yunho kembali menunduk kembali.

"Kalau begitu ... bukankah dia harus mendapatkan hukuman, bukan?" Dahi Yunho mengerut. Ucapan San seolah menunjukkan jika dirinya sedang tidak berbicara sendiri. Dengan mengumpulkan keberaniannya yang tersisa, Yunho mengangkat kepalanya perlahan. Ia mendapati San tengah memperhatikan seseorang yang sepertinya tengah berdiri tepat di belakangnya.

"Benar begitu, Kapten?"

Yunho benar-benar tidak bisa untuk tidak terkejut saat ini juga. Bahkan sekarang pun, tangannya menjadi lebih bergetar dengan kulit wajah yang sudah memucat.

"Ka-kapten?" lirihnya sangat pelan.

To be Continued ....

11 September 2021

HOURGLASS : PIRATE KING [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang