BAB 10

7.8K 1.3K 138
                                    

Arsha menatap Sagara yang tengah memakan masakan yang ia buat. Ia menelan air liurnya memperhatikan Sagara. Selesai masak tadi ia langsung memakan bagiannya dan sekarang berakhir hanya menatap Sagara.

"Enak ya Gar?" tanya Arsha namun Sagara hanya menatapnya sekilas.

"Pasti lo belum pernah kan masakan kaya gini, soalnya ini resep dari nenek gue. Gue belum cerita ke lo ya, jadi setiap liburan semester gue selalu dikirim ke rumah nenek di Bandung. Di rumah nenek gue serasa latihan militer, semua harus di kerjain kalau masakan gak enak di suruh ke ladang bawa air di ember gede"

Arsha menceritakan bagaimana tersiksanya ia jika di rumah neneknya. Sagara menikmati makananya tetapi diam - diam ia mendengarkan cerita yang di lontarkan oleh Arsha.

Arsha menatap piring Sagara yang sudah kosong, tidak tersisa apapun. Arsha menatap Sagara yang tengah meminum air putih.

"Ganteng" ucap Arsha yang masih bisa bisa di dengar Sagara.

Sagara meletakkan gelasnya dan menatap Arsha yang gelapan karena keceplosan.

"Hey ya, iya lo ganteng. Ganteng banget, jangan natap gue gitu njir" ujar Arsha melihat tatapan Sagara yang seolah - olah ingin menikam dirinya.

"Astaga. Gue cuman muji tapi dia natap gue kaya natap kuyang. Gimana kalau gue bilang will you marry me? bisa jadi abu gue" Arsha memegang kepala dengan ke dua tangannya.

"Sagara aneh banget, apa semua cowo 2035 seperti Sagara?" batin Arsha.

"Udah mandi?" tanya Sagara menatap Arsha yang masih di meja makan.

"Belum"

"Bentar lagi, niat gue masih dijalan belum nyampe" jawab Arsha.

Sagara menatap jam tangan miliknya, sudah jam 7 malam tapi sedari pulang dari rumah Lintang gadis ini belum juga mandi. Sagara menghela napas kasar, ia tidak tahu lagi cara bagaimana gadis di hadapannya ini menurut padanya.

"Cepat mandi dan temuin gue di ruang tv" Sagara meninggalkan Arsha yang cemberut.

"Gue udah mandi tadi pagi, kenapa harus mandi lagi sih? boros air banget"

Arsha beranjak dari meja makan memasuki kamarnya, melihat tatapan tajam Sagara membuat ia mau tidak mau mandi cepat.

"Aku sudah wangi dan bersih, tubuhku harum seharum parfum mawar melati yang dicampur dengan bunga kamboja" Arha menyanyi dengan lirik yang asal - asalan.

"Hey bos Sagara"

"Aku anak sehat tubuhku kuat karena Sagara rajin memberi makanan enak" Arsha bernyanyi dan tersenyum manis menatap Sagara yang tengah duduk di sofa yang ada diruang tv.

"Udah ngerjain tugas?" tanya Sagara yang mendapat gelengan dari Arsha.

"Lah kata Miss Nana besok gak belajar. Besok khusus belajar pengembangan bakat"

"Bakat gue cuman membocorkan gosip terbaru, ada gak ya pengembangan bakat spill hot gosip" tanya Arsha namun malah mendapat tatapan tajam dari Sagara. Sagara terlalu membosankan di otaknya hanya pelajaran saja membuat Arsha tidak suka.

"Udah hapal 10 nama unsur?" tanya Sagara yang d angguki Arsha.

"Udah tahu, tapi gue gak perlu laporan ke lo. Gue udah punya handphone dari Selin"

"Jadi gue gak perlu lagi kan?" tanya Arsha menatap Sagara.

"Tenag saja sesuai perjanjian lo kok. Gue di sini hanya numpang satu bulan sebagai babu lo, gue juga tahu diri kali. Hahahaha"

"Gue juga harus mencari jalan pulang buat kembali ke tahun asal gue, gue udah satu minggu di rumah lo, tinggal 3 minggu lagi. Banyak sabar ya Gara" ujar Arsha mendudukkan dirinya di samping Sagara.

"Kata Selin dia akan bantu gue cari kerjaan dan cari tempat tinggal buat gue nanti. Tenang saja, besok gue udah punya duit. Gue udah kerja"

"Oh. Bagus kalau gitu" Sagara berdiri dari sofa meninggalkan ruangan tv.

Arsha mencibir melihat Sagara yang hanya merespon dengan kata oh. Setidaknya pria itu menyemangati dirinya.

"Gak bisa apa itu mulut bilang, semangat Sasa kamu pasti bisa. Dasar manusia kaku" cibir Arsha.

"Tidur ah besok minta duit"

Arsha memasuki kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Dia sudah melewati hari yang begitu panjang, saatnya untuk memulihkan tenaga.

"Mari bermimpi memeluk roti sobek" gumam Arsha sebelum berselancar dalam mimpinya.

Berbeda dengan Sagara yang masih terjaga, ia menatap buku pelajaran yang terbuka di meja belajarnya. Menatap ponselnya yang mendapat panggilan telepon.

"Halo"

"Gara gak mau pulang pa, teman - teman mama aneh semua. Sagara gak suka"

Sagara memutuskan panggilan dari papanya. Papanya menyuruhnya untuk pulang ke rumah namun ia menolak, teman - teman sosialita mamanya sangat aneh. Jika mereka tahu Sagara di rumah mereka akan berlomba membawa putri mereka dan itu sangat memuakkan bagi Sagara. Dan ia harus berdiam mendengarkan semua omong kosong yang mereka lontarkan, itu bukan tipe Sagara.

Sagara menatap buku catatan milik Arsha yang tertinggal di kamarnya, tangannya meraih buku tersebut dan membaca tulisan yang Arsha buat.

"Kepala gue pusing banget rasanya mau meledak tapi gak punya kepala lebih sakit" Sagara menaikkan sebelah alisnya membaca tulisan gadis itu. Membuka lembar berikutnya ia menatap tajam buku tersebut.

"Sagara itu nyebelin mirip mak - mak komplek yang suka nyinyir, tapi Sagara ganteng dan pintar. Tapi tetap saja nyebelin. Kenapa pelajarannya susah semua sih, otak gue itu gak punya waktu banyak untuk memikirkan kenap y harus negatif dan x harus positif. Menyebalkan" itulah tulisan yang Arsha buat di buku tulis miliknya. Gadis itu juga menggambar monyet dan memberi keterangan kalau monyet itu ibarat Sagara yang mengomeli dirinya.

Arsha juga menggambar pria yang mempunyai roti sobek dan memberi keterangan kalau itu adalah Sagara, ia juga menulis keterangan di samping gambar jika gambar itu berdasar pengelihatan nyata. Dimana ia secara langsung dan terbuka menatap roti sobek milik Sagara. Sagara merobek kertas tersebut dan mendengus kesal. Tidak ingin semakin marah Sagara memilih untuk tidur.

Arsha keluar dari kamarnya dengan setelan seragam yang sudah rapi, ia sangat bersemangat untuk pagi ini karena ia akan mendapat imbalannya hari ini. Siswi yang menjadi partner pertamanya mengatakan akan memberinya pagi ini sesuai perjanjian.

"Eh Gara? tumben belum berangkat?" Tanya Arsha menatap Sagara.

"Berangkat bareng" jawab Sagara.

"Ha? lo sama gue? gak ah nanti lo minta ongkos lagi" ujar Arsha menatap Sagara penuh selidik.

"Gue itu bos lo dan lo harus nurut sama gue. Berangkat bareng!" Sagara menarik tangan gadis itu.

"Nanti gue akan di suruh ngajarin cewe anak kelas 11 dan lo harus bisa batalin. Gue gak mau tahu caranya bagaimana dan lo harus bisa bikin gue sama itu cewe gak berurusan" ujar Sagara memasuki mobilnya yang di ikuti oleh Arsha.

"Siap. Gampang itu, serahkan pada bundamu ini"

"Apapun akan kulakukan untuk melindungimu nak, karena kamu adalah kebahagiaan bunda. Bahagiamu bahagiaku juga, tapi kalau penderitaanmu bukan penderitaanku"

"Kira - kira hari ini enaknya ngeluarin jurus combo pedas sakti atau jurus burung lepas sangkar" gumam Arsha memikirkan rencana untuk tugasnya nanti.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang