BAB 16

7.3K 1.1K 156
                                    

Lintang menatap Arsha dan Sagara beradu mulut, ia menggeleng - gelengkan kepala melihat Arsha yang sedari tadi tidak berhenti mengoceh tapi ia juga hari ini cukup senang karena membuat Sagara kesal.

"Gengsinya tinggi banget" gumam Lintang dan berjalan menghampiri keduanya.

"Oi Gara, Rasha pulang duluan katanya ada urusan" ujar Lintang menghampiri keduanya.

"Gue juga mau pulang, mau main game. Gue duluan"

"Oh iya Sa, jangan lupa datang ke nikahan kucing gue" ujar Lintang yang diaangguki oleh Arsha.

Lintang meninggalkan Arsha dan Sagara, sebenarnya Lintang pulang duluan bukan karena ingin bermain game tetapi ia malas dengan Sagara yang akan selalu menganggu dia dan Arsha. Sagara pasti akan merasa kesal jika ia dan Arsha berbahagia.

Arsha menatap Sagara yang berdiri di hadapannya, menatap Sagara dari atas hingga ke bawah dengan salah satu sudut bibir yang terangkat.

"Menyebalkan sekali" ujar Arsha menatap Sagara.

"Pulang" ucap Sagara menarik tangan Arsha tiba - tiba.

"Untung dia orang yang mau menampung gue, kalau gak udah  habis ini anak" cibir Arsha menatap tangannya yang di tarik oleh Sagara.

Sampai di rumah Sagara turun dari mobilnya tanpa mengatakan apapun. Berbeda dengan Arsha yang masih berada dalam mobil, menarik kursi duduknya kebelakang dan membuka kaca jendela mobil. Memutar lagu dan memejamkan matanya.

Sesekali Arsha mengikuti alunan musik yang ia putar, sisa waktunya di rumah Sagara dua minggu lagi tetapi ia belum menemukan tempat untuk di tinggali. Tapi yang membuatnya merasa lega adalah Lintang yang mau menawarkan untuk tinggal di rumahnya sembari Arsha mencari tempat tinggal.

"Ternyata hidup jauh dari orang tua sangat susah" gumam Arsha.

"Untung gue waktu kecil gak jadi kabur dari rumah, padahal baju udah gue masukin ke kekarung" gumam Arsha mengingat kelakuannya dulu waktu kecil.

Dulu waktu Arsha kelas 1 SD ia merasa di anak tirikan di dalam rumahnya. Arsha itu anak ke dua dari tiga bersaudara, kedua saudaranya laki - laki. Dirinya merasa orang tuanya tidak adil, adeknya selalu di beli mainan mobil - mobilan dan uang jajan. Abangnya selalu di beri uang lebih dan selalu di buatkan bekal ke sekolah, berbeda dengan dirinya yang hanya di beri bekal tanpa uang jajan. Itu membuatnya merasa kalau dia adalah anak tiri dirumahnya dan berencana akan minggat dari rumahnya.

Hari itu tukang es krim lewat dari rumahnya dan sang mama tidak mau membelikan untuk Arsha, padahal dirinya sudah merengek. Mamanya bilang kalau mamanya tidak punya uang untuk membeli es krim. Arsha menangis sejadi - jadinya dan masuk ke dalam kamarnya memasukkan semua bajunya ke dalam karung.

Yang membuatnya gagal kabur dari rumah adalah anak tetangga yang tiba - tiba memanggilnya dan mengajak untuk pergi ke ulang tahun anak komplek sebelah. Tidak ingin menyia - nyiakan makanan gratis Arsha mengiyakan anak tersebut tanpa membawa apapun. Karena tujuannya adalah makan gratis.

"Jadi kangen makan nasi kotak" gumam Arsha.

"Kira - kira orang rumah sekarang lagi apa ya? jadi kangen"

Biasanya abang sama papa akan memperdebatkan cara meluluhkan hati hati wanita, ia dan sang adik yang menjadi supporter. Lalu biasanya ia akan menyeret adiknya sebagai partner paparazi.

"Aku merindukan kalian tapi tidak dengan ahlak kalian" ujar Arsha sedikit berteriak.

Berbeda dengan Sagara yang berada di dalam kamarnya, Sagara menatap tumpukan buku dan kertas yang ada di meja belajarnya. Benar kata Arsha dia selalu belajar hingga lupa waktu, tetapi dengan belajar ia merasa tenang dan tidak terganggu. Ia lebih suka berkutat dengan soal dari pada harus menghadiri pertemuan - pertemuan yang keluarganya hadiri setiap hari.

Orangtuanya memang tidak memaksa untuk ikut tetapi itu menganggunya. Sagara hanya dekat dengan orang - orang yang bisa berdiskusi mengenai ilmu. Ia juga heran menagap ia bisa dekat dengan Lintang dan Randy yang sangat berbanding terbalik dari dirinya, untuk Dean pria itu masih dikategorikan normal.

Sagara menghela napas kasar dan keluar dari kamarnya sedari tadi ia tidak melihat Arsha. Biasanya gadis itu akan heboh. Sagara tidak melihat Arsha, ia sudah mengelilingi setiap sudut rumah namun tidak menemukan gadis itu. Sagara mengerutkan keningnya bingung, apakah gadis itu masih berada dalam mobil dan apa yang dilakukan gadis itu pikir Sagara.

"Sekuntum bunga refflesia ku persembahkan untukmu seorang, bunga refflesia melambangkan kebusukan hatimu. Aiyayaya hatiku terluka, aiyayayaya kamu sungguh tega, aiyayayayaya aku sungguh sakit" Arsha bernyanyi di dalam mobil Sagara dengan suara yang bisa di kategorikan mengguncang jiwa raga.

"Satu - satu aku suka duit, dua - dua juga suka duit, tiga - tiga suka duit om - om, satu dua tiga suka duit om" Arsha bernyanyi seolah ia adalah diva internasional yang sedang tampil.

"Suara lo jelek, mending diam aja" ujar Sagara yang kini wajahnya tepat berada di depan wajah Arsha.

"Astaga siapa kamu" ucap Arsha spontan.

"Sagara ngagetin mulu, cocok lo jadi kuyang"

"Masuk ke rumah cepat" ujar Sagara tanpa mengubah posisinya.
"Gak mau ah, gendong aku dong" ujar Arsha tersenyum centil.

Sagara mengangkat tubuh Arsha dan menggendong gadis itu dengan bridal style. Arsha kaget dengan perlakuan Sagara padahal dirinya hanya bercanda.

"Loh? gue bercanda njir" ujar Arsha namun tidak membuat Sagara menghnetikan langkahnya.

"Gue gak tahu antara senang dan keenakan" ujar Arsha.

"Lo lemot gue juga datang ke mobil mau ngangkat lo, karena cara halus gak akan mempan sama lo" ujar Sagara menatap Arsha dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Yaudah kalau begitu gendong gue tiap hari aja Gar, biar badan lo sakit semua"

"Ide bagus dan lo itu ringan gak masalah buat gue" jawab Sagara enteng.

Sagara menurunkan Arsha pada sofa yang ada di ruang tamu, Arsha memegang ke dua kepalanya. Stres dengan ke lakuan Sagara yang semakin hari semakin aneh. Ia jadi takut apakah ini efek samping Sagara bergaul dengan dirinya. Kalau iya maka ia harus memikirkan strategi.

"Besok gue gak sekolah dan besok gue gak tidur di rumah" ujar Sagara yang mengundang tatapan bingung dari Arsha.

"Gak usah banyak tanya, besok gak usah masak dan pergi sekolah sendiri. Jangan lupa tutup pintu dengan baik. Lo besok akan sendiri dirumah" lanjut Sagara menatap Arsha.

"Oke, gak masalah sih kalau gue tinggal sendiri udah biasa juga di tinggal sendiri di rumah" jawab Arsha santai.

"Eh yang tadi pacar lo ya?" tanya Arsha mendekat ke Sagara.

"Cantik, pintar juga lo milih yang bening. Kasih triknya dong" lanjut Arsha lagi.

"Gak usah terlalu tinggi sih, modelan Dean aja gue udah senang banget"

"Rasha bukan pacar gue" bantah Sagara menatap tajam Arsha.

"Iya bukan pacar tapi calon istri ya kan? atau calon tunangan?" tanya Arsha lagi.

"Gak usah sok tahu. Lo cuman pesuruh gue, tahu batasan lo" Sagara beranjak dari sofa yang ada di sana meninggalkan Arsha.

"Hilih bilang aja iya" cibir Arsha.

"Eh tapi ini bisa jadi ladang duit. Gue hanya mencari kebeneran dan kalau beneran mereka punya hubungan gue akan menguaknya. Dan gue pastikan berita ini akan hot topik dan duit gue akan ngalir'

"Gue juga harus bisa memanfaatkan keadaan, sepertinya ini akan menjadi berita teratas" gumam Arsha tersenyum.

"Gue butuh duit untuk bertahan dan mereka bisa ladang duitku" lanjut Arsha.

"Tidak sia - sia bakat yang gue punya, kalau keduanya gak ada hubungan gue tinggal cari topik lain. Atau gak gue buat aja seolah - olah keduanya memang benaran mempunyai hubungan"

"Media memang jahat dan kotor. Dari pada gue jadi gembel kelaparan, udah jelek misikin gak punya apa - apa. Duh kasihan sekali hidupku ini"

"Kalau Sagara gak di rumah berarti gue bisa ngadain konser besar - besaran nih, udah lumayan lama tidak mengeluarkan suara merdu bak diva ini" ujar Arsha bertepuk tangan sendiri.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang