"Mau ke mana dek?" tanya Arsha pada Cheri yang memegang payung dan juga tote bag.
"Beli cemilan di suruh mama, katanya nanti temannya bang Keenan mau datang tapi cemilan udah abis" jawab Cheri sembari berjalan mendekati Arsha.
"Biar kakak saja sini, sekalian kakak mau ngeprint catatan punya teman kakak" Arsha mengambil tote bag dan juga payung yang ada di tangan Cheri, sang adik mengiyakan ucapan Arsha. Arsha keluar dengan memegang tote bag, memakai payung yang ternyata di luar gerimis yang lumayan besar.
Arsha berjalan sembari bersenandung kecil, sampai di Indomaret gadis itu memilah cemilan yang menurutnya enak. Kurang lebih empat puluh menit gadis itu berada di Indomaret dan selesai dengan urusan membeli cemilan, tujuannya berikutnya adalah mencetak ulang catatan temannya.
Selesai mencetak catatan temannya, Arsha kembali ke rumahnya. Yang tadinya gerimis kini berubah menjadi hujan, payung yang Arsha pakai tidak cukup untuk melindungi dirinya agar tidak basah. Arsha memilih berteduh di halte yang tidak jauh darinya. Menghela nafas kasar, Arsha menatap kesal tote bag yang di tangannya. Kalau tahu begini lebih baik ia tiduran di rumah.
"Tahu gini mending gue tidur sambil main handphone" gumam gadis itu.
Arsha menatap lurus, menatap jalanan yang lumayan sepi. Sekolah sudah pulang dan jam pulang kantor masih lama, membuat jalanan tidak serame biasanya. Jika dipikir - pikir ia sudah melewati banyak kejadian, bahkan kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Ia bersyukur bisa hidup sampai sekarang.
Arsha mencintai keluarganya meskipun itu bukan keluarga kandungnya, meskipun ia hanya orang asing di keluarga itu tetapi Arsha di perlakukan sangat baik. Gadis itu sangat beruntung. Arsha tersenyum simpul mengingat betapa dengan sabarnya keluarganya mendidiknya, Arsha yang nakal, Arsha yang sembrono, dan kadang Arsha yang suka menuntut. Keluarganya sangat baik dan sangat berharga baginya.
Asyik bergulat dengan pikirannya, Arsha di kagetkan dengan motor yang tiba - tiba berhenti di halte tempatnya berteduh. Hampir saja gadis itu berteriak memaki pengendara tersebut, namun ia urungkan. Arsha menggeser posisinya hingga ke pinggir ujung dan melirik siapa pengendara tersebut, yang ternyata ada dua orang laki - laki dan perempuan. Berdesak kesal, gadis itu kembali menatap hujan dan kembali bergulat dengan pikirannya.
"Harusnya tadi kita pakai mobil" ujar orang yang di samping Arsha dengan nada lembut.
"Tahu hujan gini aku bawa jaket" lanjut orang tadi yang merupakan seorang gadis dan lawan bicaranya seorang laki - laki.
Arsha melirik ke arah kedua orang itu, perempuan dengan wajah yang cantik dan juga imut. Tingginya hampir sama dengan Arsha. Arsha menatap kaget siapa pria teman gadis cantik itu yang ternyata adalah Sagara.
"Sagara" gumam Arsha sembari menatap kedua orang tersebut. Arsha ingin menyapa namun niatnya ia urungkan melihat Sagara membuka jaketnya dan memakaikannya pada perempuan itu. Arsha menundukkan kepalanya dan menatap tumit sepatunya. Ia semakin bergeser ke samping hingga mentok ke tiang halte.
"Masih dingin?" tanya Sagara yang di angguki oleh gadis tersebut.
"Peluk" ucap gadis itu membuat Arsha dengan spontan menoleh ke samping dan benar saja Sagara memeluk wanita itu dan mengelus rambut gadis itu. Arsha memegang dadanya dan tersenyum miris.
"Kok nyesek ya, kan Sagara buka siapa - siapa gue. Di mimpi aja Sagara udah benci gue dan dari awal semuanya gak kaya gini" gumam gadis itu tetap menunduk.
"Tunangan Rasha memang yang terbaik, hahaha" ujar gadis yang di pelukan Sagara semakin membuat Arsha tersenyum miris.
"Rasha? bukannya dia yang katanya sahabat Sagara di mimpi?" gumam Arsha lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHA JOURNEY
FantasyArsha perempuan dari tahun 2021 yang terlempar ke masa depan. Ia terlempar ke tahun 2035, awalnya ia akan pergi kerumah neneknya yang berada di Bandung. Namun hal aneh ia alami, kereta yang membawanya tidak ke Bandung tetapi malah membawa dirinya ke...