BAB 12

7.3K 1.2K 65
                                    

Arsha menatap dongkol guru yang menjelaskan didepan. Pelajaran fisika membuat kepalanya pusing. Ditambah yang guru jelaskan tidak pernah ia dengar saat ia SMA di tahun 2021. Menatap satu - per satu murid kelasnya yang sungguh - sungguh mendengarkan penjelasan sang guru.

"Gaya konservatif disebut konservatif apabila usaha yang dilakukan sebuah partikel untuk memindahkannya dari suatu tempat ke tempat lain dan tidak bergantung pada lintasannya. Usaha total yang dilakukan oleh gaya ini adalah nol, artinya apabila suatu partikel bergerak sepanjang lintasan tertutup dan kembali lagi ke posisi semula"

"Arsha bisa kamu jelaskan judul materi kita hari ini?" Guru fisika yang sedang menjelaskan di depan kelas menatap Arsha, tidak hanya itu atensi satu kelas tertuju pada Arsha.

Arsha yang mendengar pertanyaan itu gelagapan, menggaruk kepalanya kikuk.

"Materi hari ini energi potensial dan hukum kekelan energi sir" jawab Arsha yang diangguki oleh guru tersebut.

"Untung tadi sempat liat judul" gumam Arsha bernafas lagi. Ia mempelajari di SMA apa itu energi potensial tapi tidak pernah serumit ini, hal - hal dasar saja dia tidak tahu apalagi hal rumit.

Arsha cekikan sendiri, ia merasa sangat bodoh dan juga aneh. Ia menoleh ke samping dan matanya bertubrukan dengan Sagara. Sagara menatap dirinya tajam yang dibalas acungan jempol oleh gadis itu.

"Materi hari ini selesai, oh ia saya hampir lupa. Karena Arsha murid baru jadi kelompok belajar kamu adalah Sagara. Karena dari semua siswa hanya Sagara yang tidak memiliki teman kelompok belajar, untuk tugasnya Arsha bisa tanyakan pada Sagara. Arsha mengertikan?" tanya sang guru menatap Arsha.

"Iya sir saya mengerti, terimakasih sir" Arsha menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Oke saya akhiri pembelajaran hari ini. See you next lesson" ujar sang guru bersamaan dengan bunyi bel pulang sekolah.

Arsha memasukkan bukunya ke dalam tas, belajar bersama Sagara adalah siksaan baginya. Sagara pasti senang karena bisa menyiksa dirinya lebih lama dan lebih kejam. Bunyi hukum Newton satu saja dia tidak hafal, sepertinya ia terlalu bodoh di masa lalu.

"Bestai jadi gak hari ini?" Selin memukul meja Arsha yang membuat gadis itu kaget.

"Kaget njir" Arsha memukul lengan Selin kesal.

"Jadi dong"

Arsha beranjak dari bangkunya menyusul Selin yang berjalan duluan.

"Nenek moyang jadi gak? gue ada rekomendasi tempat tinggal buat lo" ujar Lintang merangkul bahu Arsha.

"Apa itu cucuku terbangsat" Arsha menyenderkan kepalanya pada tangan Lintang yang merangkul bahunya.

"Panti jompo" jawab Lintang yang mendapat cubitan dari Arsha.

"Gue kemarin pergi ke kafe dan disana buka lowongan. Kita kesitu aja dulu siapa tahu jodoh" ucap Selin yang diangguki Lintang.

Sagara hanya menyimak obrolan ke tiga orang itu begitu juga dengan Randy dan Dean. Ke enam orang itu berjalan meninggalkan ruangan kelas dengan Lintang yang masih merangkul Arsha.

"Jadi istri gue aja gimana Sa? tapi harus nganu tiap hari" ujar Lintang santai mendekatkan bibirnya ke wajah Arsha.

"GAK"

"Gak ada acara pindah - pindahan dan cari kerja" Sagara menarik Arsha dari rangkulan Lintang dan menatap Lintang tajam.

"Apasih Gar, kan gue ngajak Arsha nikah bukan ngajak lo" Lintang mencibir Sagara.

"Gue bosnya Arsha dan Arsha di bawah perintah gue" Sagara menatap Arsha tajam yang membuat Arsha menelan air liurnya.

"Lo masih harus jadi pesuruh gue selama 3 minggu lagi dan selama 3 minggu itu juga lo harus standby' lanjut Sagara yang mendapat anggukan dari Arsha.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang