BAB 22

6.8K 1.1K 204
                                    

Keesokan paginya Arsha terbangun dan langsung merapikan barang - barang miliknya. Dia tetap pada pendiriannya untuk pergi dari rumah Sagara dengan atau pun tanpa persetujuan Sagara. Dia sangat yakin Sagara hanya bermain-bermain dan tidak benar-benar peduli padanya.

Semalam dirinya sudah menelepon Selin dan meminta pendapat gadis itu, mendengar cerita Arsha yang mengatakan kalau Sagara mengatakan dirinya tidak berguna dan tolol membuat Selin emosi dan menyuruh Arsha meninggalkan rumah Sagara.

"Gak papa kalau gak hidup mewah yang penting gue bisa hidup bebas. Gue gak bisa tinggal di tempat yang tidak menghargai gue" gumam Arsha merapikan barang-barangnya.

Selesai merapikan barang - barangnya Arsha keluar dari kamarnya, ia masih beada di rumah Sagara yang artinya ia masih harus tetap memasak dan melakukan tugasnya yang lain. Di ruang tamu Arsha mendapati Sagara dan Rasha yang menonton tv bersama. Rasha yang menyendarkan kepalanya di bahu Sagara, Arsha yang melihat itu hanya mengedikkan bahunya acuh dan melanjutkan langkahnya. Di dapur Arsha melihat makanan yang sudah tersaji di tempat biasa.

"Udah jadi budak tapi gak sadar posisi" ujar Rasha tiba - tiba mengagetkan Arsha.

"Lo baru bangun jam segini? sedangkan Sagara harus makan pagi. Sagara sudah baik nampung lo tapi malah bertingkah. Gak tahu malu" lanjut Rasha sembari menyiapkan makanan untuk Sagara dan untuk diirinya.

Arsha hanya berdiri menatap Rasha dan Sagara dan tersenyum kecut, memang salahnya. Harusnya ia sejak awal sadar ia hanya sesorang yang menyusahkan.

"Lo masih punya muka berdiri di situ?" tanya Rasha menatap sinis Arsha.

"Maaf kalau gue nyusahin lo ataupun Sagara, gue juga gak mau kok mengalami hal kaya gini. Lo gak tahu kenapa gue harus kaya gini dan gue memang salah. Tapi lain kali mulut lo di atur dulu" jawab Arsha.

"Gue sarankan pakai otak lo dulu buat berpikir baru buka mulut, jangan dengkulnya yang di pakai" ucap Arsha meninggalkan dapur.

Sagara menatap kepergian Arsha lalu menatap Rasha tajam.

"Berhenti melakukan sesuatu yang di luar urusan lo" ucap Sagara menatap Rasha tajam.

"Gue memberikan lo kebebasan bukan berarti gue menerima lo, tapi karena gue masih menginginkan ayah lo"

"Tapi itu dulu, sekarang gue gak menginginkan ayah lo lagi karena ternyata ayah lo lebih buruk dari anjing. Dan yang gue sayangkan ternyata anjing lebih pintar dari putrinya, gue pikir lo datang mau minta maaf" lanjut Sagara.

"Gue sarankan jangan pulang ke rumah, hati - hati ada pengintai" Sagara tersenyum miring dan meninggalkan Rasha. Rasha dengan cepat pergi meninggalkan kawasan rumah Sagara, ia tahu betul maksud dari ucapan Sagara. Dan ia tahu apa yang harus ia lakukan, Sagara masih memberinya kesempatan.

Sagara mencari Arsha di kamarnya namun tidak ada, ia hanya mendapati koper yang tergeletak di atas kasur Arsha. Ia juga sudah mencari Arsha di setiap sudut rumahnya namun tak juga menemukan gadis itu.

"Lo kenapa sih?" tanya Lintang menatap Arsha yang uring - uringan di lantai rumahnya. Arsha memutuskan untuk mendatangi rumah Lintang dari pada menahan emosi dan rasa sakit di rumah Sagara.

"Gue lagi galau sayang" jawab Arsha mengguling-gulingkan tubuhnya.

"Kenapa? masalah rumah tangga lo sama Sagara?" tanya Lintang menatap Arsha.

"Bukannn ihhh" Arsha mengubah posisinya dan menatap kesal Lintang dan mencubit lengan pria itu.

"Tapi ada sih itu juga, tapi bukan itu utamanya" jawab Arsha serius.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang