Sagara tersenyum tulus menatap Arsha yang serius mengerjakan soal - soal yang ada di buku paketnya. Gadis itu sudah bertekad akan menjadi gadis yang rajin belajar, hanya bertekad tidak berjanji. Katanya gadis itu malu melihat Sagara yang begitu pintar tapi itu katanya bukan faktanya, karena faktanya gadis itu tidak peduli sama sekali. Bagi gadis itu semua akan indah pada waktunya, yang perlu ia lakukan hanyalah menunggu waktu yang indah itu.
"Udalah gua gak mood buat belajar" keluh Arsha menutup buku paketnya, gadis itu tidak di takdirkan untuk menjadi gadis pintar.
"Sagara malu gak punya Arsha yang bodoh dan tidak berdaya ini?" tanya Arsha yang di balas gelengan oleh Sagara.
"Arsha enggak bodoh, Arsha hanya malas belajar dan malas mencari tahu. Semua jawaban dan rumus ada di dalam buku tersebut, kita hanya perlu membaca dengan teliti" jawab Sagara dengan tenang.
"Masa? perasaan dulu Sagara benci banget sama Arsha karena Arsha itu bodoh" cibir Arsha mengingat bagaimana dulu perlakuan Sagara pada dirinya.
"Itu dulu Arsha, gak usah di ungkit karena itu tidak akan ada habisnya" ujar Sagara mengelus rambut Arsha.
Keduanya sudah tinggal seatap dan keduanya sudah resmi bertunangan. Hubungan Arsha dengan keluarganya berjalan baik - baik saja dan akan tetap baik.
Sagara, pria itu sangat posesif dan selalu mengikuti ke mana pun Arsha pergi. Sagara terlalu takut, takut jika Arsha pergi. Katakan saja dia lebai tapi dia tidak peduli.
"Gara" panggil Arsha melihat Sagara yang kini sudah berbaring di kasur miliknya. Mereka tidak satu kamar, hanya saja Sagara sering datang dan belajar di kamar Arsha. Kalau kata Sagara kamar Arsha lebih nyaman dan lebih berwarna.
"Kenapa?" tanya Sagara tetap pada posisinya.
"Bagaimana kalau ternyata kita masih dalam mimpi dan saat terbangun semuanya akan berbeda dari ini?" tanya Arsha serius, jujur saja akhir - akhir ini gadis itu takut untuk memejamkan matanya. Ia takut saat matanya terpejam dan kemudian ia membuka matanya semuanya akan berbeda. Ia sangat takut, bahkan gadis itu tidak bisa membedakan apakah semuanya nyata atau semuanya masih mimpi yang berlanjut begitu nyata.
"Kalau semua ini mimpi, kita tidak perlu bangun dari mimpi ini. Kalau ini mimpi mari sama - sama untuk tidak terbangun, dengan begitu bukankah semuanya akan tetap berjalan" ujar Sagara tersenyum, baginya tidak peduli di mana pun ia berada. Baik dunia nyata maupun mimpi, asalkan tangannya masih bisa menggenggam tangan Arsha semuanya baik - baik saja. Tidak perlu ada yang di khawatirkan.
"Tapi aku takut" jawab Arsha sendu.
Ia melalui banyak hal yang sangat jauh dari logika dan akal sehat manusia. Ia menjalani hidup yang tidak tentu arah, ia tidak tahu apa yang harus ia kejar dan apa yang harus ia tinggalkan. Tapi itu dulu, karena sekarang ia tahu kenapa ia harus tetap hidup, ia tahu kenapa ia harus tetap bernafas, ia tahu kenapa dia yang mengalami semuanya ini. Sekarang Arsha tahu ke mana kakinya akan melangkah, ia belajar banyak hal.
"Arsha" panggil Sagara lembut, pria itu bangun dan menghampiri Arsha.
"Kamu udah dewasa, umur 21 sudah cukup dewasa untuk kamu berpikir dengan baik. Apa yang kamu takutkan lagi?" tanya Sagara.
"Aku takut kalau aku pergi dan mengalami hal yang lebih mengerikan lagi" ucap Arsha sendu.Sagara menggenggam tangan Arsha, Sagara menatap dalam Arsha.
"Ayo menikah" ucap Sagara tiba - tiba yang mendapat pelototan dari Arsha.
"Apalagi yang kita tunggu Arsha, aku gak mau kamu pergi lagi. Cukup puluhan tahun aku menunggu kamu" lanjut Sagara semakin mendekatkan dirinya pada Arsha.
"Kamu mau kan hidup dan menua bersama?" tanya Sagara penuh harap, Arsha menatap Sagara, gadis itu bisa melihat tatapan Sagara yang tulus dan penuh harap.
Arsha menganggukkan kepalanya dengan malu - malu yang langsung mendapat respon senang dari Sagara.
"Terima kasih Arsha, terima kasih banyak. Aku mencintaimu" Sagara memeluk Arsha begitu erat.
"Kita akan menikah satu minggu lagi" ujar Sagara membuat Arsha kaget.
"Mama dan semuanya sudah mempersiapkan semuanya, hanya tinggal aku meyakinkan kamu Arsha" jawab Sagara seolah mengerti arti tatapan gadis yang ia cintai itu.
"Menikah bukan akhir dari semuanya Gara, tapi awal dari semuanya, aku harap semuanya akan berjalan baik - baik saja. Aku tahu ada banyak kesalahan di masa lalu yang belum terselesaikan hingga sekarang. Aku harap kita akan bersama selamanya" ujar Arsha menatap Sagara dalam.
"Bolehkah aku mencintaimu?" tanya Arsha yang membuat senyuman Sagara merekah.
"Tentu boleh Arsha."
"Kamu milikku, sejak dulu kamu memang milikku" ucap Sagara mengecup bibir gadis itu.
"Aku mau punya banyak anak, 7 anak sepertinya bagus" ujar Sagara yang langsung mendapat tendangan dari Arsha.
"Pala kau 7, di kira anjing apa sekali hamil bisa mengandung banyak anak" kesal Arsha.
"Dua anak cukup, ikuti aturan pemerintah" lanjut Arsha.
"Belum juga nikah udah mikirin jumlah anak, kaya anak alay yang sedang di mabuk cinta" kesal Arsha menatap sinis Sagara.
"Memang benar, aku mabuk cinta kamu" jawab Sagara.
"Najissss, baskom mana baskom mau muntah dengarnya" ujar Arsha, tapi tidak dengan Sagara yang tertawa melihat tingkah gadis itu.Haloo gesssss✨✨✨
Yuk mampir ke cerita baru aku,
Jangan lupa vote + follow yauuu!!!
Terimakasih banyakk!!!!Masih ada satu extra chapter lagi, tapi jangan berharap lebih ada adegan itu ya. Kalian bayangin sendiri aja, mianhe gaess.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHA JOURNEY
FantasyArsha perempuan dari tahun 2021 yang terlempar ke masa depan. Ia terlempar ke tahun 2035, awalnya ia akan pergi kerumah neneknya yang berada di Bandung. Namun hal aneh ia alami, kereta yang membawanya tidak ke Bandung tetapi malah membawa dirinya ke...