BAB 41

3.4K 547 37
                                    

Kurang lebih seminggu Arsha dirawat di rumah sakit, kini gadis itu diizinkan pulang ke rumah. Gadis itu belum sepenuhnya pulih tetapi Arsha memilih untuk di rawat di rumah saja dari pada harus di ruangan yang serba putih tersebut. Dengan senyuman manisnya Arsha menatap rumah di mana ia bertumbuh dan merasakan yang namanya kasih sayang keluarga.

"Arsha kangen banget sama rumah" ujar Arsha dengan senyumannya.

"Kita semua juga kangen Arsha" ujar sang ayah menimpali ucapan Arsha.

Dibantu sang ayah dan sang abang, Arsha berjalan masuk ke dalam rumahnya, ia menatap setiap sudut rumah yang tidak berubah sama sekali. Ia merindukan aroma khas rumahnya, ia merindukan semuanya. Memasuki kamarnya, Arsha melihat setiap sudut kamarnya, tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama.

"Sasa istirahat ya biar cepat sembuh" ucap sang ayah yang di angguki oleh Arsha.

"Tenang aja ya, Sasa udah sehat kok. Besok Sasa mau sekolah" ujar gadis itu yang mendapat tolakan keras dari sang abang.

"Gak! kamu belum sembuh total, istirahat di rumah" tolak sang abang dengan tegas.

"Sasa tuh udah sehat abang ku sayang, kalau Arsha di rumah yang ada makin sakit. Gak ada pergerakan, kan kalau sekolah bisa tahu gosip terbaru. Arsha udah hampir 5 bulan gak masuk sekolah pasti ketinggalan banyak nih" ujar Sasa meyakinkan abangnya.

"Ketinggalan pelajaran ya kak" ujar Cheri yang tiba - tiba naik ke kasur dan duduk di samping Arsha.

"Gak lah, ketinggalan gosip maksud kakak. Kalau pelajaran udah dari SD kakak ketinggalan kalau tentang belajar" jawab Arsha dengan cengiran.

"Gak berubah ini anak, bukannya dapat hikmah malah meningkatkan kegoblokan" gerutu Keenan,

"Ayah boleh kan Sasa besok sekolah?" tanya Arsha dengan mata memelasnya membuat sang ayah tidak tega melihatnya. Menghela nafas kasar sang ayah mengusap lembut kepala Arsha.

"Baiklah, tapi ke sekolah harus diantar ayah atau gak abang kamu dan pulang juga harus begitu" ujar sang ayah yang mendapat anggukan semangat dari Arsha.

"Kamu juga harus bawa bekal dan obat! Abang tahu kalau kamu di sekolah suka mencuri gorengan ibu kantin dan ujung - ujungnya sakit perut" gerutu Keenan dan menatap tajam Arsha.

"Kok abang bisa tahu sih?" tanya Arsha heran.

"Kamu pikir abang gak tahu semuanya" sewot Keenan dan meninggalkan kamar Arsha, sang abang kesal dengan Arsha yang sangat susah diatur, tapi biarpun begitu hanya dirinya yang boleh memahari dan mengomeli gadis itu jika nakal. Karena Keenan adalah satu - satunya dan hanya akan satu abang dari Arsha.

"Yaudah kamu istirahat"

"Cheri, temani kakakmu" ujar sang ayah yang di angguki Cheri.

Arsha dan Cheri menatap kepergian sang ayah yang perlahan menghilang dari balik pintu Arsha. Keduanya saling menatap memberi kode, sedetik kemudian Cheri mendekat ke samping sang kakak.

"Jadi apa yang terjadi selama kakak koma?" tanya Arsha dengan semangat.

"Gak ada apa- apa sih, paling jatah makan kakak jadi aku aku yang makan" ujar Cheri yang di respon dengusan kesal oleh Arsha.

"Iya maaf bercanda. Jadi selama kakak koma ada dua orang bapak - bapak yang datang ke rumah dan selalu tanya tentang kakak, aku sampai bosan lihat mereka tiap dua kali seminggu pasti selalu datang. Kaya penagih utang aja" ujar Cheri. Memang betul dua bulan terakhir selalu saja ada laki - laki paruh baya yang dengan rutin datang dan bertanya tentang Arsha, dan selalu mendapat jawaban yang sama. Orang tua Arsha selalu memberikan jawaban tidak tahu dan tidak mau tahu.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang