PENGUMUMAN PENTING
CERITA IQ SEASON 1 SUDAH TAMAT.
AKAN TETAPI MOHON KERJA SAMANYA KEPADA PEMBACA
Untuk vote dan komen di setiap part, ramaikan cerita ini. Karena kalau tidak ramai, aku tidak akan melanjutkan season 2nya.Tolong hargai aku ya, aku buat cerita ini kadang revisi berkali-kali garis besarnya tiap tengah malam habis kerjain tugas kuliah.
Hargai dengan pencet vote dan komen di setiap part, mudah bukan? :)
Aku pasti baca dan balas. Karena baca komen bisa bikin aku semangat revisi dan nulis.
Terima kasih untuk pembaca yang bisa diajak bekerja sama. Love segedung IQ Classification <3
Selamat membaca ^^
πππ
Ingatlah satu petuah ini, ketika kamu sedang berleha-leha, di situlah temanmu berlari menuju impiannya.
IQ (F = m . a)"Sa!"
Bora memekik kala Utkarsa berlari ke luar kelas dan berdiri di tengah kerumunan. Membantu siswi malang yang sudah menangis sesegukan. Bora berdecak kesal. Pasalnya, Utkarsa ini bisa-bisanya menempatkan diri di lubang ular berbisa.
Sebaik-baiknya manusia, tidak pernah ada tuh yang membantu siswa yang notabenya di drop out karena alasan sudah miskin, mendapat nilai B, sudah pasti dicabut beasiswanya dari sekolah.
Bora berdecak sebal. Tubuhnya beranjak dari duduk. Kakinya mulai berlari ke luar kelas pergi menjauhi koridor penuh kerumunan yang terlihat semakin menyesakkan. Dan berhenti tepat di meja piket.
Dengan cepat, Bora menyalakan microphone pengumuman yang terdengar seantareo kelas. Sebelum mendekatkan bibir ke microphone, Bora sempat berdehem beberapakali untuk mengubah sedikit suaranya.
"Dihimbau untuk seluruh kelas agar kembali masuk, karena akan diadakan ulangan harian mendadak secara serentak."
Setelah berbicara satu kalimat tersebut, Bora segera mematikan microphone dan berlari menuju kelas lagi, sebelum ada yang mempergokinya.
Dari jauh, terlihat kerumunan siswi kini membubarkan diri. Bora menghela napas lega. Degup jantungnya yang tadi berpacu dengan cepat perlahan mulai menormal. Bora juga bingung kenapa dia harus repot-repot membantu mereka berdua, yang notabenya bukan siapa-siapa.
Dilihatnya Utkarsa dan siswi tadi berjalan menuju gerbang sekolah. Bora mengikutinya. Matanya memicing kala melihat Utkarsa memberi siswi tersebut uang seratus ribu rupiah, padahal kemarin sore pria itu enggan untuk mengeluarkan uang sebesar tiga puluh empat ribu rupiah untuk membeli sabun cuci muka yang Bora pilih.
Selepas siswi yang notabenya sudah tidak berhak bersekolah di sini telah pergi. Utkarsa menghampiri Bora yang berdiri tak jauh darinya. "Kenapa kamu ada di sini? Tidak mendengar pengumuman tadi?"
***
"Gila! Gue masih gak habis pikir yang tadi buat pengumuman. Gak punya otak apa, ya?" gerutu Nawasena pada Xena dan Bora saat kedua gadis di depannya itu sedang fokus mengerjakan tugas karya tulis imiah di rumah Bora kali ini.
Bora sedari tadi menahan diri. Sebab kalau tidak, bisa ketahuan. Bora memperhatikan dua laptop milik Nawasena dan Xena bergantian. Matanya mendelik kala mendapati ejaan kata yang sama tetapi ditulis berbeda oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...