47. Skizofrenia

1.5K 446 104
                                    

"Hal pertama yang harus dilakukan saat mendapat sebuah masalah: menerima masalah tersebut dengan lapang dada."
IQ(F=m.a)

Satu fakta yang tidak pernah diterima oleh Xena adalah dia seorang pengidap skizofrenia, sejak enam tahun setelah sosok ibu pergi meninggalkan rumahnya, dilanjut oleh Neron yang juga pergi.

"Xena, kayaknya gue harus jujur sekarang, hubungan kita itu cuma ada di kepala lo. Lo mengindap skizofrenia, Na. Dan pada kenyataannya, gue bukan pacar lo. Hubungan kita enggak pernah nyata. Dan, lo harus belajar untuk membedakan kenyataan dan halusinasi di kepala lo."

Xena menunduk lemas, ponselnya jatuh ke lantai. Niat Xena menelpon Nawasena adalah memberitahu tentang kepergian papanya. Akan tetapi, Nawasena justru mengatakan kalimat yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Kalimat yang pernah dilontarkan oleh Lopika beberapa tahun lalu setelah menceritakan segala perasannya pada seorang wanita, yang kata Lopika merupakan ahli psikologi. "Xena, kamu mengidap skizofrenia." Begitu katanya.

Fenomena skizofrenia saat ini terus mengalami peningkatan yang signifikan, jumlah pasien skizofrenia bertambah sekitar 70 miliar per tahun pada setiap tahun di berbagai belahan dunia.

Menurut Departemen Kesehatan RI 2015, skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, fungsi normal kognitif, emosi, dan tingkah laku.

Pengidap skizofrenia cenderung mendengar suara-suara tak nyata tetapi dianggap nyata, dan juga ada kasus pasien skizofrenia yang kerap berhalusinasi. Bedanya, orang dengan skizofrenia tidak dapat membedakan halusiasi tersebut dengan kenyataan.

Ketika mendapat kabar itu dari Lopika, Xena menggeleng kencang, dan langsung mengurung kamar. Berhari-hari gadis itu berteriak sendiri kalau dia tidak akan mungkin mempunyai kelainan mental.

Xena menitikkan air matanya, sewaktu wanita paruh baya memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak dia dapatkan. "Kamu harus menerima kenyataan, Xena. Memiliki kelainan mental bukan akhir dari segalanya. Kamu bisa sembuh."

Xena terus terisak, mamanya mengatakan kalimat tersebut berkali-kali beriringan dengan suara-suara berisik di kepalanya. Matanya yang menatap depan seolah sedang melihat putaran film. Sebuah sinema tentang apa-apa yang pernah terjadi di dalam kehidupan sebenarnya.

Pada bagian Bilangan Eurol, Xena selalu menganggap Nawasena adalah seorang pacar baginya. Xena mencintai Nawasena, yang hanya sekadar teman dari SMP. Setiap kali Nawasena mengunjungi rumahnya, ada suara-suara dalam kepalanya yang membuat Xena menganggap Nawasena ingin bermanja riya bersama Xena setelah berlomba menghabiskan permen.

Padahal, Nawasena datang ke rumahnya karena permintaan Lopika. Lopika waktu itu benar-benar tidak memiliki jalan keluar, saat Xena mengurung kamar beberapa dan tak henti berteriak setiap pagi.

Sampai akhirnya Bora dan Nawasena datang. Saat itu, Xena langsung memeluk Nawasena seraya mengatakan, "Naw, jangan ke mana-mana, temenin aku. Aku cinta kamu, Naw." Sejak saat itu. Nawasena harus selalu berlaga layaknya seorang pacar, seraya mengimbangi halusinasi Xena yang hanya bisa Nawasena kira-kira.

Berikut beberapa flashback dengan kejadian yang sebenarnya terjadi.

Satu. Bagian Titik dan Stalemate.

Nawasena, Xena dan Bora jarang sekali pergi ke kantin, mereka hanya ke kantin jika sepi saja, dan hari pertandingan bulu tangkis Nawasena. Sebab, Nawasena dan Bora takut jika skizofrenia Xena datang di keramaian.

"Lepas, Naw. Lagi di sekolah," celetuk Xena.

Nawasena dan Bora saling pandang. Nawasena terkekeh canggung, dia sedang tidak memegang tangan atau memeluk Xena. Pria itu lantas membuka toples, mengambil permen Hot-Hot Pop juga sedotan yang ada di tasnya, seolah tidak ada kejanggalan di sana.

IQ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang